21. Janji

958 107 31
                                    

Happy Reading ...

"Bego. Punya otak gak dipake. Jual aja sono di online shop."

oOOo

*Mengandung kata kasar:v

"Mereka yang di depan ini, adalah para siswa dan siswi berprestasi yang terpilih untuk mewakili sekolah kita dalam ajang lomba Olimpiade satu bulan yang akan datang," jelas pak kepala sekolah.

Hannin melotot.

What the hell!?

Riuh tepuk tangan Apresiasi menggema di lapangan, mulai dari guru dan seluruh siswa bergemuruh.

Di SMA Tunas Bangsa, anak Olimpiade dianggap sebagai Ikon sekolah. Mereka yang terpilih di cap sebagai anak emas, dan yang mendapat kemenangan akan mendapat gelar Raja dan Ratu Teladan.

Hannin??

Apa yang harus di banggakan?

Setiap hari telat masuk sekolah, sering bolos jam pelajaran, sering tidak mengerjakan tugas, selalu berkata kasar, tidak taat peraturan, seragam tidak rapi.

Lucu. Sangat lucu. Lucu sangat.

ANAK EMAS?

Hannin rasanya ingin menertawai dirinya sendiri. Julukan itu sangat tidak cocok untuknya. Hannin anak teladan?? Lucu.

"Baiklah, selamat berjuang dan semangat dalam belajar, maju untuk mengharumkan nama baik sekolah. Saya bangga mempunyai bibit unggul seperti kalian," ucap pak kepala sekolah sambil mengelus kepala dan menyalimi anak murid yang berdiri di depan dengan bangga.

"Setelah ini, kalian pergi ke kantor untuk mendiskusikan bimbingan belajar agar lebih konsisten," kata pak Wawan, selaku pembina.

Para siswa pun di bubarkan untuk memasuki kelas nya masing-masing.

Hannin?

Ketika para siswa berprestasi yang lain menyebar sesuai pembimbing bidang mata pelajaran masing-masing, Hannin malah duduk di depan kantor sambil menopang dagu.

Sedangkan, Darrel berdiri bersandar ke tembok dengan kedua tangan di masukkan ke saku. Pandangannya kosong seperti boneka. Manik kelamnya menatap lurus kedepan. Hannin bergidik ngeri melihat nya. Kesurupan. Pikir Hannin.

Pak Wawan datang dengan beberapa berkas di tangan nya.

"Ayo kita bicara​ di dalam," ajak pak Wawan mempersilahkan​. Darrel dan Hannin pun mengikuti langkah pak Wawan dan duduk di sofa tamu ruang guru.

"Saya, selaku​ pembimbing bidang Fisika, akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu kalian belajar," kata pak​ Wawan.

"Jadwal?" tanya Darrel seperti bertanya pada bapaknya​ sendiri. Dingin.

Pak Wawan tersenyum ramah. "Masalah jadwal, kita bimbingan setiap selasa dan kamis. Sisanya kalian bisa belajar sendiri," jelas pak Wawan yang hanya di balas anggukan Darrel.

Hannin yang sedari tadi hanya jadi obat nyamuk mulai bersuara. "Kenapa harus saya?" Pak Wawan terperangah.

"Kamu sudah​ terpilih. Nilai Fisika mu bagus, dan kamu sudah pernah ikut lomba, bukan?" skakmat pak Wawan.

MARTABAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang