10. Hujan#2

1.1K 168 49
                                    


Gak apa-apa lo benci sama gue.
Tapi jangan lama-lama, ya bencinya:)


______________________
______

Happy Reading ...
❤3000

                    Angin berhembus kencang membawa dedaunan berguguran bak musim semi. Guruh saling bersahutan tak mau kalah menunjukkan siapa bunyi 'geledek' terbesar layaknya sedang berkompetisi.

Rintik hujan yang semakin lama semakin deras membasahi bumi tak kunjung reda.

"Lelet banget sih, lo," seru Hannin menyindir Martabak yang sedang menggoes sepedanya dengan kecepatan keong.

"Oh," sahut Martabak dengan malas.

Tiba-tiba, kecepatan sepeda berubah drastis menjadi sangat cepat bagai si keong Turbo yang minum oli dan berubah menjadi secepat kilat yang ikut balapan mobil dikejuaraan mobil balap.

Hannin mendadak sangat terkejut dan refleks mendekap erat leher Martabak untuk berpegangan.

"Ehh, lo mau mati, ya! Kalo mau mati jangan ngajak-ngajak gue!!" Seru Hannin dengan sangat panik.

"Selow, gak bakal nyampe mati, kok," kata Martabak dengan santai sambil menambah kecepatan sepedanya.

"Woy! Jangan ngebut! Gue takut, berhenti!!" Hannin tampak sangat panik sambil berpegangan dengan menyedekap leher Martabak sampai tercekik.

"Uhuk..uhuk, udah, Nin, udah. Jangan cekik gue! Gue gak bisa napas, Njir," seru Martabak sambil mengendarai sepeda yang ugal-ugalan karena tidak konsen sedari tadi terus dipukuli dan dicekik oleh Hannin.

Dan ketika hendak mengerem sepedanya, ternyata oh ternyata..

REMNYA BLONG.

Berkali-kali Martabak mencoba menekan rem sepedanya dengan pasrah. Dan sekarang Martabak hanya bisa pasrah pada keadaan.

"Buruan berhenti!!" Wajah Hannin sudah pucat karena kecepatan sepeda sudah diatas rata-rata.

"Gak bisa!!" Kata Martabak dengan nada pasrah.

"Apa, lo bilang?"

Seketika Hannin mendadak heboh, Hannin tidak berhenti memukuli punggung Martabak.

Hannin sangat takut kejadian sewaktu ia kecil terulang lagi. Kejadian ketika Hannin dibonceng oleh temannya dan jatuh ditanjakan rumah neneknya yang sangat curam sampai tulang kakinya patah.

Tiba-tiba,​ dijalan minimalis yang hanya muat sekitar satu mobil itu, terlihat sebuah truk pasir nyasar yang datang dari arah berlawanan dengan cepat. Mereka berdua sangat terkejut bukan main. Pasalnya, bisa saja mereka berdua tewas tertabrak truk pasir itu ditempat.

"Cepet berhenti! Ada truk di depan kita!! Please...gue belum mau mati, gue belum bahagiain orang tua gue," rengek Hannin.

"Lo bisa diem gak, sih?" Martabak tampak frustasi.

Ketika jarak sepeda dengan truk pasir tinggal satu meter, Martabak dengan sigap membanting setir sepeda kekanan.

MARTABAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang