Time will goes by

1 0 0
                                    

Tak sedikitpun Yora mendengar kabar tentang Lexon, hanya bayangan pemuda itu berkeliaran tanpa batas dalam otak Yora.

“Selalu saja kepikiran Lexon, tapi apa jangan-jangan cuma aku yang begini” Yora menggumam “Di sana Lexon mungkin  sekedar ingat aku juga gak” Ia menertawai dirinya sendiri yang terlihat bodoh.

Komunikasi antara keduanya hilang begitu saja sejak kesepakatan yang mereka buat. Terkadang ingin sekali Yora menanyakan kabar Lexon kepada Rion, namun ia tak memiliki keberanian untuk melakukannya. Bukan karena Yora tak berani bertanya kepada Rion, lebih tepatnya ia lebih takut terhadap perasaannya sendiri. Bagaimana kalau setelah bertanya Rion mengatakan bahwa Lexon sudah tak lagi mengingatnya, atau Lexon telah berpindah ke hati yang lain. Pikiran negatif mulai bermunculan dalam benaknya. Yora menggeleng-gelengkan kepala hendak membuang semua hal negatif dibalik kepalanya. Semakin ia mencoba meyakinkan diri, ia semakin merasa takut kalau saja hatinya tak mampu menerima fakta tentang Lexon dengan sesuatu yang tak ingin didengar olehnya. Yora kembali termenung, tatapannya tetap kosong, lagi-lagi ia menggumam. “Apakah Lexon masih sendiri? Atau mungkin dia gak ingat lagi sama aku?” Lirih Yora.

Saat hatinya merindu, matanya melirik ke sebuah foto yang selalu ia simpan baik-baik di laci mejanya. Senyum merekah ditemani segudang rindu, tampak Lexon dengan senyum ceria sambil melingkarkan salah satu tangannya di leher Yora. Tak terasa sebulir air mata jatuh begitu saja, Yora meraih handphonenya berniat menghubungi Rion. Hatinya sangat ingin mendengarkan suara Lexon, dan menghubungi Rion adalah satu-satunya cara yang dapat ia lakukan. Kedua kakak beradik itu memiliki nada suara khas yang sama hanya saja mereka berbeda dalam cara bicara, tapi itu sudah cukup puas bagi Yora mengikis rindunya pada bayangan Lexon yang sedang berkelana dalam hatinya.

“Yora....” Suara Rion menyapa dari seberang “Kabar kamu gimana?”

Mendengar suara Rion berhasil membuat Yora tersenyum, ia menghapus air mata di pipinya meski Rion tak dapat melihatnya “Baik” Jawab Yora “Kamu gimana? Sudah lama kayaknya gak dengar suara kamu Rion”

Meskipun tak mengatakan secara langsung, Rion mengerti benar arah pembicaraan Yora. Dari suaranya, Rion tahu jelas bukan suara miliknya yang ingin didengar oleh Yora melainkan kakak kembarnya. Rion hanya membiarkan banyak hal tentang Yora juga Lexon memenuhi kepalanya, tapi ia segera mengenyahkan niat untuk memberitahukan tentang kakaknya kepada Yora sehingga ia membiarkan saja.

“Ra, minggu depan aku pulang loh”

“Arggh serius? Yang bener?” Yora semangat mendapat kabar dari Rion.

“Iya beneran kok, Lica juga ikut sama aku”

“Rion.... Cepat pulang. I really miss you”

“Pasti Ra, tungguin yah. Kalau ketemu kamu harus traktir aku yah”

“Beres deh, kamu tinggal sebut” Yora membalas.

“Waah kayaknya kamu kangen berat sama aku yah”

Rion mendengar tawa renyah Yora membuat hatinya teriris. Ia tahu jelas Yora amat merindukan Lexon, bahkan ia membuang rindunya lewat komunikasi dengan dirinya.

“Aku tahu kamu pasti bisa Yora” Rion membatin.

Setelah cukup lama keduanya bercakap-cakap mereka memutuskan sambungan telpon karena Rion memiliki janji dengan Angelica.

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang