Kesepakatan - 3

1 0 0
                                    

Di tempat yang lain, Yora duduk di sebuah ayunan sambil memainkan kakinya merasakan angin pagi menyapu wajahnya. Tak seperti biasa taman tempat Yora menghabiskan banyak waktu cukup sepi. Hingga ia bebas bermain dengan pikiran juga hatinya. Perlahan ia menengadah ke atas menatap awan putih yang menghiasi langit biru serta bayangan Lexon, yang mungkin saat itu sedang berada dalam pesawat. Ia memejamkan mata, menghela napas panjang sebelum sebutir air mata jatuh dari sudut matanya. Detik berikutnya Yora merasa cahaya matahari menjadi redup, perlahan ia membuka matanya, mendapatkan Willem dengan senyum berdiri tepat di hadapannya. Tubuh tinggi Willem menghalangi cahaya matahari yang sejak tadi Yora rasakan.

“Hai” Sapa Willem, ia sedikit membungkuk agar wajahnya sejajar dengan Yora “Ini bukan akhir Yora”

Mendengar ucapan dari Willem membuat dada Yora terasa sesak dan tak dapat menahan air matanya yang tumpah. Dengan lembut Willem mendekatkan tubuhnya agar dapat menjadi sandaran bagi Yora.

“Jangan menahan semua hal yang gak pernah bisa kamu tahan, karena itu semua hanya buat luka. Keluarkan apa yang ada di hati kamu jangan simpan itu terlalu dasar” Ucap Willem.

Tangis Yora semakin pecah, ia bahkan tak lagi peduli di mana ia berada hanya tangisan yang mungkin akan sedikit melegakan hatinya.

“Aku gak mau hubungan ini berakhir Will” Ujar Yora di sela tangisnya.

“Ya Ra, ini bukan akhir. Ini adalah awal buat kalian berdua. Apa yang kamu rasain yakinlah itu juga yang dirasain Lexon. Mungkin berat buat kalian tapi inget Ra, kamu gak sendirian kami di sini buat kamu” Willem setengah berbisik di telinga Yora “Lexon sayang kamu apa pun keadaannya, dan akan selalu begitu”

Kalimat Willem kembali membuat Yora semakin dalam di dekapan Willem. Ia begitu lelah menutupi keinginan hatinya namun dengan berbagai alasan ia harus tetap kuat berdiri.
Luca dan Rion menunggu sambil memandang dari jauh, rasa iba menghampiri kedua pemuda itu.

“Kasihan Yora, gimana kalau Lexon sampai tahu hal ini?”

Rion lekat menatap Willem memeluk Yora dengan penuh rasa sayang.

“Lexon hanya boleh tahu kalau Yora di sini baik-baik saja” Ujar Rion.

Luca menoleh menatap Rion yang tak berkedip menatap Willem juga Yora.

“Willem memang lebih dari seorang teman buat Yora, dia sayang Yora seperti adiknya sendiri. Kita harus bantu Willem jaga Yora” Tukas Rion.

“Gak habis pikir, kenapa hubungan Yora dan Lexon harus seperti ini”

“Kita harus yakin kalau cinta mereka tahan uji. Kita juga punya Willem yang hafal kemana Yora pergi kalau sedang ada masalah”

Sesaat keduanya menghentikan perbincangan ketika melihat Yora berjalan ke arah mereka bersama dengan Willem. Sepertinya ia sudah lebih baik setelah menangis meskipun matanya terlihat begitu sembab namun Rion dan Luca bertindak seolah mereka tidak tahu apa-apa.

“Gimana caranya kalian bisa di sini?” Tanya Yora.

“Hmm tadi habis antar Lexon ke Bandara kita ke rumah kamu tapi katanya kamu gak ada” Jawab Luca.

“Iya, Willem bilang mungkin kamu ada di taman jadi yah kita kesini”

“Sorry yah nunggu lama”

“Ahh gak masalah Ra, santai saja. Mau makan siang di mana nih kita?” Tanya Luca mengalihkan.

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang