Bagian 38. Sakit

31K 2.8K 290
                                        

Instagram : unianhar

"Jangan biarkan mereka menginjakkan kakinya lagi disini dan jangan pernah berpikir untuk menyerahkan Arum padanya"

"Lang, dia itu ib--"

"Aku nggak akan pernah biarin siapapun membawa Arum dariku, siapapun." Perjelas Elang menatap oma dan kedua orang tuanya tanpa ekspresi. Elang meninggalkan mereka sambil mengepalkan kedua tinjunya. Elang tau siapa pria yang datang bersama Arinka, beraninya pria itu berkeliaran disekitarnya, Elang tidak akan membiarkan Arum melihatnya.

"Kamu lihat tadi? Elang sungguh berani mengancam ibu kandung Arum." Oma Putri meletakkan kedua tangan pada pinggangnya, oma Putri tak habis pikir jika cucunya melakukan itu.

"Arinka memang pantas diancam bu, bagaimana bisa ia kembali setelah menerima uang dari kita? Aku kira bisa memegang janjinya untuk tidak muncul lagi tapi hari ini ia datang dan tanpa tahu malu malah meminta aku memberikan Arum? Tidak akan."

"Sayang sudah!" Edwin mengelus punggung istrinya yang masih terlihat marah "Arinka tidak akan datang lagi, papa yakin dengan ancaman Elang akan membuatnya berpikir lagi untuk menginjakkan kaki lagi ke rumah ini" Kanaya memeluk Edwin, Kanaya takut jika Arinka akan membawa Arum pergi darinya. Melihat wajahnya saja Kanaya tau jika Arinka bukan orang yang mudah menyerah begitu saja meski telah mendapat ancaman. Disaat Elang mengancamnya untuk memasukkan Arinka ke penjara atas tuduhan kekerasan pada anak tak membuat Arinka takut, malahan wanita itu hanya tersenyum sinis pada Elang.

"Jangan biarin siapapun bawa Arum dari kita, pa. Mama mohon!" Lirih Kanaya masih memeluk Edwin berbeda dengan oma Putri hanya menghela napas panjang.

* * *

Gorden yang terpasang di jendela bergeser pelan kesamping membiarkan cahaya matahari masuk menembus kaca bening kedalam kamar yang didominasi warna feminin.

Kerutan tergambar jelas pada wajah cantik itu saat cahaya matahari mengenai wajahnya. Perlahan mata bulat itu terbuka lalu mengedar kesekeliling mencari sesuatu. Ia tersenyum melihat wanita cantik berdiri tak jauh dari ranjangnya.

"Selamat pagi mama" sapanya dengan suara khas bangun tidur. Kanaya berbalik melihat Arum duduk menatapnya di ranjang, Kanaya menghampirinya lalu mencium kening putrinya itu.

"Pagi juga sayang." Kanaya menangkup wajah Arum dan mengelus kepalanya "Udah pagi sayang, sekarang kamu mandi terus siap-siap sekolah" lanjutnya membuat Arum mengangguk.

"Mama tunggu di meja makan ya"

"Iya, ma" jawab Arum sebelum masuk kedalam kamar mandi. Kanaya membersihkan ranjang Arum lalu turun kebawah mengurus suaminya.

Setelah memakai seragamnya Arum memoles dirinya dengan bedak baby lalu lipgloss tipis pada bibirnya, setelah merapikan rambutnya yang sengaja ia gerai Arum beranjak dari kamarnya.
"Selamat pagi papa, oma" sapa Arum setelah duduk dikursinya

"Pagi sayang" balas Edwin sedangkan oma Putri hanya sibuk menghabiskan nasi goreng didepannya. Mata Arum mengedar kepenjuru ruangan saat matanya tak melihat sang kakak disana.

"Mama kak Elang kemana?"

"Kakak disini sayang" Elang langsung duduk disamping Arum sebelum Kanaya menjawab.

Cup

"Pagi sayangnya kakak" sapa Elang setelah mencium pipi Arum yang mematung, Elang tak peduli dengan tatapan tajam yang dilayangkan oma Putri pada cucu kesayangannya itu. Melihat penampilan Elang dengan setelan jas terpasang indah ditubuh atletisnya membuat Arum sadar jika hari ini kakaknya sudah mulai masuk kerja di kantor.

"Ini hari pertama kakak kerja"

"Iya, kasih kakak semangat dong!"

"Semangat!" Arum menaikkan sebelah tangannya keudara lalu mengepalkannya didepan Elang

Sister Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang