"Jam berapa nih!" Ucap Syifa lalu melihat jam dinding.
"Astaghfirullah aladzim, jam setengah empat." Ucap nya lalu berlari menuju ke kamar mandi. Setelah bersiap-siap untuk solat tahajud, Syifa akhirnya keluar dan melaksanakan ibadah.
"Ya Allah, ampuni dosa Syifa ya Allah, maaf karena telat tadi ya Allah, soalnya tadi malam Syifa tidur kemalaman, maafin Syifa ya, dan ya Allah, sehatkan Abi, umi, kak Zidan, kak zahdan ya Allah, bahagiakan mereka ya Allah, angkat dosa mereka dan juga dosa Syifa ya Allah, semoga kami bisa berkumpul di surga mu esok." Dengan khusuk Syifa memejamkan matanya sambil menadahkan tangan.
"Ya Allah Hmm, Syifa mau nanya, bagaimana kabar bang Zaki ya Allah, Syifa dengar dia akan pulang ke Indonesia? Hehehe Syifa cuma nanya kok. Hanya itu doa Syifa ya Allah, Amin." Selesai dengan doanya, Syifa lalu membereskan alat solat nya.
Setelah merapikan kembali seluruh perlengkapan solat nya, Syifa turun ke bawah untuk membantu uminya mempersiapkan alat solat berjamaah nanti subuh.
"Tumben lambat bangun dek." ucap Zahra saat melihat Syifa baru turun dari tangga. "Hehehe maaf mi, tadi malam abis ngerjain pr kelamaan." Ucap Syifa cengiran khas nya.
"Hmm makanya kalau umi bicara didengerin, pr itu-" Ucapan Zahra terhenti karena Syifa menyambungnya. "Pr itu harus dikerjakan saat setelah istirahat siang selepas pulang sekolah, bener kan mi." Ucap Syifa menatap Zahra dengan senyum chubby nya.
"Sini anak umi, udah pandai sekarang nyambung kata uminya ya!" ucap Zahra lalu mencubit pipi Syifa yang chubby. "Aduh, Ampun umi, Syifa diajarin kak zahdan tuh!" ucap Syifa.
Sontak zahdan yang baru turun tadi tangga pun menoleh karena merasa namanya disebut. "Perasaan tadi namaku dipanggil, ada apa ni, kok nama zahdan di sebut mi?" Tanya zahdan dengan raut wajah yang bingung.
Tiba-tiba pandangan Zahra berubah menjadi tatapan yang sangat mencurigakan. "Bener kamu ngajarin adek untuk nyambung perkataan umi!" ucap Zahra yang menatap horor ke arah zahdan. Sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Zahra hanya menyengir dengan bodoh, dengan cepat ia lalu mencari alasan agar terhindar dari umi nya.
"Eh, itu Hmm, Abi udah bangun belom!" Ucap zahdan mengalihkan topik lalu berlari lagi kelantai dua.
"Ckckck, apa yang dilakukan seseorang kalau berbuat kesalahan." ucap Zahra lalu menatap ke arah Syifa. "Maaf umi." Ucap Syifa sambil mengangkat dua jarinya.
"Lain kali, jika mau nyambung perkataan seseorang harus melihat posisinya ya sayang, umi gak mau kamu berbicara lancang nanti kepada semua orang, takut menjadi kebiasaan, mengerti kan." Ucap Zahra lalu memeluk Syifa. "Iya umi, Syifa sayang umi." Ucap Syifa mempererat pelukannya.
* * *
Setelah selesai melaksanakan solat subuh bersama, seluruhnya pun segera bersiap siap untuk lari pagi, karna hari ini adalah hari Minggu. "Kakak udah bangunin bi Maria belum?" Tanya zahra sambil menatap ke arah Zidan yang tengah berdiri menunggu keluarga nya.
"Udah mi, katanya mau langsung ke pasar aja, takut ramai nanti."
"Eh, Kalau gitu kalian aja yang pergi, umi kepasar dulu aja." Ucap Zahra yang pergi kedalam rumah.
"Yaudah, kita berangkat!" Ucap Jordi dengan semangat sambil mengangkat tangannya.
"Tunggu dulu bi, bentar ya."
