Instagram : unianhar
Suara dentingan sendok dengan piring saling bersahutan, keempat orang itu makan malam diselingi obrolan kecil antara Edwin dan Elang mengenai perusahan, Kanaya dan Arum tentang sekolah Arum serta oma Putri sesekali menyahuti pembicaraan mereka.
"Sekolah yang bener jangan keluyuran saja," ucap oma Putri dapat teguran dari Edwin merasa kalimat ibunya keterlaluan. Oma Putri mendelik, apa ia salah jika ia bicara demikian? Ini juga demi anak angkat mereka.
"Iya oma, makasih atas perhatiannya" ucapan oma memang sedikit kasar tapi Arum bisa maklum, mungkin oma bicara seperti itu juga demi kebaikannya.
"Aku tidak perhatian tau! Aku cuma mau kamu jaga nama baik Abraham yang kamu sandang, jangan pernah merusaknya!" Elak oma Putri membuat Arum tersenyum kecut. Benar, apa yang ia harapkan? Oma Putri tidak mungkin melakukannya tanpa ada maksud.
"Oma diamlah!" Titah Elang menatap omanya tanpa ekspresi "Jangan buat moodku rusak" sambungnya fokus dengan makanannya
"Loh? Apa salah oma bicara seperti itu? Ini juga demi kebaikan kel--"
"Aku rasa oma lupa jika oma punya cucu lain yang harus oma perhatikan selain keluarga ini" Elang melepaskan sendoknya lalu menatap oma tajam "Keluarga ini baik-baik aja, mengenai Arum aku yang bakal mengurusnya jadi oma gak perlu khawatir." Elang menoleh pada Arum disampingnya lalu kembali melihat omanya
"Oma sebaiknya telfon tante di Bandung, tanyakan apa yang terjadi pada Fay," seru Elang meraih tissue didepannya dan membersihkan bibirnya tanpa melihat ekspresi omanya "Udah selesai makan?" Elang mengusap kepala Arum yang mengangguk "Kalau gitu kita keatas ya, bukannya ada tugas yang harus di kumpul besok?"
"Iya, aku lupa" Arum menepuk jidatnya lalu berdiri berpamitan pada papa, mama dan omanya yang tak merespon sama sekali, sepertinya oma Putri memikirkan perkataan Elang mengingat cucu perempuannya bernama Fay memiliki pergaulan bebas di Bandung.
"Ayo!" Elang menggandeng Arum menaiki lantai dua. Di balkon menghadap taman samping, Elang duduk di atas sofa, sebelah kakinya ia letakkan diatas pahanya lalu memangku laptopnya, kedua tangannya bergerak cepat diatas keyboard dan matanya sesekali melirik Arum yang duduk di lantai mengerjakan tugasnya diatas meja.
Angin malam menerpah keduanya, rambut Arum yang digerai sesekali terkibas mengikuti arah angin, wajahnya yang cantik semakin cantik dibawah sinar bulan yang menyinari kegelapan di bumi.
Beberapa menit lalu Elang meminta maid membawakan selimut lalu ia melampirkan selimut itu pada bahu Arum dan membungkusnya agar Arum tidak masuk angin. Elang tersenyum mengigit bibir dalamnya melihat Arum yang kebingungan mengerjakan tugasnya, menggemaskan dan begitu cantik dimatanya.
"Kakak"
"Iya"
"Aku gak bisa ngerjainnya" ucap Arum pelan, takut kakaknya itu menganggapnya bodoh. Elang mengangkat laptopnya dan mengulurkan tangannya meminta buku Arum.
"Sini!" Elang menepuk tempat duduk disebelahnya, Arum berdiri menyeret selimutnya dan duduk disana memperhatikan penjelasan kakaknya, Arum mengangguk-angguk mengerti, ia lebih mengerti penjelasan kakaknya dari pada gurunya "Ngerti, kan?" Tanya Elang menoleh pada Arum yang wajahnya begitu dekat, Arum kembali mengangguk lalu melihat Elang yang menatapnya dalam.
Arum meneguk salivanya susah, sekuat tenaga Arum menahan debaran jantungnya namun kali ini ia tidak bisa, ia reflek memegang dadanya tanpa melepaskan pandangannya dari wajah tampan kakaknya. Arum tidak tau kenapa, mungkin ia harus berkonsultasi pada Mirah, Arum tidak mungkin ke dokter mengingat penyakitnya terasa aneh, penyakit apa namanya jika jantungnya berdegub kencang jika bersama kakaknya?
![](https://img.wattpad.com/cover/157998515-288-k760264.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Fiksi Remaja(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Elang Trinarenra Abraham ingin seorang adik. Bukan adik kandung tapi adik angkat, Elang tau jika mamanya sudah tidak bisa mengandung lagi makanya ia meminta adik angkat pada kedua orang tuanya. Elang tidak memikirkan sama s...