Elang meremas sprey ranjang yang ia duduki sekarang, dadanya sesak dan hatinya seakan diremuk melihat keadaan gadis didepanya. Seminggu telah berlalu, kejadian di Bekasi waktu itu merupakan awal kesakitannya melihat sang kekasih seperti sekarang.
Pagi, siang, sore, malam tak ada yang berubah. Gadis itu cuma berbaring diranjang Queen sizenya menghadap jendela besar disebelah kanannya. Matanya seakan menatap keluar jendela tapi siapapun yang melihatnya akan tau jika tatapan itu begitu kosong dan kelam seakan tak memiliki warna disana.
Tak seorangpun yang berhasil mengajaknya berbicara, baik itu Elang, ketiga sahabat Elang, Keempat sahabatnya yang rutin mengunjunginya bahkan kedua orang tua angkatnya. Setiap kali mereka mengobrol, gadis itu tetap mengalihkan matanya keluar jendela, entah apa yang ada disana.
Dan yang lebih membuat mereka khawatir ketikan teman SMP Edwin bernama Angga yang ikut membantu pencarian Arum saat itu datang untuk menjenguknya, Arum langsung menangis histeris meminta mereka keluar dari kamarnya.
Segala upaya telah mereka lakukan termasuk mendatangkan sahabat-sahabatnya yang menjadi opsi terakhir tak membuahkan hasil. Kanaya menangis setiap hari, ia tak tega melihat keadaan putrinya. Untuk memberi putrinya makan Kanaya harus turun tangan sendiri karena putrinya akan menolak makan jika orang lain yang melakukannya termasuk Elang.
"Kumohan jangan begini sayang, jangan!" Serak Elang memeluk tubuh ringkih Arum yang makin kurus tiap harinya, Elang membaringkan dirinya tepat dibelakang Arum, memeluknya erat dan meletakkan keningnya diatas kepala Arum.
"Ja-jangan," cicit Arum merontah pelan, rasanya ia tak punya tenaga sama sekali
"Ini aku sayang, Elang kekasihmu." Tak peduli dengan rontakan Arum, Elang semakin memeluknya erat tak membiarkan Arum keluar dari dekapannya. Arum harus tau jika dia adalah Elangnya yang akan selalu menjaga dan mencintainya, bukan pria tua brengsek seperti Khairil yang ingin menodai kekasihnya. Hati Elang menjerit memanggil nama Khairil dengan amarah yang berkobar, karena Khairil lah Arumnya seperti sekarang, karena Khairil lah hidup Elang hancur. Elang tak akan membiarkannya, Elang memastikan jika Khairil akan mati ditangannya.
"Jangan om hiks. . . Jangan!" Isak Arum tetap kukuh melepaskan tangan orang yang memeluknya
"Sayang, aku bukan pria itu. Aku Elangmu hmmm" Elang berusaha meyakinkan Arum namun gadis itu tampaknya tak sadar sama sekali. Kejadian itu selalu terbayang, bahkan setiap adegan sentuhan Arum kembali mengingatnya pada masa itu. Setiap pria yang menyentuhnya maka Arum akan melihatnya sebagai Khairil.
"PERGIIIIII!!!"
Reflek Elang melepaskan kedua tangannya yang membelit tubuh Arum. Perlahan tubuhnya ia jauhkan dari Arum, ia menegang, dadanya sesak, bahkan matanya sudah memerah melihat punggung Arum yang bergetar hebat, Arum menangis dalam posisi berbaring, ia terisak dengan nada pilu seakan perlakuan Elang begitu menyakitinya.
"Kenapa, Lang?!" Elang tak bergeming menatap punggung Arum dalam kesedihan. Ia sama sekali tak memperdulikan kedua orang tuanya mendekat. Kanaya menghampiri Arum dan memeluknya berusaha untuk menenangkannya sedangkan Edwin membawa Elang keluar dari sana memberikan istrinya waktu bersama Arum.
* * *
"Pastikan bajingan itu dapat hukuman mati." Desis Elang berdiri tepat dibelakang Edwin. Saat ini mereka berada diruang kerja Edwin, sesampai disana Elang langsung mengutarakan niatnya untuk memberikan Khairil hukuman yang setimpal.
"Lang, papa tau kamu nggak bisa nahan rindumu pada Arum. Tapi kamu harus tau nak, psikis Arum sedang terguncang, di----"
"Aku mau Khairil mati."
"Papa akan membuatnya mati dalam penjara" ucap Edwin cepat, Edwin tau apa yang akan Elang lakukan jika ia tidak bertindak cepat. Memasukkan kedalam penjara dan membuatnya mati perlahan adalah pilihan terbaik sebelum Elang turun tangan untuk membunuhnya dengan tangannya sendiri. Sebagai papa, Edwin tidak ingin anaknya jadi pembunuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Elang Trinarenra Abraham ingin seorang adik. Bukan adik kandung tapi adik angkat, Elang tau jika mamanya sudah tidak bisa mengandung lagi makanya ia meminta adik angkat pada kedua orang tuanya. Elang tidak memikirkan sama s...