"Jangan hiks. . ."
Suara pintu kamar terbuka, sosok pria dewasa seumuran dengan Edwin memasuki kamar dengan senyuman bak malaikat. Arum tau jika itu bukan malaikat biasa tapi malaikat pencabut nyawa. Menyeramkan.
Arum terperanjat, reaksinya seperti melihat hantu. Ia berdiri dari ranjang saat pria itu mendekat. Arum ketakutan, panik, gelisah, ia tak tau harus apa selain menghindari pria tua itu.
"Reaksimu sangat berbeda dari yang sebelumnya, sweety" suara serak itu membuat bulu kuduk Arum meremang, Arum memeluk dirinya begitu was-was. Wajahnya pucat pasih karena ketakutan.
"Ke-kenapa aku disini?"
"Aku membawamu kesini saat kamu tertidur sweety"
"I-bu mana?"
"Kenapa kamu mencari wanita tua itu?" Pria itu berdecak tak suka Arum mengingatkannya dengan Arinka "Kemarilah! Om ingin memelukmu" lanjutnya memberi isyarat untuk mendekat. Arum semakin mundur, membuat pria itu kesal setengah mati.
"Aku bilang kemari berarti kamu harus kemari?!"
"Nggak!"
"Sepertinya kamu lebih suka dipaksa, huh? Tak masalah, itu lebih menantang" pria itu mendekat membuat Arum panik melempar apapun yang bisa ia jangkau kearah pria itu hingga sebuah benda mendarat diwajahnya, ia semakin murka dan menarik Arum dan melemparnya bak boneka keatas ranjang.
"Kamu tau sweety om sangat merindukanmu. Om kira di kafe itu bukan kamu dan ternyata benar kamu. Rasanya om bahagia sekali bisa bertemu dengamu lagi" pria itu mendekat dan memerangkup Arum dibawahnya.
"Jangan!"
"Jangan lama maksudnya? Oh baiklah sayang" Pria itu membuka bajunya membuat Arum semakin ketakutan, ia sudah menangis histeris, apa sekarang? Kenapa hidup Arum selalu seperti ini? Dulunya ia dilecehkan hingga membuatnya serasa gila dan sekarang kejadian itu akan terulang lagi? Kenapa takdir begitu kejam padanya? Apa ia memang ditakdirkan untuk mengalami semua ini?
Sreeekkk
"JANGAN OM HIKS AKU MOHON!" Teriak Arum histeris memukul, mendorong dan merontah semampunya dalam rengkuhan Khairil yang berhasil menyobek seragam yang ia gunakan hingga memperlihatkan tanktopnya berwarna merah.
"TOLONG!"
Arum berteriak menjauhkan dirinya dari Khairil berharap ada orang yang datang menolongnya. Namun apalah daya, harapan Arum pupus saat Khairil mengatakan jika rumah itu adalah rumahnya dan orang-orang yang ada disana adalah bawahannya. Mau sekeras apapun Arum meminta tolong tak akan ada seorangpun yang bisa melakukannya.
"Nggak!"
"Aku nggak mau!"
"Lepasin hiks. . .!"
Arum menahan tangan Khairil ketika membuka rok seragamnya. Tapi lagi-lagi tenaganya tak mampu mengimbangi tenaga pria tua itu. Bahkan tangis Arum semakin menjadi-jadi ketika tanktopnya dilepas secara paksa hingga membuat Arum hampir polos. Kedua tangan yang memukul Khairil ditahan oleh satu tangan pria itu lalu dengan bebasnya ia menciumi wajah Arum yang rontahannya melemah.
"Ku-kumohon jangan om hiks!!!"
Pinta Arum menjauhkan wajahnya saat Khairil ingin mencium bibir tipisnya. Arum menangis histeris dan tetap meronta. Menjijikan, Arum jijik mendapatkan perlakuan tak senonoh oleh kekasih ibunya sendiri. Arum menjerit penuh kesakitan, fisik dan batinnya begitu terluka merasakan pria tua itu menghisap setiap inci kulitnya.
Arum tak pernah menyesali lahir dari rahim ibunya, apalagi setelah mendapatkan perlakuan kasar dari sang ibu. Arum tetap bersyukur karena wanita itu telah melahirkannya. Tapi yang Arum sesali karena kehadiran Khairil. Datangnya Khairil kekehidupan mereka membuat Arum semakin nelangsa, pelecahan yang diterimanya hampir 6 tahun yang lalu membuat ibunya semakin membencinya dimana seharusnya Arum mendapat rengkuhan dan dukungan malah dipersalahkan atas semuanya. Arum trauma dan psikisnya terguncang hingga membawa gadis itu ketempat dimana tak seharusnya ia berada. Trauma yang lebih menjuruh kedepresi.
![](https://img.wattpad.com/cover/157998515-288-k760264.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Elang Trinarenra Abraham ingin seorang adik. Bukan adik kandung tapi adik angkat, Elang tau jika mamanya sudah tidak bisa mengandung lagi makanya ia meminta adik angkat pada kedua orang tuanya. Elang tidak memikirkan sama s...