"Bukan benci, melainkan kecewa."
-Hannin Dreandara🐮
🐮
🐮Hari ini, hari yang cukup mendebarkan bagi Martabak. Bagaimana tidak, setelah seminggu penuh berjuang untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dari semester kemarin. Akhirnya, hari ini pun pembagian hasil raport di umumkan.
Ya, ujian kenaikan kelas baru saja selesai. Ujian kenaikan kelas kali tampak berbeda dari biasanya. Taruhan yang di berikan Hannin memang berdampak baik bagi Martabak. Jika biasanya Martabak mengabaikan pelajaran, namun kali ini Martabak tampak berusaha keras.
Kini, Martabak bersama dengan babeh Bhaktera tampak sedang duduk bersama para wali murid yang lain. Ketika sang wali kelas mengumumkan peringkat tiga besar, Martabak cukup percaya diri walaupun rasanya mustahil ada di peringkat tersebut.
"Peringkat ketiga, di raih oleh... Reinanda alisya," kata bu Rani selaku wali kelas yang di iringi dengan tepuk tangan.
Martabak menghela napasnya. Masih was-was siapa tau ada sebuah keajaiban yang menjadikan Martabak peringkat satu, hehe.
Bu Rani pun melanjutkan. "Peringkat ke-dua, di raih oleh, Laila anggun, selamat!" Bu Rani tampak memberi jeda. "Dan peringkat pertama, di raih oleh..."
"Martha Bhaktera"
Hening. Tidak ada tepuk tangan. Semua mata menatap tak percaya ke arah Martabak, dan yang menjadi pusat perhatian malah menganga lebar tak percaya.
Dengan percaya diri, Martabak berdiri dan hendak melangkahkan kakinya ke depan dengan senyum percaya diri.
"Eh, tunggu dulu. Maaf, tadi terjadi kesalahan. Baik, saya koreksi. Yang menjadi peringkat pertama, adalah Marthalia Alena, selamat! Dan kepada Martabak, sekali lagi ibu minta maaf."
Sontak hal itu membuat ekspresi Martabak berubah. Inikah yang dinamakan di bawa terbang setinggi angkasa, kemudian di jatuhkan ke jurang bumi paling dalam? Oh, sungguh menyakitkan.
"Ngajak ribut tuh guru!" tiba-tiba babeh Bhaktera hendak berdiri namun di tahan oleh Martabak.
Heran, punya babeh satu hobinya ngegas mulu. -batin Martabak.
"Eh, babeh. Jangan malu-maluin napa, beh," bisik Martabak kepada babehnya. Babeh Bakhtera pun hanya pasrah sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.
Tiba giliran nama Martabak di panggil ke depan. Bu Rani tampak tersenyum senang kepada Martabak.
"Maaf ya, nak, pak. Walaupun begitu anak bapak sudah berusaha. Selamat, Martha mendapatkan peringkat sepuluh besar, meningkat jauh dari peringkat sebelumnya," kata bu Rani bangga.
Martabak terkejut bukan main. Pasalnya, semester kemarin bahkan Martabak mendapatkan peringkat lima dari bawah. Miris memang.
Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil.
*******
Setelah pembagian raport, Martabak menyuruh babehnya pulang terlebih dahulu. Martabak tampak mencari-cari seseorang yang sejak pagi tidak kelihatan batang hidungnya.
Namun tepat di ujung koridor, ada seseorang memanggil namanya. Sontak Martabak menoleh dan mendapati orang yang ia cari ada di sana.
Hannin segera berlari menghampiri Martabak.
"Gimana?" tanya Hannin setelah berada di hadapan Martabak.
Martabak memasang raut wajah sok sedih, membuat Hannin menautkan alisnya bingung.
Hannin menepuk pundak Martabak. "Gapapa, yang penting lo udah berusaha, Bak!" kata Hannin memberi semangat karena mengira Martabak telah gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARTABAK
HumorHanya kisah manusia aneh bernama MARTABAK dengan para antek-anteknya. Martabak di sini bukanlah buatan mamang tukang Martabak. Martabak hanyalah seorang manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan. 🎶 Martabak juga manusia... Puny...