Karena alasan kuliah Willem pindah ke daerah kota tempat tinggal Lexon, sedangkan alasan kepindahan Yora adalah untuk bekerja. Yora memiliki seorang adik laki-laki dan ia memutuskan untuk menunda melanjutkan pendidikannya karena Yora ingin mengumpulkan tabungan untuk kuliah adiknya. Secara tak langsung Yora mengalah untuk pendidikan adiknya. Hal itu pun membuat Lexon semakin tak dapat berhenti menyukai sosok gadisnya. Tak ada lagi jarak antara sepasang kekasih, Lexon tak perlu lagi berlama-lama di jalan kalau ingin bertemu dengan Yora. Seperti sebelumnya Yora tinggal di sebuah rumah yang memang di sewakan per kamar oleh pemiliknya. Meskipun memiliki cukup banyak saudara yang tinggal di daerah situ namun Yora memutuskan untuk tetap tinggal terpisah dengan alasan agar bisa belajar lebih mandiri. Wilem, Rion, juga Lexon berencana untuk mengambil kuliah di universitas yang sama sedangkan Luca akan melanjutkan pendidikannya di luar negri. Selama libur mereka memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Siang itu mereka berada di rumah Lexon juga Rion. Rumah mereka memiliki satu ruangan yang cukup luas dan sengaja dijadikan tempat berkumpul ketika teman-teman Lexon dan Rion main ke rumah, di sana juga tersedia meja bilyard yang terletak agak sudut. Keponakan mereka pun tak jarang main di ruangan itu. Yora sedang bermain dengan Natha juga Vero saat Willem dan yang lainnya bermain bilyard. Catlyn masuk kemudian mengatakan sesuatu kepada Yora hingga ia melangkah keluar meninggalkan yang lainnya. Yora sudah cukup hafal dengan ruang-ruang yang ada di rumah itu, ia berjalan lalu berhenti di depan sebuah pintu yang tertutup. Dengan sopan Yora mengetuk pintu hingga terdengar suara yang mempersilahkannya masuk. Papa dan mama Lexon duduk di sofa tampaknya memang sudah menunggu kedatangan Yora di ruang kerja papanya yang tertata rapi.
“Yora sini duduk dekat tante” Ujar Lita disertai gerakan tangan.
“Kata kak Catlyn om ada perlu sama Yora?” Tanya Yora sopan.
Sebelum menjawab Randy tersenyum kepada Yora “Gini Yora, dulu om bukan seseorang yang berpendidikan tapi om berusaha hingga sampai di sini dan om punya mimpi salah satu anak om bisa mendapatkan pendidikan di luar negri”
Yora menyimak setiap ucapan Randy meskipun hatinya mulai gelisah.
“Kamu tahu anak laki-laki om hanya Lexon dan Rion, om harap mereka mau buat cita-cita om bisa tercapai. Tapi sepertinya Lexon dan Rion gak sependapat sama om, kalau boleh om mau minta tolong sama kamu, tolong yakinkan mereka”
“Yora, tante tahu perasaan kamu, kamu mungkin gak mau jauh dari Lexon makanya tante sama om serahkan sama kamu. Tante tahu kamu bisa yakinkan Lexon tapi kalau Yora gak mau tante sama om gak akan paksa” Ujar Lita menambahkan.
Benar memang apa yang dikatakan oleh Lita, meskipun ditanya berkali-kali pun Yora tak ingin Lexon pergi, namun posisinya menjadi serba salah. Entah apa yang harus ia lakukan, Yora masih termenung sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Yora” Panggil Randy memecah lamunannya “Om gak mau kamu merasa ini sebagai beban, kamu bebas memilih Yora, om juga minta maaf kalau harus meminta ini semua ke kamu”
Yora memasang senyum yang ia paksakan “Iya om, tante, Yora ngerti setiap orangtua pasti mau yang terbaik untuk anaknya. Yora gak janji bisa buat Lexon berubah pikiran tapi Yora akan coba”
Lita menghela napas, beliau tampak begitu lega dengan apa yang ia dengar dari Yora. “Terima kasih Yora”
“Oh iya Yora, ada yang mau tante tanya tapi kamu boleh kok gak jawab” Ujar Lita “Kenapa kamu gak mau kuliah?”
Senyum tersungging di bibir Yora “Bukan Yora gak mau tante, hanya saja Yora pikir untuk saat ini lebih penting Yora kumpulin dana buat adik Yora yang akan kuliah nanti”
“Kenapa kamu punya pikiran gitu?”
“Yora pikir, kalau menikah Yora pasti ikut suami sedangkan adik Yora, karena dia laki-laki jadi dia harus menghidupi keluarganya nanti, makanya menurut Yora dia lebih butuh dapat pendidikan tinggi”
“Yora kamu terlalu muda dan punya pikiran jauh ke depan, tante kagum sama kamu. Tante rasa Lexon gak salah pilih”
“Yora kamu gadis yang pintar, gimana kalau om yang kuliahkan kamu?”
“Maaf om, dan sebelumnya terima kasih om atas niat baiknya tapi Yora gak mau jadi beban buat orang lain, Yora juga pasti gak akan bisa balas kalau punya hutang budi sama om”
“Kamu sudah om anggap anak sendiri, jangan sungkan Yora”
Lita mencoba meyakinkan Yora untuk menerima tawaran dari suaminya namun dengan sopan Yora menolak.
“Gimana kamu bisa seperti ini Yora?” Tanya Lita.
“Lexon yang ajari Yora, tante. Lexon selalu mau kalau Yora harus mengandalkan diri sendiri apa pun caranya supaya dimasa depan Yora gak akan kecewa sama orang lain bahkan gak harus bergantung sama orang lain”
Ucapan Yora membuat Lita juga suaminya terkejut. Keduanya tak menyangka sama sekali bahwa Lexon, anak mereka memiliki pemikiran yang begitu dewasa tak hanya itu Lexon mampu mempengaruhi Yora untuk memiliki kepribadian yang baik. Rasa bangga akan Lexon terselip dalam hati sepasang suami istri. Melihat keterkejutan kedua orang tua Lexon membuat Yora tersenyum untuk ke sekian kali.
“Mungkin dulu Lexon selalu saja buat ulah bahkan buat tante sama om khawatir tapi Lexon yang sekarang adalah Lexon yang dewasa” Yora berujar.
Senyum bangga lagi-lagi tampak di wajah kedua orang tua Lexon.
“Yora” Lita memanggil Yora lembut “Terima kasih Yora. Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan bilang sama tante dan om yah”
Anggukan kecil diberikan Yora “Terima kasih tante om”
Masih sibuk dengan pikirannya sendiri Yora berjalan dengan langkah berat menuju halaman belakang. Ia duduk di tepi kolam ikan yang ada di sana sambil kembali memikirkan apa yang harus ia lakukan.
“Ra” Panggil Lexon “Kok kamu di sini?”
Yora tersenyum menatap Lexon yang kemudian ikut duduk di sampingnya.
“Kamu kenapa sih Ra, kok tiba-tiba diam gini? Kamu sakit?”
“Gak kok” Yora menggeleng cepat.
Lexon menatap Yora dengan pandangan curiga, membuat Yora menjadi lebih canggung dari sebelumnya.
“Kenapa kamu lihat aku begitu?”
“Yora” Lexon menyebut nama Yora tanpa mengalihkan pandangannya.
Yora menunduk sesaat “Lex kenapa kamu gak bilang kalau papa kamu minta kamu kuliah di luar?”
Seketika wajah Lexon berubah serius “Karena memang aku gak mau, lagian aku akan ambil hukum di sini”
“Apa alasan kamu mau tetap di sini?”
“Memang dari awal aku gak mau Ra, dan sekarang ditambah lagi ada kamu”
“Lex, aku mohon kalau karena aku, kamu harus pergi. Aku gak mau nantinya kamu nyesel karena keputusan kamu ini”
“Kamu kenapa sih Ra? Kamu aneh” Lexon mulai emosi “Semua orang pasti mau pasangannya gak kemana-mana Ra, kamu malah minta aku pergi”
“Bukan gitu Lex, om Randy jelas mau anaknya dapat yang terbaik Lex dan aku gak mau cuma lantaran karena aku jadi penghalang”
“Apa papa yang suruh kamu ngomong sama aku?” Ujar Lexon seraya berdiri.
Melihat Lexon segera saja Yora ikut berdiri dan memegang lengan Lexon, berharap menghentikan Lexon untuk menemui orangtuanya dalam keadaan emosi.
“Jujur aku gak mau kamu pergi Lex, tapi mungkin ini yang terbaik. Aku gak mau egois cuma pikirin diri aku saja. Impian om Randy salah satunya dia bisa lihat anaknya dapat pendidikan di luar Lex. Lagian sekarang teknologi sudah maju kita masih bisa tetap komunikasi kan?” Yora menjelaskan perlahan agar tidak memancing emosi Lexon.
Tatapan marah Lexon berubah sedih saat ia melihat gadisnya yang sudah menahan tangis sejak tadi, Lexon mendekat memeluk Yora. Air mata yang hangat mengalir di wajah Yora.
“Maaf Ra, bukan maksud aku marah sama kamu. Tapi aku cuma mau di sini Ra, apa bedanya pendidikan di sini atau di luar” Lexon berujar lembut.
“Lexon maaf aku pakai cara ini, tapi kalau memang kamu sayang aku, ikuti apa kata papa kamu. Pergi lah Lex”
Lexon masih belum melepaskan pelukannya, mendengar ucapan Yora ia tahu ada rasa sakit dalam setiap katanya namun kali ini Lexon tak memiliki keinginan untuk membantah, ia begitu miris bahkan ia mempererat pelukannya.
Dari ruang tengah Catlyn menghampiri mamanya yang sedang berdiri di jendela menatap Lexon dan Yora yang sedang berbicara.
“Ma, Catlyn yakin Yora bisa buat Lexon ikutin kemauan papa tapi apa mereka bisa bertahan dengan jarak sejauh itu ma?”
Wajah Lita telah basah, tak terasa ia ikut merasakan rasa sakit Yora dan Lexon namun rasa kagum muncul untuk Yora yang begitu tegar bahkan ia tak egois.
“Mama tahu Yora adalah yang terbaik buat Lexon, mama juga yakin mereka pasti bisa bertahan”
Catlyn memegang kedua bahu mamanya yang masih saja bergetar.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kepercayaan yang sering kali menjadi alasan bersatu maka jagalah kepercayaan itu kala kamu mendapatkannya
KAMU SEDANG MEMBACA
At Least
Romanceperjuangan dua hati menentukan pilihan dalam kisah cintanya. Restu yang tak kunjung Lexon dan Yora dapatkan belum lagi diperhadapkan dengan berbagai pilihan sulit. Namun Tuhan tak pernah tinggal diam, Ia selalu memberikan apa yang menjadi milikmu ji...