Lexon harus bergulat dengan hatinya. Ia masih ragu untuk memulai hubungan dengan Yora, tapi kali ini Lexon tak ingin ada rahasia yang ia tutupi dari Yora. Rasa bimbang menghampiri dirinya, bagaimana ia harus memulai untuk memberitahukan Yora tentang masa lalunya, apakah Yora akan terima. Minggu itu Lexon bangun lebih awal, ia memutuskan untuk lari pagi di jalan sekitar rumahnya. Udara pagi masuk ke dalam paru-parunya membuat Lexon bernapas begitu lega. Muncul suatu keyakinan yang entah berasal dari mana membuat Lexon bertekad untuk mengatakan kepada Yora tentang perasaannya. Ia pun berjanji kepada dirinya sendiri untuk melepaskan semua kebiasaan buruk yang ia miliki sebelumnya kalau ia mendapatkan hati Yora. Setelah sampai di rumah ia mandi dan melihat Rion yang masih bersembunyi di balik selimut tebalnya.
“Rion, aku mau ke tempat Yora, mau ikut?”
Rion menjawab dari balik selimut dengan rasa malas, Lexon membuka selimut yang menutupi wajah adiknya. Senyum nampak di wajah Rion yang masih memejamkan kedua matanya. “Mau. Tapi tunggu setengah jam, aku pasti siap” Ujar Rion sambil kembali menarik selimutnya.
Lexon hanya tersenyum menatap tingkah adiknya, ia akan rela menunggu adiknya dalam waktu tiga puluh menit. Sambil mendengarkan alunan musik yang diputar Lexon menghubungi Yora dan mengatakan bahwa ia akan segera kesana. Lexon begitu tak sabar ingin bertemu dengan Yora, gadis yang unik baginya.
“Ma Rion sama Lexon mau ke rumah tante Clementy, mama ada yang mau dititip gak?” Tanya Rion.
“Tumben sih kalian jadi rajin ke sana?” Tanya mama heran.
“Main saja ma sekalian ketemu sama Willem” Balas Rion.
“Ah pasti ada apa-apanya deh, curiga mama”
“Apa sih ma curiga saja, kita gak aneh-aneh kok” Tambah Lexon.
“Awas yah kalau kalian macem-macem. Nih bawain buat tante Clementy bilang mama belum sempet ke sana” Ujar mama sambil memberikan sekotak bolu yang kemarin baru dibuat untuk adiknya.
“Wah bolunya buat tante Clementy? Rion gak dapet dong?”
“Salah kamu kenapa mau kesana gak bilang dulu sama mama, biar bagian kamu buat tante saja”
“Ihh mama gak asyik ah” Balas Rion manja.
“Biarin” Balas mama tak mau kalah.
“Huuuh biarin juga nanti Rion makan di jalan aja bolunya”
“Ehh awas yah mama telpon tante loh nanti tanya bolunya utuh apa gak” Ancam mama “Awas kalau titipan mama gak utuh lagi”
Lexon yang geleng-geleng melihat adik serta mamanya yang kerap kali meributkan hal kecil segera berpamitan kemudian berjalan keluar. Terdengar langkah kecil Rion yang segera mengejar kakaknya. Seperti biasa dalam perjalanan banyak hal yang dapat mereka bahas. Rion memang tipe orang yang selalu saja ceria di mana pun ia berada, berbeda dengan karakter Lexon yang tak terlalu ekspresif.
“Kamu mau di rumah tante Clementy atau ke rumah Willem?”
“Di rumah tante dulu saja nanti kalau mau pergi gampang deh” Balas Rion.
Setelah mengantarkan Rion, segera saja Lexon pergi menjemput Yora. Dengan senyum Yora duduk di samping Lexon.
“Tumben pagi-pagi sudah kesini?” Tanya Yora membuka obrolan
“Gak apa-apa, pengen saja” Balas Lexon santai.
Mereka tiba di salah satu kafe yang sudah sering mereka kunjungi di akhir pekan. Lexon menatap Yora yang sedang asyik memakan es krim coklat di depannya tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Sadar dengan tatapan dari pemuda di hadapannya membuat Yora menjadi bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
At Least
Roman d'amourperjuangan dua hati menentukan pilihan dalam kisah cintanya. Restu yang tak kunjung Lexon dan Yora dapatkan belum lagi diperhadapkan dengan berbagai pilihan sulit. Namun Tuhan tak pernah tinggal diam, Ia selalu memberikan apa yang menjadi milikmu ji...