23. Taruhan

834 88 13
                                    

Pict Darrel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pict Darrel.
Si muka datar. .
.

"Yang berani memulai,
harus berani mengakhiri."

*
*
*
*

Perpustakaan adalah salah satu tempat yang penuh dengan ketenangan.

Seorang cowok dengan handset terpampang di telinga tampak sesekali memejamkan mata menikmati alunan lagu klasik yang indah. Lagu klasik menjadi salah satu lagu favorit nya karena membawa ketenangan dan dapat mempertajam ingatannya dalam belajar.

Dengan buku tebal yang menemaninya, cowok itu terduduk sila sambil bersandar tenang disebuah rak buku besar. Sangat nyaman dan tenang. Berbeda jauh saat jam istirahat berada dikelas, hanya ada keributan dan kegaduhan yang membuat telinganya panas. Itu sungguh memuakkan!

Dan tiba-tiba ketenangan yang selama ini ia damba-dambakan di renggut dalam sekejap. Sebuah rak buku besar hampir saja menamatkan riwayat hidupnya. Walaupun tetap memasang wajah stay cool nya, tapi jauh di dalam lubuk hatinya ia sangat terkejut bukan main, jantung nya berdetak hebat. Rasanya seperti maut baru saja lewat di depan matanya sendiri. Terserah kalian menganggap ini lebay! Dan hal yang paling menyebalkan ketika si pembuat masalah sekaligus si pemikat hati malah menyengir lebar dengan wajah tanpa dosa. Apa-apaan! Dia kira ini lelucon??

"Eh, Darrel. Hehehe," kata Hannin dengan cengiran lebar dalam keadaan menemplok di rak buku yang sudah roboh itu.

Darrel menatap Hannin dengan tatapan sejuta amarah. "Pembunuh!" ucap Darrel tajam kemudian langsung bangkit dan melenggang pergi keluar.

"Ha? Gue? Pembunuh?" Hannin menunjuk dirinya sendiri keheranan.

Hannin bangkit membenarkan seragamnya yang kusut.

Para penjaga perpustakaan pun berdatangan dan ada juga beberapa siswa yang melihat karena penasaran dengan suara debuman rak buku itu. Saat ini, keadaan perpusnya sangat kacau, Buku-buku berserakan di mana-mana, dan tak lupa dengan seorang cewek biang kerok penyebabnya.

"Astaghfirullah," ucap bu Sarah, penjaga perpus.

"Saya minta pertanggung jawaban! Bereskan rak dan semua buku seperti keadaan semula!" Perintah bu Sarah masih dengan ekspresi kesal.

"Siap, bu!" sahut Hannin.

Resya yang penasaran dan akhirnya malah melihat temannya sendiri penyebab kerusuhan itu. Hanya bisa berucap. "Bukan temen gue," kemudian hendak kabur namun di cekal oleh Hannin.

MARTABAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang