48. MANTAN

566 82 116
                                    

HANYA MAU MENGINGATKAN, SATU VOTE DAN KOMEN KALIAN SANGAT BERPENGARUH BAGI KELANGSUNGAN HIDUP MARTABAK.

CUS

HAPPY READING MOODBAKERS

Kamu punya mantan berapa?

______________________________________


MANTAN, mantan apa yang maunya selalu dimengerti, tapi dianya gak pernah mau mengerti kita?




























MAtematika pemiNaTAN.

Awoakwok.

Semenjak berstatus sebagai mantan, Martabak merasa dirinya sedang diuji mental dan batin dalam setiap momentum hidupnya. Saat Martabak sengaja berpapasan dengan Hannin, cewek itu sama sekali tidak menoleh. Jangankan menoleh, Martabak terpleset kulit pisang saja Hannin tak meliriknya sama sekali. Martabak ini sebelas-duabelas dengan nasib ulat hijau yang berada dipucuk daun, ada tapi tak terlihat.

Sudah hampir satu bulan lamanya menjadi mantan Hannin, kerjaan Martabak dari hari ke hari hanya uring-uringan tidak jelas. Bilangnya, sih, sudah move on, tapi setiap hari masih modus supaya berpapasan dengan Hannin.

Parahnya, Martabak masih sering memperhatikan Hannin dari kejauhan saat mantannya itu sedang latihan karate di Dojo, mengikuti cewek itu saat lari pagi, dan tak lupa juga melihatnya bersama orang lain.

"Gue udah move on!" sergahnya saat dituding gagal move on oleh satu tongkrongan.

Mereka semua tertawa karenanya.

"Mulut lo bisa bohong, tapi mata lo gak bisa, Bak!" seloroh Udin, "lo pikir kita di sini pada gak tahu? Setiap hari lo masih merhatiin mantan lo itu?" tanya Udin, nadanya terlihat seperti meremehkan.

"Kalau dipikir-pikir, lo yang mutusin, kenapa lo yang menderita, sih?" tanya Rajo ikut menimpali. Mereka semua tampak menyimak curahan hati seorang Martabak.

"Sekarang lo nyesel, kan? Nyesel, kan?" timpal Komeng baru saja datang dengan membawa pesanan minuman para lelaki kurang belaian kasih sayang.

Rajo langsung menyambar dengan semangat '45 botol-botol yang berada ditangan Komeng. "Malem ini pesta nih kite, udah lama gue gak minum, capek gue gawe mulu," ujarnya sambil meneguk anggur merah itu tanpa ampun.

"Enak bang Jo, udah kerja kaga perlu lagi mikirin skripsi kuliahan. Capek lu menghasilkan duit, nah gue? Capek iya, ngeluarin duit iya, dimarahin dosen iya, dapet duit kaga," keluh Farhan, cowok yang kini manyandang status mahasiswa teknik elektro semester lima itu sambil ikut meneguk minuman yang tadi Komeng beli.

"Lo jangan banyak ngeluh, Han. Gak seenak yang lu bayangin. Lo kudu bersyukur bisa kuliah. Duit orang tua lu kudu dipergunakan sebaik mungkin. Nyari duit susah, bor!" ujar Rajo memberi tahu, "gue kasih tau lu pada ye, kerjaan gue tiap hari juga gak gampang. Itu kalau gue salah prosedur, tangan gue yang bakalan hancur," terang cowok yang sekarang bekerja sebagai operator mesin di sebuah pabrik pembuat kemasan kaleng.

"Hidup ini keras, kawan. Lembek dikit, dibegoin!"

Jangan heran, tongkrongan kampung durian subur ini memang terdiri dari berbagai kalangan. Dari yang berumur matang sampai remaja, mereka tetap satu jua.

"Cobain, Bak! Pas banget buat lu yang sedang dilanda kegalauan!" tawar Komeng sambil menyodorkan gelas kecil berisi minuman anggur ditangannya.

Martabak yang sedang asyik mengunyah permen karet menatap merek botol itu lamat-lamat, "ogah! Itu mereknya cap orang tua, nanti kalau gue minum bakal cepet tua," tolaknya, membuat satu tongkrongan terbahak.

MARTABAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang