Instagram : unianhar
Hidup di negara seperti Inggris tidak membuat seorang Elang nyaman. Jauh dari Indonesia membuat Elang hidup seperti di padang pasir, tak ada sumber air yang bisa menghilangkan dahaganya melainkan suhu panas yang bisa saja membakar tubuhnya sewaktu-waktu. Tak ada yang Elang lakukan disana selain kuliah dan kuliah. Inggris memang negara indah yang memiliki begitu sejuta pesona termasuk wanitanya. Elang akui mereka memang cantik dan menarik tapi tidak ada yang bisa mengalahkan sosok itu, sosok yang jadi alasan dirinya kehausan meski Elang dikelilingi segala jenis minuman yang bisa saja menghilangkan dahaganya.
"Kakak mau ap--"
"Kakak disini sayang jadi kamu harus fokus sama kakak bukan ponselmu." Elang memasukkan ponsel Arum kedalam saku celananya yang baru saja ia rebut. Meninggalkan bandara hingga sekarang mereka di dalam mobil, Arum terus memegangi ponselnya seakan memikirkan sesuatu sementara Elang memeluknya terus dan menciumi kepalanya bertubi-tubi. Elang mempererat pelukannya dan menghirup wangi rambut Arum.
Elang haus akan sosok Arum Anggana. Haus melihat wajahnya yang jauh lebih cantik dari hampir 3 tahun yang lalu, sikapnya yang lemah lembut Arum, wanginya yang beraroma Vanilla membuat Elang akan gila memikirkannya. Iya, jika Elang Trinarenra Abraham kehausan maka yang mampu menghilangkan rasa haus itu adalah Arum Anggana Abraham, adik angkatnya.
Adik angkat? Elang tersenyum mengingat itu, jika sebelumnya Elang resah dengan status Arum maka 2 kalimat itu berhasil membuat senyumnya tersungging. Arum adik angakatnya jadi tak ada alasan untuk menghalangi dirinya untuk mendapatkannya.
"Kakak aku sesak" protes Arum pelan namun ia tak bergerak sama sekali membiarkan kakaknya itu memeluknya
"Lalu?" Arum mendongak melihat Elang yang juga menunduk padanya
"Aku nggak bisa napas" jawab Arum mengerjap-erjapkan matanya
"Kakak bisa kasih napas buatan"
"Napas buatan?" Ulang Arum mengalihkan matanya keluar jendela mobil, Arum mencerna ucapan kakaknya itu. Napas buatan? Bukankah napas buatan cuma dilakukan pada orang-orang yang tak sadarkan diri? Arum mengangguk pelan lalu kembali melihat Elang yang tersenyum lembut padanya "Aku masih sadar kakak jadi nggak perlu dikasih napas buatan" ucapnya membuat Elang mengulum senyumnya. Ya, Arum masih kecil rupanya jadi wajar jika ia tak menangkap maksudnya.
"Padahal sadarpun bisa jika kamu mau" gumam Elang mengalihkan matanya keluar jendela melihat mobil yang berhenti diluar sana sama seperti mobil yang mereka tumpangi "Ah Jakarta nggak berubah ya sayang?" Sambungnya kembali melihat Arum yang menatapnya gelisah
"Jangan macam-macam sayang! Sekali tanganmu bergerak lagi maka akan ada sesuatu yang berdiri dibalik celana kakak. Dan jika itu terjadi kakak nggak bis--"
"Aku cuma mau ponselku kak" Arum melepaskan tangannya dari kantong Elang dan menghela napas panjang lalu merebahkan kepalanya didada Elang yang yang mengelus kepalanya begitu lembut "Kakak aku mau ponselku! Aku ambil ya?" Lanjut Arum kembali meletakkan tangannya disaku Elang dimana ponselnya berada.
"Lakukan saja jika ka--Arum!" Sentak Elang memegang tangan Arum yang berhasil meraih ponselnya. Bukan itu yang membuat Elang kaget melainkan tangan kecil Arum berhasil menyenggol sesuatu yang tak seharusnya disentuh.
"Ke--kenapa?" Tanya Arum gugup
"Kamu!"
"Maaf kakak, aku cuma mau ambil ponsel aku, apa itu salah?" Cicit Arum menjauhkan tubuhnya kepintu mobil. Elang manarik dan mengeluarkan napas beraturan melirik sesuatu yang ada disana, brengsek.
"Aku sal--"
"Sini!" Potong Elang mengulurkan tangan didepan Arum.
Arum melihat tangan besar Elang terulur padanya, meski takut Arum tetap meraihnya. Arum membulatkan matanya saat Elang kembali memeluknya begitu intens hingga berhasil mengantarkan rasa aneh kedalam perutnya dan berlanjutnya pada jantungnya yang ingin melompat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Elang Trinarenra Abraham ingin seorang adik. Bukan adik kandung tapi adik angkat, Elang tau jika mamanya sudah tidak bisa mengandung lagi makanya ia meminta adik angkat pada kedua orang tuanya. Elang tidak memikirkan sama s...