Bagian 53. Tolong

22.9K 2.4K 194
                                        

"Maksud ibu apa?"

Wajah pucat serta keringat dingin kini membasahi wajah Arum melihat bangunan rumah sederhana didepannya. Arum lupa, dan ia sempat lupa seperti apa tempat asalnya yang dulu, tapi kini ingatan itu kembali setelah melihatnya. Kenangan buruk yang selalu ia terima  kembali berputar diotaknya bak kaset rusak.

"Kenapa ibu membawaku kesini?" Arum menoleh pada Arinka berdiri arogant disampingnya, Arinka melipat kedua tangan sambil menoleh pada Arum.

"Kenapa? Ini rumah ibu dan itu berarti ini rumah kamu juga, kan kamu anak ibu"

"Nggak!"

"Apa kamu mau menyangkal kalau ibu ini ibu kandungmu?" Tanya Arinka tak percaya "Ya Tuhan, kenapa aku melahirkan anak durhaka sepertinya?" Sambung Arinka sinis membuat Arum meneguk salivanya susah. Arum mengepalkan kedua tangan dengan tangis tertahan. Arum tidak mau ada disana, Arum benci, Arum merasa sesak untuk sekedar berlama-lama ditempat itu.

"Ibu bilang aku bukan anak ibu, tapi sekarang?" Arum mundur selangkah "Entah angin apa ibu datang dan mengakuiku sebagai anak, aku tidak tau seperti apa ibu sebenarnya, dulunya membenciku bahkan tak sudi menyebutku sebagai anak ibu, membuangku, dan sekarang muncul lagi." Arum mengusap wajahnya kasar lalu menggeleng keras "Apa ibu merencanakan sesuatu?" Jika saja Arinka datang dengan sikap keibuan mungkin Arum bisa percaya tapi nyatanya tidak. Arinka terlihat seperti Arinka yang sebelumnya. Arogan dan jahat.

"Mulai hari ini kamu akan tinggal bersamaku." Arum terkejut dengan ucapan Arinka, ia merontah untuk dilepaskan saat tangannya ditarik begitu saja namun sayang tenaganya tak mampu melawan Arinka yang menyeretnya masuk kedalam rumah yang tak ingin Arum lihat lagi.

"Lepasin bu! Aku mau pulang" Arum memegang tiang teras menolak untuk masuk. Arinka kukuh menarik Arum memasuki rumahnya bahkan dengan teganya ia menarik rambut panjang Arum yang diikat.

"Ibu lepasin! Aku mau pulang" Arum berusaha melepaskan tangan Arinka darinya, hingga tangan itu kini mendorongnya membuat Arum terjatuh kelantai.

"Anak kurang aja!" Arinka meletakkan kedua tangannya dipinggang lalu menatap Arum sinis "Dikasih hati malah minta jantung, untung aku nggak punya niat baikin kamu selamanya. Pura-pura baik beberapa jam saja membuatku serasa gila" keluhnya, Arinka memang menahan rasa kesalnya saat bersama Arum. Melihat Arum mengingatkannya pada pria itu. Tapi Arinka menahannya dengan penuh kesabaran agar rencananya berjalan lancar.

Arum berdiri, niatnya untuk pergi dari sana kembali gagal saat Arinka menarik tangannya untuk tetap tinggal, bahkan tangis Arum sudah tak terbendung memohon untuk dilepaskan.

Hiks. . .

"Bu, lepasin aku! Aku mohon hiks. . ."

"Nggak akan! Kamu akan tetap tinggal disini sampai orang itu menyerah untuk mencarimu! Tidak akan kubiarkan dia mendapatkan kamu" ucap Arinka berkobar-kobar penuh amarah

"Aku nggak ngerti apa yang ibu maksud jadi kumohon biarin aku pergi" pinta Arum dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Arum tidak tau apa maksudnya dan Arum tidak mau tau. Yang Arum inginkan sekarang adalah pergi dari sana, Arum tidak ingin tinggal bersama ibunya yang jahat, Arum tidak bisa memikirkan hidupnya nanti jika tinggal di rumah itu.

PLAAKKK

Arum memejamkan mata menahan rasa perih diwajahnya. Bukan hanya perih tapi sakit bahkan sakitnya mengenai hatinya, sakit seakan hidup Arum akan berakhir saat ini juga. Arum menggeleng pelan sampai gelengan itu semakin cepat berusaha menepis bayang-banyangan semasa kecilnya yang suram. Tamparan, pukulan disekitar tubuhnya dan mentalnya selalu dihantam oleh ibunya sendiri dalam berbagai cara.

Sister Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang