Bagian 51. Omelan Mirah

29.4K 3K 394
                                    

Lirikan mata Arum terus mengarah pada sosok gadis yang duduk disampingnya, lalu ia membuang muka kesamping saat gadis yang ia tatap menolah padanya. Arum ingin mengatakan sesuatu padanya namun entah kenapa ia merasa susah untuk memulai. Kejadian kemarin masih membekas diingatan Arum saat dengan gamblangnya sang kakak yang kini jadi pacarnya memberitahu gadis itu jika mereka pacaran membuat Arum tak bisa berkata-kata apalagi dengan kepergian sahabatnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Arum meremas kedua tangannya lalu mengigit bibir bawahnya hingga memerah. Apa yang dipikirkan Mirah saat ini?

Arum terperanjat saat ponsel yang ada ditangan Mirah tergeletak di meja. Gadis itu meletakkan secara kasar lalu menghela napas pasrah.
Arum memutar bola matanya kesegala arah memperhatikan seisi ruangan yang tak ada spesialnya sama sekali.

"Kalau mau ngomong ya ngomong aja! Nggak usah bersikap bodoh kayak gini!" Kesal Mirah melotot pada Arum yang kini meneguk salivanya

"Ma-mau ngomong apa?" Tanya Arum  tanpa dosa, Mirah menganga menatap Arum. Apa selama ini guru mereka tidak salah memberi nilai? Mana mungkin gadis sebodoh Arum selalu juara umum di sekolah mereka? Mirah menghela napas kasar dan meremas buku didepannya membuat Arum bergidik ngeri

"Kamu beneran perlu di ketok pake palu hakim kayaknya deh, Rum" kata Mirah berdecak, Arum mengembung-embungkan pipinya sedikit berpikir. Mata bulatnya semakin bulat setelah mengingat sesuatu,

"Oh tentang kemarin ya?" Tanyanya lesu, Mirah meliriknya sekilas tanpa bersuara "Yang itu ya, Rah?" Perjelas Arum yang wajahnya sudah memerah setelah kejadian semalam terlintas dikepalanya

"Kalian ngapain?"

"Ciuman,"

"EH?!"

Mirah meletakkan jari telunjuknya didepan bibirnya sedangkan Arum langsung menutup mulutnya. Keduanya menoleh kesana kemari melihat apakah teman sekelasnya ada yang mendengar pembicaraan mereka atau tidak, keduanya menghela napas lega setelah melihat jika mereka sibuk dengan dunia masing-masing.

Pletakk

"Awww" ringis Arum memegang keningnya yang telah disentil oleh Mirah

"Polos ama bego beda tipis ya Rum, jadi kalau nggak mau dikatain bego makanya jangan polos apalagi polosnya kebangettan kayak kamu" omel Mirah sedikit khawatir pada Arum yang polosnya naudzubillah, Mirah harap diluar sana tidak ada yang memanfaatkan kepolosan Arum.

Arum masih misu-misu mengelus keningnya, ini pertama kalinya Mirah menyakitinya mungkin karena Mirah sudah jengkel padanya. Arum tidak marah, Arum maklum, mungkin Mirah khawatir padanya. Tapi, salahnya dimana jika Arum jujur? Dia dan kakaknya kan memang ciuman.

"Jadi," Arum menolah pada Mirah yang menatapnya serius "Kalian pacaran?" Sambung Mirah, Arum mengangguk cepat. Mirah tersenyum tipis "Udah kuduga kak Elang emang nekad" Mirah menggaruk kepalanya yang tak gatal

"Nekad kenapa?" Tanya Arum tak mengerti

"Kamu nggak lupakan kalau kalian saudara?" Arum menggeleng lagi "Lalu kenapa kalian pacaran?" Sambungnya ingin memastikan

"Kak Elang bilang kalau kami nggak punya hubungan darah"

"Tapi hukum ud---"

"Katanya hukum bisa diubah" Mirah terperangah, benar-benar nekad. Untung saja perasaannya yang dulu sudah hilang kalau tidak sudah dipastikan hatinya akan hancur lebur mengetahui hubungan keduanya.

"Yah, itu benar. Tapi Arum, apa kamu juga mencintai kak Elang?" Mirah sudah tau jika Elang mencintai Arum tapi sahabatnya itu, entahlah. Dia masih polos, Mirah takut apa yang Arum rasakan bukan cinta dan malah menganggap jika itu cinta.

Sister Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang