Yora menjatuhkan diri di atas tempat tidurnya, ia memejamkan mata membiarkan bayangan Lexon memenuhi kepalanya. Ketukan pintu terdengar hingga membuyarkan lamunan Yora malam itu. Langkah kecil mamanya semakin mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur Yora. Mau tak mau Yora membuka kedua matanya menatap mamanya yang tersenyum tanpa bertanya.
“Ma, kira-kira gimana kalau aku menikah?”
“Kamu mau menikah sama siapa? Pacar kamu saja mama gak pernah tahu”
“Andai nih ma, kalau aku menikah gimana sama biaya kuliah Yovan?”
Mama Yora terdiam menatap anak perempuan satu-satunya yang selalu saja memikirkan adik juga kedua orang tuanya. Beliau tampak sedang berpikir.
“Ma, ini cuma andai kok. Jangan jadiin pikiran”
“Memang kamu mau menikah sama siapa?” Tanya mama ragu.
“Selama ini aku punya seseorang yang selalu sama aku hanya saja aku belum pernah cerita ke mama, namanya Lexon”
“Bawa dia kesini, kenalkan ke mama papa”
“Lexon kuliah di Melbourne ma, dia mau pindah warga negara dan dia minta aku menikah sama dia” Yora menjelaskan.
“Orang luar? Gimana cara kamu bisa kenal sama dia?”
“Lexon orang sini ma, dia kuliah di Melbourne”
“Kenapa dia gak di sini saja? Yora kalau dia mau sama kamu harusnya dia mau tetap tinggal di sini bukannya tinggalin kamu” Protes mama.
Yora segera bangun dari posisi tidurnya lalu duduk menghadap mamanya.
“Loh ma gak boleh egois gitu dong, bisa juga mamanya Lexon bilang kalau aku sayang sama Lexon harusnya aku mau ikut dia ke Melbourne”
Mendengar balasan dari anaknya, mama Yora hanya menghela napas panjang.
“Apa gak ada cowok lain di sini Ra? Kenapa harus yang jauh, lagi pula bukannya kalau luar negri itu kota bebas, apa kamu yakin dia di sana gak ikut-ikutan?”
Yora mengerti benar kemana arah pembicaraan mamanya, memang sudah menjadi keseharian bagi penduduk sana tentang adanya kontak fisik dalam suatu hubungan namun entah mengapa ia ingin membela Lexon “Yora jalani hubungan selama ini atas dasar percaya ma”
Entah apa yang membuat Yora menjadi sedikit terpancing emosinya, ucapan mamanya seakan menyudutkan posisi Lexon yang belum pernah beliau temui. Memang Yora tahu kalau banyak cowok yang sulit untuk di percaya apa lagi dalam hubungan jarak jauh namun Lexon berbeda bagi Yora.
“Kalau kamu ikut dia kesana, ada apa-apa gimana? Itu terlalu jauh Yora”
“Intinya mama gak setuju, belakangan ini mama selalu minta Yora untuk pikirin diri sendiri bahkan mama mau Yora cepat menikah, tapi sekarang mama sendiri yang gak setuju” Tukas Yora dengan mata berkaca-kaca.
“Mama memang mau kamu menikah, mama kasihan lihat kamu selalu berjuang sendiri tapi mama juga gak mau kamu pergi sejauh itu apalagi sama orang yang mama belum tahu”
“Mungkin itu karena mama belum kenal Lexon, kalau Yora kenalkan apa mama setuju Yora ikut Lexon?”
“Kalau dia sayang kamu harusnya dia di sini buat kamu” Ujar mama seraya meninggalkan kamar Yora tanpa menunggu balasan dari anaknya lagi.
Yora hanya menatap punggung mamanya yang semakin menjauh, ia tak habis pikir dengan pembicaraan dirinya dengan mamanya. Rasa sedih serta kecewa ada dalam hati Yora akan sikap mamanya. Dengan lemah Yora meraih handphonenya yang sengaja dibuat hanya bergetar. Nama Lexon tampak di layar.
“Lagi apa Ra?” Tanya Lexon dari seberang sana.
Yora termenung tak menjawab, ia menempelkan handphone di telinganya namun sama sekali tak fokus dengan apa yang dikatakan oleh Lexon. Beberapa kali Lexon memanggil-manggil nama Yora hingga gadis itu tersadar.
“Ada apa Ra?” Tanya Lexon dengan nada cemas.
“Barusan aku bilang sama mama tentang hubungan kita” Yora seakan tak sanggup melanjutkan kalimatnya, namun Lexon sabar menunggu tak ingin memaksa.
“Mama gak setuju Lex, mungkin mama mau kasih restu tapi kamu tetap tinggal di sini, maafin aku Lex” Yora berkata dengan nada serak seperti menahan tangis.
“Semua orang tua pasti mau yang terbaik buat anaknya, aku ngerti kok”
“Aku gak tahu harus gimana lagi bilang sama mama, tapi aku juga gak mau kamu buang keputusan kamu Lex, karena mungkin memang masa depan kamu di sana”
“Apa itu artinya kamu mau hubungan kita berhenti sampai di sini Ra?”
Yora tak menjawab pertanyaan dari Lexon karena sebenarnya ia pun tak akan mampu melepaskan hatinya dari Lexon yang selama ini telah banyak mengambil bagian dalam hidupnya. Tapi di lain sisi ia merasa begitu egois kalau terus mempertahankan hubungan yang tanpa ujung.
“Ra, aku mau tanya sama kamu. Kenapa sih kamu gak pernah larang aku atau setidaknya kamu bilang gak setuju sama keputusan aku Ra, mungkin saat itu aku akan berubah pikiran Yora” Balas Lexon lirih.
“Aku gak mau egois Lex. Terkadang aku berpikir buat marah sama keputusan kamu tapi aku sendiri gak tahu kenapa aku gak bisa lakuin itu”
Nada suara Lexon terdengar semakin berat, “Ra, sudah malam istirahat lah. Yang terjadi barusan anggap saja gak pernah ada, kita jalanin apa yang ada sekarang” Ujar Lexon mencoba menenangkan.
Yora juga menceritakan alasan-alasan yang diberikan mama untuknya namun Lexon hanya menanggapi hal itu dengan berpikir positif bahwa memang mama Yora tak ingin anaknya berada terlalu jauh. Terbesit sekilas bagi Lexon untuk mengubah keputusannya untuk pindah kewarganegaraan. Begitu sulit pilihan yang ada di hadapannya, kini Lexon begitu bingung dengan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
At Least
Romanceperjuangan dua hati menentukan pilihan dalam kisah cintanya. Restu yang tak kunjung Lexon dan Yora dapatkan belum lagi diperhadapkan dengan berbagai pilihan sulit. Namun Tuhan tak pernah tinggal diam, Ia selalu memberikan apa yang menjadi milikmu ji...