Mengagumi seseorang begitu besar sudah menjadi kebiasaan baginya, menyayangi dan mencintai seseorang begitu dalam sudah ia rasakan belakangan ini. Awalnya ada rasa simpati yang berubah jadi rasa sayang dan berakhir menjadi rasa cinta ia pendam setahun belakangan.
Senyumnya tergambar jelas melihat gadis itu dari dekat. 5 hari diluar negeri membuat perasaannya tidak tenang memikirkannya, rasa rindu yang menangkup hatinya begitu besar hingga ia memutuskan untuk kembali lebih cepat dari jadwal yang ditentukan. Ia kembali dan menghubunginya, ia meminta gadis itu datang ke bandara menjemputnya karena ia ingin orang yang pertama ia lihat saat menginjakkan kaki di tanah air adalah dirinya. Perasaan bahagia tak bisa ia gambarkan saat melihat gadis itu berdiri tak jauh darinya, ia berpikir jika gadis itu datang untuknya tapi sebuah kenyataan berhasil menyadarkannya saat melihat Elang Trinarenra Abraham. Gadis itu datang menjemput kakaknya, bukan dirinya. Ia kecewa tapi rasa kecewa itu tak bertahan lama melihat kekukuhan gadis itu meminta maaf padanya, dia tidak salah yang salah adalah dirinya. Kenapa ia harus berharap? Salah satu faktor adanya sakit hati karena harapan yang tak sesuai keinginan.
Jangan berharap! Kalimat itu yang selalu ia tekankan namun ia sadar jika ia adalah manusia biasanya yang tak pernah lepas dari harapan yang tinggi. Ia membiarkannya, membiarkan jiwa dan raganya untuk tetap berharap meski ia tau konsekuensinya kedepan.
"Yahhh" Arum menatap baju seragamnya dan ice cream yang ada ditangannya bergantian, coklat yang membalut ice creamnya meleleh dan mengenai bajunya, Arum menyingkirkan coklat itu namun coklatnya makin melebar.
"Pake sweater aku aja!" Vido mengulurkan sweater biru miliknya, Arum menolak memakainya namun Vido mendesaknya hingga Arum pasrah meraih dan memakainya. Arum kembali memakan ice creamnya sambil bersenandung, Vido mengelus kepala Arum gemas.
"Jadi kamu takut aku marah?" Vido masih mengingat ucapan Arum sebelumnya saat menjelaskan semuanya. Arum mengangguk cepat. Vido mengulum senyumnya, entahlah tapi rasanya Vido punya kesempatan untuk mendapatkan cinta Arum."Aku antar pulang ya" Arum menggeleng, Arum tidak bisa pulang sebelum kakaknya datang, kakaknya meminta Arum tetap disana berarti Arum harus tetap ditempatnya "Kak Elang mau kesini?" Tanya Vido
"Iya, waktu kakak beli ice cream kak Elang nelfon dan minta aku nunggu disin--oh itu orangnya!" Arum langsung melambaikan tangannya melihat sang kakak berjalan kearahnya. Arum dan Vido menatapnya sampai pria itu berdiri didepan Arum tanpa ekspresi.
"Ka--"
"Ayo pulang!" Elang meraih tangan Arum untuk meninggalkan Vido namun Arum menahannya.
"Kak Elang tunggu dulu!" Arum menoleh pada Vido "Kak Vido, dia ini kak Elang kakak aku, kak Elang dia ini kak Vido temen aku" Arum memperkenalkan keduanya, Vido mengulurkan tangan pada Elang
"Vido"
"Kakak!" Rengek Arum meminta Elang meraih tangan Vido yang sejak tadi terulur padanya
"Kita.pulang.sekarang!" Tekan Elang mengeratkan genggamannya pada Arum. Arum menggigit bibir bawahnya menahan sakit ditangannya, kakaknya ini kenapa?
"Tapi kak ak--" Arum tak bisa lagi bicara melihat tatapan dingin yang ditujukan Elang padanya, dengan senyum terpaksa Arum menoleh pada Vido yang tersenyum masam mengepalkan sebelah tangannya yang sempat ia ulurkan pada kakak gadis yang ia cintai didepannya
"Kak aku pulang dulu ya nanti aku hubungi lagi!" Pamit Arum membiarkan Elang membawanya pergi meninggalkan Vido dalam keheningan.* * *
Arum meringis sesekali menatap sebelah tangannya yang digenggam Elang begitu kuat. Sakit, rasanya tulang jemarinya remuk saat itu juga. Arum ingin protes namun Arum takut merasakan aurah menyeramkan dari tubuh kakaknya itu. Arum dan Elang menusuri jalan setapak di taman, hingga akhirnya mereka sampai di parkiran.
![](https://img.wattpad.com/cover/157998515-288-k760264.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Roman pour Adolescents(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Elang Trinarenra Abraham ingin seorang adik. Bukan adik kandung tapi adik angkat, Elang tau jika mamanya sudah tidak bisa mengandung lagi makanya ia meminta adik angkat pada kedua orang tuanya. Elang tidak memikirkan sama s...