5. Tembakan Maut

1.7K 207 81
                                    

"Ini hati. Bukan bola, yang bisa lo tendang dan lo permainkan sesuka hati lo."

______________________________________

🐴🐴🐴

Happy Reading ...
❤ 3000

Sejak pagi buta, Hannin tampak sudah siap mengenakan seragam sekolah, dan tampak sangat bersemangat pagi ini.

"Tumben, biasanya juga jam setengah tujuh baru mandi. Masih subuh gini, udah rapi pake seragam. Kesambet apaan, kamu," celetuk pedas keluar dari mulut Dara--Ibunya Hannin.

"Yaelah, mah. Hannin bangun siang, di marahin. Hannin bangun kepagian, malah di ledekin. Terus mamah maunya, apa?" Hannin memasang ekspresi cemberut.

"Mamah maunya, kamu tiap hari bangun pagi kayak gini. Kan biar gak malu sama adekmu. Seharusnya, kamu sebagai kakak, bisa memberi contoh yang baik buat adekmu," jelas Dara panjang kali lebar.

"Iya, iya. Yaudah kalau gitu, Hannin berangkat dulu ya," kata Hannin sambil bangkit dari meja makan.

"Kamu gak bareng sama Hanna?" Kata Dara sambil menyiapkan sarapan untuk Hanna Dreandara--adik perempuan Hannin yang masih duduk dikelas IX SMP, berbeda satu tahun dengan Hannin.

"Hannin buru-buru, lagian Hanna udah gede, kan? Bisa berangkat sendiri," kata Hannin sambil mencium tangan kedua orangtuanya.

"Assalamualaikum," ucap Hannin sambil keluar dari pintu.

"Wa'alaikumsalam," jawab Dara,+ Hanna, dan Andre-- Ayah Hannin, serempak.

"Yaudah, Hanna berangkat bareng Ayah kerja aja, ya?" Tawar Andre kepada Hanna.

"Engga deh, nanti Ayah kesiangan. Hanna bisa berangkat sendiri, kok."

"Kamu memang anak yang pengertian," kata Andre sambil mengacak rambut Hanna dengan gemas.

Hanna pun hanya tersenyum malu, di perlakukan oleh ayahnya seperti itu.

_______________________

"Yahh, gue malah kepagian," kata Hannin didepan gerbang sekolah yang masih dikunci.

Setelah beberapa menit menunggu di depan gerbang. kemudian datang pak Edi, satpam sekolah yang membuka gerbang itu.

"Assalamualaikum, pak Edi."

"Wa'alaikumsalam, pagi amat kamu datangnya," kata pak Edi terkejut.

"Biasa lah pak, anak rajin mah beda, pak. Hannin ke kelas dulu ya pak," tukas Hannin sambil tersenyum lebar.

"Rajin? Biasanya juga datang pas bel masuk sekolah, terus mohon-mohon biar di bukain pintu gerbang, padahal udah telat juga," ucap pak Edi.

***

Dikelas juga masih sepi kayak kuburan. Sumpah, Hannin kesambet apaan coba nyampe dateng sepagi ini.
Padahal tujuan nya cuma satu, beli permen. Itu doang.

"Gue langsung ke kantin aja deh," kata Hannin sambil berjalan meninggalkan kelas.

Sudah 15 menit Hannin menunggu dikantin. Banyak siswa mulai ramai berdatangan. Dan akhirnya, yang ditunggu-tunggu datang juga. Mang Ruli datang dengan membawa banyak permen.

MARTABAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang