Bagian 30. Mama

25.7K 2.4K 428
                                    

Instagram : unianhar

Arum menaikkan selimutnya sebatas dada dan meremas pinggir selimutnya kuat-kuat. Arum meredam rasa khawatir, gelisah dan kalutnya bersamaan agar ia bisa menutup matanya. Sampai jam 2 subuh mata Arum tetap tak bisa terpejam mengingat kejadian kemarin. Kenapa orang-orang yang dulunya menyakiti Arum muncul dalam satu hari? Waktu yang Arum lalui selama ini tak sebanding dengan waktu ketika bersama mereka. Butuh waktu untuk Arum melupakan mereka, dan dalam sekejap mereka muncul seakan kembali menggores luka Arum yang sempat sembuh.

Ayah kandungnya dan Shafa. Arum terus memikirkan ada hubungan apa antara ayahnya dengan Shafa? Kenapa Shafa yang selalu membullynya memanggil ayahnya papa? Dan juga ibunya, kenapa ibunya juga datang hari ini. Kenapa tiba-tiba? Apa yang ibunya rencanakan padanya? Bukankah ibunya sendiri yang meminta Arum pergi?

Arum kecil mengikuti Arinka sang ibu kemana ia membawanya. Tak peduli ringisan dan pertanyaan Arum, Arinka terus menariknya untuk keluar dari rumah. Arinka memesan taksi dan membawa Arum pergi dari sana. Setelah 30 menit, Arinka meminta Arum turun dari taksi dan membawanya masuk kesebuah panti asuhan.

"Ibu kenapa kita kesini?" Tanya Arum menatap Arinka meminta penjelasan

"Mulai hari ini kamu tinggal disini"

"Ibu buang aku? Aku salah apa ibu?" Arum menarik-narik ujung baju Arinka meminta penjelasan, matanya tak bisa lagi memendung air matanya "Ibu aku minta maaf kalau aku salah, aku nggak akan lakuin itu lagi, aku janji bakal nurut kata ibu, aku ng,"

"DIAM!" Arum tersentak mendengar bentakan Arinka. Setelah menyerahkan Arum pada pihak panti, Arinka meninggalkan Arum yang menangis tersedu-sedu. Tidak, Arum mau tinggal bersama ibunya. Arum berlari mengikuti ibunya meski Arinka memintanya kembali ke panti asuhan itu.

"Hiks. .tolong jangan buang aku!" Pinta Arum terus mengikuti Arinka "Aku mau ibu, aku nggak mau tinggal disana. Ibu kumohon" Arinka menghentakkan tangan Arum darinya. Arinka meminta Arum diam dan tidak mengikutinya. Arum tidak menuruti perintahnya, Arum terus menangis tak peduli tatapan orang-orang yang berdiri disekitarnya.

"Ibu hiks . . ."

"Pergi!" Arinka mendorong Arum hingga terjatuh, Arinka menyebrang setelah lampu lalu lintas berubah berwarna merah begitupun orang-orang yang sejak tadi berdiri menunggu lampu hijau berubah jadi merah. Arum berdiri dan berlari mengikuti langkah Arinka, Arum terus menarik-narik baju Arinka hingga Arinka berbalik memarahi Arum. Arinka berbalik ingin meninggalkan Arum tapi Arum kembali menarik tangannya memohon untuk tetap bersama Arinka.

"Aku takut ibu, jangan tinggalin aku. Aku janji nggak akan buat ibu marah lagi hiks. . ."

"SAMPAI MATIPUN KAMU TIDAK AKAN BISA!" Bentak Arinka mendorong Arum hingga terjatuh kejalan, Arinka berlari cepat meninggalkan Arum yang menahan sakit pada kaki dan juga bokongnya. Baru saja Arum berdiri suara klakson menggema. Lampu merah berubah jadi hijau, mobil sudah mulai melintas didepannya, Arum ketakutan meminta tolong tapi tak ada yang menolongnya saat Arum menutup matanya seseorang datang menggandeng Arum masuk kedalam mobilnya. Ia membawa Arum kesebuah restoran yang tidak jauh dari lampu merah tadi. Ia dan suaminya terus mengajak Arum bicara namun Arun hanya menjawab jika kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya. Setelah beberapa jam mereka mengajak Arum bicara, suaminya berinisiatif membwa Arum pulang ke rumah. Sampai di rumah Arum langsung dapat pukulan dari Arinka.

Arum menangis meminta berhenti hingga orang yang menolongnya meminta Arinka memberikan Arum padanya. Tanpa berpikir panjang Arinka mengangguk meminta mereka pergi membawa Arum dari rumahnya.
"Bawa anak sialan itu dari saya! Saya tidak mau melihat wajahnya lagi" lantang Arinka membuat Arum semakin menangis.

Sister Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang