Bagian 37. Lupa

35.8K 3.1K 272
                                    

"Arum!" Sentak Megan memegang bahu Arum. Pagi ini dan hingga saat ini mereka di kantin Arum tetap saja diam seakan jiwanya berkelana entah kemana. Arum mengerjap-erjapkan matanya menoleh pada Megan disampingnya dan Mirah duduk didepannya yang terlihat khawatir.

"Kamu nggak apapa, Rum? Kamu sakit?" Tanya Mirah berdiri memegang kening Arum dan sebelah tangannya lagi ia letakkan pada kening Megan yang lebar. Megan menepis tangan Mirah sambil mendumel, kenapa mesti keningnya? Kenapa bukan kening Mirah sendiri? Apa karena kening Megan yang cukup lebar hingga Mirah leluasa menyentuhnya?

"Kok kening kamu makin lebar?" Tanya Mirah reflek membuat Megan memegang keningnya

"Enak aja!" Sentak Megan tak terima, kalau keningnya makin lebar bisa gawat, ibaratnya bukan cuma lapangan bola lagi tapi ditambah lapangan basket plus jaringnya "Jangan ngalihin pembicaraan ya!" Sambung Megan membuka jepitan rambut bagian depan agar poninya menutupi keningnya. Mirah terkekeh, Mirah kembali menatap Arum yang menatap kosong kedepan. Tubuh Arum ada didepannya tapi jiwanya tak ada. Apa yang terjadi?

"Oyah, abangku udah pulang kemarin" Mirah memberikan informasi pada keduanya jika Marcel sang abang akhirnya pulang.

"Oyah? Sama A'a Ben?" Tanya Megan yang digelengi Mirah

"Sama kak Hasa" Hasa adalah sahabat Elang dan Marcel, mereka tinggal bersama selama di London. Dan Ben, pria itu masih di Prancis, katanya dia akan kembali bulan depan setelah menyelesaikan semua urusannya.
"Rum, bang Marcel punya hadiah buat kamu"

"Buat aku?" Tanya Arum setelah kesadarannya kembali ketika Mirah memegang tangannya, Mirah mengangguk, bukan cuma Arum tapi Megan, Ruth dan Diana juga ada makanya Mirah meminta mereka untuk datang ke rumahnya hari ini.
Megan setuju akan ke rumah Mirah namun berbeda dengan Arum. Pagi ini ia berangkat sekolah pagi-pagi sekali sebelum kakaknya bangun dan siang ini kakaknya akan menjemputnya tapi Arum tidak mau. Arum ingin menghindari kakaknya itu sebisa mungkin.

"Tapi Mir--"

"Biar aku yang bilang sama kak Elang" ucap Mirah tau apa yang dipikirkan Arum didepannya. Arum menatap Mirah lalu mengangguk, ikut dengan Mirah berarti bisa menghindari kakaknya untuk saat ini.

Mirah dan Megan kembali memperdebatkan sesuatu sembil menikmati makan siangnya berbeda dengan Arum yang mengaduk-aduk makanannya tak berselera. Kenapa Arum terus memikirkan kejadian kemarin? Arum menggeleng cepat dan menepuk kedua pipinya yang memerah.
"Muka kamu kenapa, Rum?" Mirah menatap wajah Arum yang semakin memerah, Arum menggeleng kikuk, Arum merasa tertangkap basah memikirkan yang tidak-tidak.

"Kamu alergi?" Tanya Megan menatap pesanan Arum "Tumben kamu alergi bakso?" Biasanya Arum makan bakso tapi dia baik-baik saja tapi hari ini?

"Nggak kok aku cuma mikirin sesuatu"

"Mikirin yang jorok-jorok ya?!" Tunjuk Mirah membuat Arum panik melihat seluruh tatapan siswa disana tertuju padanya.

"Nggak kok!" Bantahnya cepat, Mirah dan Megan menatap Arum memicing, Arum menaikkan kedua jarinya berbentuk 'V' untuk meyakinkan mereka, Mirah dan Megan tersenyum lalu kembali makan. Arum menghela napas panjang lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Aku boleh nanya, nggak?"

"Asal bukan mata pelajaran boleh aja" Arum mengangguk setelah Megan mempersilahkan

"Gini," Arum memiringkan tubuhnya menghadap Megan dan Mirah didepannya "Ak--kemarin aku jalan di mall, aku liat cewek sama cowok yan--"

"Mereka pasangan?"

"Bukan mereka kakak-adik" jawab Arum cepat setelah Mirah bertanya

"Terus?" Megan meminta Arum melanjutkan apa yang ingin ia ucapkan

Sister Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang