2. Pahlawan ketiduran

2.7K 295 119
                                    

"Berharap ada pahlawan ketiduran yang terbangun dan menjadi pahlawanku, tapi semua sirna sebab sebuah bayangan putih tak kasat mata membuatku mati rasa."


❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

✨✨✨

Happy Reading ...
❤3000

Angin kencang yang menjatuhkan dedaunan pohon bak musim gugur di halaman sekolah membuat hati seorang gadis resah, ditambah langit yang mulai menampakkan kegelapan disertai awan mendung dan gemuruh pertanda akan turun hujan.

Sudah satu jam berlalu, jam menunjukkan pukul 18:00 WIB. Hannin masih setia mencari tas dan sepatunya yang hilang. Keadaan sekolah sangat sepi, hanya ada Hannin seorang diri di sana. Gerbang sekolah pun sudah sedari tadi ditutup tanpa sepengetahuannya.

"Pokoknya harus ketemu!!" gumam Hannin pada dirinya sendiri.

"Awas aja, gue bakal hajar habis habisan orang yang udah buat gue muter-muter​ sekolah gak karuan kaya gini, dan udah ngambil barang berharga gue!" kata Hannin dengan nada yang kesal.

Hannin pun duduk menyenderkan punggungnya yang lelah ke sebuah tiang ring basket. Matanya memandang langit yang tak bersahabat dan gelap karena sudah malam.

Tiba-tiba, pandangan Hannin beralih ke arah ranting pohon yang tingginya kurang lebih enam meter menjulang di atas sana. Hannin dapat melihat ada dua buah sepatu tergantung di ranting paling ujung dan sebuah tas berwarna cokelat terikat di ranting pohon yang sama.

"Gak salah lagi, itu tas sama sepatu gue!!" teriak Hannin membelah keheningan malam itu.

"Kenapa bisa ada di atas, sih? bangsat emang yang udah ngelakuin hal kurang ajar ini ke gue!!!!" kata Hannin sambil meluapkan semua amarahnya saat itu.

Tidak ada jalan lain, mau tidak mau Hannin pun terpaksa memanjat pohon yang tinggi menjulang dihadapannya itu.

Yap, Hannin Dreandara. Cewek dengan julukan cewek tomboy di sekolahnya. Gadis berkucir kuda dengan poni yang sedikit berantakan itu, dikenal sebagai cewek bar-bar byar dengan mata pelajaran Fisika sebagai kelebihannya.

Selain pelajaran Fisika, seni bela diri juga merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari Hannin. Bahkan sejak ia duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar, Hannin sudah menggeluti seni bela diri Karate dan sudah memenangkan banyak medali dalam beberapa kejuaraan.

Tanpa pikir panjang, Hannin pun memanjat pohon itu walaupun kadang terpeleset dan membuat tangan dan kakinya sedikit lecet.

Setelah sampai di ranting tertinggi, Hannin langsung melepas ikatan pada tas dan memasukkan sepasang sepatu nya kedalam tas secara perlahan, kemudian dengan segera mencangklong tas ransel berwarna cokelat itu dibahunya.

"Serem juga malem​-malem gini manjat pohon," batin Hannin.

"Duh, merinding gue."

Ketika beberapa langkah lagi Hannin menapakkan kakinya di tanah, tiba-tiba lewat bayangan putih tak kasat mata di depannya.

"Bentar-bentar, ta-tadi apaan putih-putih? perasaan gue makin ga enak," batin Hannin.

Ranting pohon tempat tangan berpegangan terasa berbeda.

MARTABAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang