31. Selingkuhan

817 91 14
                                    

"Bisa gak, sih, berteman tanpa melibatkan perasaan?"

-
-
-
-

Happy Reading ❤
-
-
_

Darrel seperti biasa menjemput Hannin. Di sekolah, Darrel bahkan mengantar Hannin sampai ke kelas.

Darrel memang masih bersikap dingin seperti biasanya. Tapi, cowok dingin seperti Darrel punya cara yang unik dalam memberikan perhatian kepada cewek yang di sayanginya. Kata orang, cowok dingin itu lebih menunjukkan rasa sayangnya bukan melalui kata-kata​, melainkan lewat tatapan dan bahasa tubuhnya. Dan itulah yang kini di rasakan oleh Hannin.

Ya. Darrel benar-benar sangat baik. Tetapi, Hannin belum bisa membalas kebaikan Darrel dengan perasaannya. Entahlah, rasanya seperti hati Hannin sudah terisi oleh orang lain.

Lagipula, sangat sulit bagi Hannin memberi sedikit celah di hatinya kepada Darrel, terkecuali rasa kasihan. Jahat memang. Tapi, memangnya perasaan bisa di paksakan?

Jelas-jelas, Hannin menerima Darrel hanya karena taruhan itu. Dan ya! Hannin juga tak lupa bahwa akan menagih tiga permintaan kepada Martabak atas kemenangannya.

Ya, Darrel tidak tahu bahwa dirinya hanya jadi bahan taruhan. Entah apa yang akan terjadi jika kenyataan itu terbongkar, pasti akan sangat menyakitkan. Hannin tidak tega menyakiti perasaan orang yang benar-benar tulus padanya, jadi Hannin memilih bertahan.

Tapi Hannin tidak sadar, bahwa yang ia lakukan akan melukai hati Darrel.

Hannin lupa, bahwa sikap dingin seseorang berasal dari sebuah rasa kecewa yang membuat seseorang menutup hatinya rapat-rapat dengan membekukannya. Sampai pada suatu saat, akan ada seseorang yang mencairkannya. Namun, apa jadinya jika orang yang berhasil membuat hatinya mencair malah mengecewakannya?

"Gue ke kelas." kata Darrel sebelum melenggang pergi keluar kelas.

Hannin hanya mengangguk mengerti.

Setelah keluar kelas, Darrel mengulum seulas senyum samar.

Gue sayang banget sama Hannin. Gue cuma bingung aja, gimana cara ungkapinnya. Batin Darrel.

*******

Resya datang setelah seminggu batang hidungnya tidak kelihatan.

"Hannin!!!!" teriak Resya sambil memeluk Hannin.

"Lepasin, woy!" kata Hannin melepaskan pelukan itu.

"Gue kangen banget sama lo." terang Resya.

"Bodo."

"Cih! Jahat banget sih lo, gak kangen apa sama gue?" tanya Resya.

"Gak."

"Sumpah ih nyebelin. Gak gue kasih oleh-oleh, deh," Hannin langsung merangkul Resya. "Resya, lo temen gue paling baik, deh. Bagi oleh-olehnya, dong!" kata Hannin dengan nada gemas.

"Najis! Ada maunya doang lo baik sama gue," Hannin pun terkekeh melihat ekspresi Resya.

Resya sudah seminggu tidak sekolah karena ada keperluan keluarga. Jadi, wajar saja kalau heboh sendiri orangnya.

"Eh, Nin. Emang bener lo pacaran sama kak Darrel?" tanya Resya masih tak percaya.

Hannin mengangguk.

"Sumpah! Gue gak percaya pas liat video lo ditembak​ di tengah lapangan sama Darrel, gue kira cuma hoax," ucap Resya dengan menggebu-gebu.

"Jelas-jelas yang ada di video itu muka gue. Itu​ seratus persen bener." jelas Hannin.

MARTABAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang