Cinta tak butuh alasan - 3

1 0 0
                                    

Pertemuan pertama dengan Yora memberi kesan yang menarik bagi Aaron khususnya. Awalnya ia cukup terkejut dengan kehadiran Yora, seorang cewek yang tampak selalu ceria dan entah bagaimana caranya ia mampu berdiri sebagai satu-satunya cewek diantara para pemuda. Bayangan Yora terus berkeliling dalam kepala  Aaron.

“Wooooi..... lagi ngelamun jorok yah” Tuduh Willem yang baru saja mandi.

“Ngasal kamu. Mau kemana siang ini?” Tanya Aaron.

“Hmm mau ke rumah Luca ada urusan sedikit”

Aaron mengangguk-angguk “Kalau gitu aku mau ke perpustakaan saja, beresin tugas makalah dari dosen”

“Mahasiswa teladan nih kayaknya” Goda Willem “Kalau butuh apa-apa kontek yah, jangan sungkan. Oke brother”

Lalu Willem hendak meninggalkan ruang televisi sebelum langkahnya dihentikan oleh panggilan Aaron.

“Will, kapan mau ketemu Yora lagi?” Tanyanya tiba-tiba.

Willem nampak terkejut, ia menangkap sesuatu namun dengan cepat ia mencoba mengenyahkan pikirannya.

“Gak tentu sih, tapi kita lumayan sering ketemu kok. Ada apa memangnya?”

Aaron menggeleng “Gak ada apa-apa kok, cuma asik saja ngobrol sama Yora”

Air muka Willem tiba-tiba berubah khawatir, ia membatalkan niatnya untuk segera melesat kerumah Luca, ia memutuskan mengambil posisi duduk di depan Aaron, sepupunya.

“Ron, ada yang harus aku omongin sama kamu” Ujar Willem serius


***


Lexon, Melbourne.....

Malam yang cukup dingin, Lexon duduk bersama dengan sahabatnya Darlen yang berasal dari Indonesia. Mereka bertemu karena mengambil pendidikan di universitas yang sama namun dengan jurusan berbeda. Mereka mengobrol sambil ditemani dengan wine yang menghangatkan tubuh keduanya.

“Lex, whats wrong with you?”

Lexon hanya menatap Darlen dengan tatapan bingung.

“Sejak balik dari Indonesia kamu kelihatan beda, ada apa Lex? Yora?”

Senyum tipis dipaksakan Lexon, “Kami buat kesepakatan”

“Kesepakatan? Kesepakatan gimana maksudnya?”

“Orangtuanya gak kasih restu hubungan kami kalau aku masih tinggal di sini. Dan kami buat kesepakatan buat gak saling komunikasi beberapa waktu ke depan”

“Jadi itu yang buat kamu gak tenang belakangan ini. Seberapa sayang kamu ke dia?” Tanya Darlen.

Kini seutas senyum tulus nampak di wajah Lexon, ia menunduk sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari temannya “Aku sendiri gak tahu, tapi yang jelas gak pernah sehari saja gak kepikiran dia”

“Itu yang aku denger tentang cinta, selalu ada rasa tanpa alasan”

Tampak Lexon mengernyitkan dahi, ia mencoba mencerna ucapan Darlen.

“Jangan bingung Lex, mungkin sebenernya kamu sudah terbiasa denger suaranya, kehadirannya, tawanya dan itu semua buat kamu nyaman dan pada akhirnya rasa sayang itu terjadi begitu saja”

“Gimana sama Jasmine? Apa dia bisa gantiin posisi Yora?”

Lexon termenung sejenak.

“Come on Lexon” Darlen meninju pelan lengan Lexon “Kenapa kamu harus mikir? Jangan pernah ragu Lex, apa yang terjadi sekarang hanya ujian buat kalian. Jasmine, orangtua Yora, keputusan WNA kamu, itu semua ujian Lex”

“Wah, wise banget kali ini kamu Len” Ujar Lexon asal.

“Aaah Reseh” Balas Darlen “Pengalaman aja Lex”

Lexon tertawa kecil “Tapi thanks yah Len, You’re the best buddie”

Pikiran Lexon yang kacau seakan hilang arah mulai menemukan titik terang, ia bersyukur Darlen ada untuknya. Ia akan mencoba melewati apa pun sama seperti sebelumnya, sepenggal doa untuk Yora terucap dalam batin agar gadisnya selalu dalam keadaan baik.

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang