Hanbin melihat jam tangan yang melingkar di tangannya sekilas. Sesekali dia melempar pandangannya ke luar cafe, berharap orang yang dia tunggu segera datang.
Sampai saat ini sudah terhitung hampir tiga puluh menit dia duduk di kursi no 13, tempat yang menjadi tempat favoritnya sejak dia mulai berkunjung ke cafe ini empat tahun lalu. Banyak sekali kenangan yang tak akan pernah dia lupakan yang terjadi di coffee shop ini. Apalagi kenangan hidupnya dengan seseorang. Seseorang yang tak akan pernah bisa membuatnya sakit hati tak peduli apapun yang dia lakukan padanya. Karena Kim Hanbin terlalu mencintainya.
Hanbin tersenyum pahit lalu menyeruput iced americano yang sudah tak begitu dingin lagi. Dia tersenyum simpul ketika matanya menangkap sosok seorang gadis yang sejak tadi ditunggunya. Gadis itupun menghampirinya dengan langkah yang agak tergesa-gesa.
“Udah lama ya? Sorry” kata gadis itu dengan nada penuh rasa bersalah.
Lagi-lagi Hanbin hanya tersenyum.
"Belum lama kok. Baru tiga puluh menit”
“Itu sih lama Hanbin namanya"
Hanbin tetawa pelan.
Sedetik kemudian Hanbin ingat dengan alasan kenapa mereka membuat janji untuk bertemu di cafe ini.
“Oh ya kemaren katanya lo mau ngomong sesuatu sama gue? Soal apa?” tanyanya.
Hanbin tak tahu apa yang salah dari pertanyaanya. Tapi dia sadar kalau pertanyaan yang baru saja dia lontarkan membuat ekspresi gadis di hadapannya itu berubah.
“Sebenarnya gue mau nunjukin sesuatu ke lo, tapi gue takut kalau lo bakal merasa nggak nyaman”
Hanbin tertegun. Perasaan buruk mulai muncul di hatinya. Dia berdeham kemudian mengaduk iced americano miliknya, mencoba mengurangi perasaan gugup yang tiba –tiba muncul.
“Nggak apa-apa, ngomong aja”
Gadis itu menggigit bibir bawahnya sejenak lalu dengan ragu mengambil sesuatu dari dalam tasnya kemuddian meletakkan benda itu di atas meja. Hanbin melihatnya sekilas. Tanpa membukanya pun dia sudah tahu apa isinya. Undangan pernikahan.
Hatinya terasa jatuh sampai ke dasar. Dia memegang undangan itu dan melihat bagian depannya. Nama Jennie dan Jaewon tertulis dengan jelas di sana.
“Maaf Hanbin”
Hanbin mendongak, dilihatnya Jennie menunduk. Hanbin menghela nafas panjang.
“Maaf buat apa? Lo nggak perlu merasa bersalah. Buat apa lo minta maaf. Emang udah waktunya buat kita buat milih jalan hidup kita sendiri-sendiri. Suatu saat nanti gue juga bakal menikah sama kaya lo" ujar Hanbin, "Lagipula ini udah satu tahun Jen dan gue nggak akan mempermasalahkan hal itu. Toh, di antara kita udah nggak ada hubungan apa-apa. Hubungan kita cuma sekedar sahabat dekat sama kaya yang lo inginkan. Sebagai seorang sahabat yang baik, udah sepatutnya gue dukung apapun keputusan lo selama itu adalah keputusan yang benar dan bisa bikin lo bahagia”
Jennie sedikit ragu. Dia tahu Hanbin hanya berpura-pura tegar. Karna sejujurnya dia tau kalau Hanbin masih mencintainya. Tapi dia tidak mungkin memaksakan diri untuk berada di sisi Hanbin di saat hatinya sudah menjadi milik orang lain.
“Kamu beneran nggak apa-apa?” tanya Jennie sekali lagi.
“Nggak apa-apa Jennie" Hanbin memegang tangan Jennie erat, dan mungkin untuk yang terakhir kalinya.
“Percayalah, keputusan yang lo ambil udah bener. Udah waktunya buat lo memikirkan hidup lo sendiri. Berhentilah memikirkan kehidupan orang lain. Gue baik-baik aja”
Hanbin melepsakan genggamannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys and Girls | k-idols
FanfictionHanya sepenggal kisah dari orang-orang ganteng dan gadisnya. Penasaran? Buka aja. Kalau nggak ya udah bye ??? Warning ❗ Crackship bertebaran And fyi, I really like underrated group