Syifa dan Jordi lalu menoleh bingung ke arah Zahdan, ingin apa lagi dia sehingga harus ditunggu?
"Calon makmum zahdan, bangun cepat! Kita lari pagi, anak gadis gak boleh bangun siang!" Teriak zahdan yang membuat Zidan dan Jordi menutup telinga.
"Iss kakak, berisik tau!" Teriak Syifa sambil menutup kedua telinganya dengan kesal.
Krtt.
Pintu pagar rumah Naufal pun terbuka. "Nih anak ya, pagi-pagi udah ribut, emang ya gua rasa curiga pas lu baru lahir dulu, udah nakal dari ono nya." Ucap Naufal yang keluar dari rumahnya lalu menyusul Jordi.
"Elah om! galak amat, orang gua manggil calon bini, ngapain om yang sibuk, kebiasaan!"
Naufal menatap tak percaya ke arah Zahdan, baru saja anak itu mengatainya, memangnya dia sudah lupa siapa lawan bicara nya ini, kalau suka sama anak orang masa bapak nya dilawan, gak dikasih Restu baru tau!
"Etdah, Heran gua ngidam apa si Zahra kok bisa anak nya yang satu ni belok sendiri, si Zidan sama Syifa aja adem-adem dingin, lah bocil satu ini haduh, pusing gua." Ucap Naufal.
"Eh, Kemana tuh orang orang." Ucap Zahdan yang kelimpungan karna tak ada kehadiran Abinya, kakaknya dan adiknya.
"Etdah, Jordi tungguin gua!" Teriak Naufal lalu menyeimbangkan langkahnya dengan Jordi.
"Duh, Laila keluar gak!" Dengan cepat zahdan berteriak untuk yang kedua kalinya karena sang pujaan hati tak kunjung keluar dari rumah nya.
"Woi! Noh adik gua udah duluan Ama adik Lo!" Teriak Zahir yang merupakan kakak dari Laila dari lantai dua.
"Oh makasih Abang ipar, ane pergi dulu assalamualaikum." Ucap zahdan lalu berlari menuju kearah Laila.
Zahir hanya mengangguk sambil menatap kepergian Zahdan dan yang lainnya.
Kalau tuh anak nikah Ama adek gua, masih bisa gak ya gua nikah Ama Syifa. Etdah, lagipula itu mah takdir Allah.
* * *
Setelah berlari beberapa keliling lapangan di taman, akhirnya Syifa dan Laila pun segera duduk, Jordi dan Naufal? Jangan tanyakan, mereka terus berolah raga hingga tubuh mereka benar benar seperti orang habis mandi.
"Fa." Panggil Laila.
"Hmm, apah?" Jawab Syifa lalu mengalihkan pandangannya ke arah Laila, dan melanjutkan minum nya.
"Menurut kamu, Z-zahdan itu serius gak ya?" Ucal Laila dengan ragu, namun tetap harus ia tanyakan.
"Uhukk!!!"
Sontak Syifa pun tersedak, belum pernah ditelinga nya ia mendengar Laila menganggap serius omongan zahdan.
Puk puk.
"Eh, kamu kenapa, gak papa kan?" Dengan panik laila lalu menepuk punggung Syifa dan menatap nya bingung. "Sejak kapan kamu peduli sama ucapan bang Zahdan!"
"I-itu, hmm gimana ya." Ucap Laila gugup lalu menundukkan kepalanya.
"Loh Laila!"
Mendengar ada yang memanggil Laila, kedua gadis itu pun lalu menoleh ke arah sumber suara.
"Abang Zahir kamu mana?" Tanya nya sambil tersenyum ke arah adik dari sahabat nya itu.
"Loh bang Zaki! Abang kapan pulang ke Indonesia?" ucap Laila terkejut.
Kak z-zaki! t-tapi kapan!
* * *
Wahyu retsyafani.
14.00 WIB.

KAMU SEDANG MEMBACA
SYIFA (Lagi Revisi Nih!)
Storie d'amore⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. Syifa alfurqan POV Kata umi, dia menikah dengan abi sewaktu umur 22 tahun, umi bilang awal masa pernikahannya tidaklah baik, tapi umi ku adalah wanita yg tegar, ia selalu menerima segala perlakuan Abi, hingga a...