Bagian 49. Pasangan

29.6K 3.1K 397
                                        

Find me on Instagram : unianhar

Budayakan vote sebelum membaca 😒 terima kasih

"Apa kamu mencintaiku, Arum?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Arum ternganga. Dengan suara lembutnya, Elang memberikan pertanyaan yang tak mampu Arum cerna dalam kurung waktu singkat, bahkan sampai Elang melepaskan pelukan mereka Arum masih mengerjap-erjap mencernanya.

Mencintainya?

Arum tersentak saat jemari panjang Elang mengelus pipi dan mengelus rambutnya. Elang tersenyum, matanya yang tajam kini menatap Arum penuh cinta. Arum menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan sedikit memundurkan wajahnya yang terasa panas dari Elang. Arum berdehem membuang muka keluar jendela mobil. Jantungnya berdegub kencang serta napasnya terasa berat untuk keluar.

"Sayang,"

Arum kembali menoleh pada Elang saat pria itu menarik dagunya. Dengan perasaan canggung Arum menatap kakaknya itu.
"Aku mencintaimu. Kamu juga mencintaiku, kan?" Elang menatap Arum penuh harap, sedangkan yang ditatap hanya diam dengan mulut terkatup rapat.

"Rum, aku butuh kepastian." Ucap Elang dengan nada frusrasi karena Arum tetap diam padahal pria itu sudah menunggu Arum untuk menjawabnya

"Kepastian apa?"

"Kepastian perasaan kamu, sayang"  greget Elang ingin menggigit pipi Arum sekarang juga. Arum mengerjap-erjap sembari berpikir.

"Emang perasaan aku kayak gimana?" Tanya Arum polos membuat Elang menghembuskan napas kasar, apa yang harus Elang lakukan agar kepolosan adik angkatnya itu bisa hilang? Berapa kali Elang harus memberitahunya jika dia mencintainya? Elang butuh kepastian. Rasanya kepala Elang ingin meledak memikirkan Arum sepanjang hari, memikirkan bagaimana caranya agar adik angkatnya yang berubah jadi gadis yang ia cintai bisa menganggapnya lebih dari seorang kakak. Elang ingin lebih selain kakak.

"Arum" panggil Elang menahan kesabarannya "Kalau misalnya aku jalan sama cewek lain gimana menurut kamu?" Lanjut Elang menatap Arum datar. Arum menatap kakaknya itu tanpa ekspresi.

"Sama siapa?" Cicit Arum dengan raut muka masam

"Siapa aja yang jelas cewek" jawab Elang enteng tanpa melepaskan matanya dari wajah Arum. Pria itu bisa melihat perubahan mimik wajah Arum yang tiba-tiba menyendu

"Kalau cowok gak boleh ya?" Tanya Arum mengigit bibir dalamnya penuh harap. Entah kenapa perasaan Arum tiba-tiba resah, gelisah, takut dan tak rela mendengar ucapan kakaknya ingin jalan bersama cewek lain. Lebih baik jalan bersama cowok dari pada cewek dengan itu Arum tak perlu merasa takut.

"Aku masih normal, sayang" ucap Elang masih dalam tahap sangat sabar. Arum menghembuskan napas kasar, dengan perasaan tak ikhlas Arum mengangguk membuat Elang mengepalkan tangannya, padahal Elang cuma iseng untuk mengetes perasaan gadis itu. Arum membiarkannya jalan bersama cewek lain?

"Jadi aku bol---" Elang kembali menghentikan ucapannya saat Arum menggeleng pelan "Jangan buat aku bingung, Arum." Desis Elang mengacak rambutnya asal. Arum meneguk salivanya memandangi kakaknya itu yang terlihat frustasi.

"Yaudah, kakak jalan aja sama cewek lain, aku gak apapa kok"

Elang ternganga dengan mata terbelalak, apa-apaan ini? Kenapa Arum membiarkannya bersama cewek lain? Apa Arum tidak mencintainya? Benarkah? Elang terkekeh sinis tak percaya. Elang tau Arum seperti apa, ia tau jika adik angkatnya itu mempunyai rasa yang sama dengannya tapi karena Arum itu polos maka Elang harus melakukan sesuatu agar Arum juga mengakui perasaannya.

"Baiklah kalau git--"

"Kakak beneran mau jalan sama cewek lain?!" Sewot Arum dengan mata melotot pada Elang

Sister Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang