Janji (Wooseok)

327 24 4
                                    

"Sshhh Wooseok pelan-pelan. Sakit~" ringis Jennie dengan nada mengalun sambil mencengkeram bahu Wooseok kuat.

"Tahan bentar dong. Ini gue juga udah pelan-pelan" Wooseok sedikit emosi. Keluhan Jennie tadi hampir merusak konsentrasinya.

"Udah" ujar Wooseok setelah beberapa saat membuat kening Jennie berkerut.

"Hah? Udah?" tanyanya bingung.

"Kenapa? Mau gue jahit lagi?"

"Ck, gak usah makasih" ujar Jennie sambil membenarkan posisi bajunya lagi, "tapi ngomong-ngomong jahitannya aman kan? Maksud gue nggak beresiko?" tanya Jennie ragu.

"Lo tenang aja, meskipun gue belum punya lisensi gue rasa aman-aman aja kok, mana mungkin gue celakain lo. Tapi ya dilihat dulu beberapa jam ke depan, kalau misalnya luka lo kerasa sakit, panas, gatel, atau warnanya berubah jadi merah bahkan mungkin ngeluarin nanah, baru nggak aman namanya dan itu artinya lo tetep harus ke rumah sakit"

Mendengar kata rumah sakit, Jennie berdecak kesal, gadis itu memang nggak pernah berhasil menyukai segala hal yang berhubungan dengan rumah sakit.

"Aman lah aman" ujarnya meyakinkan diri sambil lanjut mengancingkan bajunya.

"Gak mau ganti baju dulu apa? Kena darah tuh, robek juga"

Jennie melihat bajunya yang robek di bahu dan memang benar ada noda darah yang cukup banyak di sana 

"Gak ah. Gak bawa baju ganti gue" tolak Jennie

"Pakai baju gue aja dulu" tawar Wooseok.

"Emangnya muat?"

"Ya muat lah gilaa" Wooseok ngegas, "badan gue emang nggak segede badannya bang Seungwoo, tapi kalau dibandingin badan lo ya masih gedean badan gue lah"

Jennie cuma ketawa. Ngeliat Wooseok marah-marah sama ngambek malah bikin moodnya naik.

"Ya udah sini ambilin, yang paling bagus ya" Wooseok hanya memutar bola matanya malas sebelum beranjak membuka lemari dan mengambil kemeja putih favoritnya lalu melemparkannya ke Jennie mengenai wajah gadis itu.

"Yang lembut dikit napa? Pantesan lo susah dapet jodoh, barbar gitu" Wooseok nggak mempedulikan omongan Jennie.

"Ini gue boleh mandi nggak?" tanya Jennie.

"Jangan dulu, tunggu sampai jahitannya kering, baru boleh mandi. Lo kalau mau mandi pakai washlap aja sana, ada tuh di kamar mandi" jawab Wooseok yang sudah duduk manis di depan televisi.

"Oke" Jennie pun masuk ke dalam kamar mandi. Sekitar sepuluh menit kemudian, dia keluar dengan baju yang sudah dia ganti memakai bajunya Wooseok.

"Beneran muat dong. Agak kegedean dikit malah" ujarnya.

"Ya lo kalau gue bilangin tanpa lo buktiin sendiri mana pernah perca... ya"

Perkataan Wooseok menggantung ketika dia melihat penampilan Jennie.

Jennie yang biasanya tomboy dan cuek sama penampilan  terlihat soft bahkan menjurus err sexy (?). Cowok itu sampai nggak menyadari kalau dia nggak berkedip sama sekali.

"Kenapa? Gue... cantik ya?" tanya Jennie sambil menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari dengan mata yang menatap Wooseok sedikit sensual.

"Kagak. Kata siapa?" Wooseok melengos, padahal tadi dia memang terpesona. She looks very different, and somehow, it makes his heart a little bit flutter

"Buka baju lo" perintah Jennie tiba-tiba begitu dia sampai di dekat Wooseok.

"Ngapain???" tanya Wooseok kaget campur panik.

"Ck, kelamaan" Jennie menarik jas almamater Wooseok, mau membukanya secara paksa, tapi dicegah sama cowok itu sambil berkata, "Iya-iya gue buka"

Wooseok membuka almamater dan kemeja yang dipakainya, menyisakan kaos dalam berwarna putih miliknya.

"Nah kan biru, sampai lebam gitu" kata Jennie sambil mengusap luka lebam di punggung Wooseok.

"Lo pikir gue nggak tau kalau lo kena pukul tadi?"

"Elah, cuma lebam doang" ujar Wooseok remeh.

"Tapi tetep aja luka namanya, kudu diobatin"ujar Jennie emosi, "lo kalau gak peduli sama diri lo sendiri, gak usah peduli sama orang lain deh?!!"

Wooseok terdiam membiarkan Jennie mengoleskan heparin gel pada luka lebam di punggungnya.

Keduanya benar-benar terdiam untuk beberapa saat, sampai akhirnya Wooseok bertanya "Lo ngapain sih tadi ikutan demo?"

"Karna lo ikut, jadi gue rasa gue juga harus ikut dan gue pikir, hampir semua mahasiswa juga pengen ikut menyuarakan pendapat rakyat" jawab Jennie.

"Gue pikir lo cuma ngerti hura-hura doang" cibir Wooseok.

Jennie hanya mendengus kesal, sambil fokus mengobati luka Wooseok "trus kenapa kalau gue ikut lo harus ikut?"

"Karna kita udah janji buat saling melindungi" Jennie meletakan kembali heparin gel yang tadi dipakainya ke dalam kotak obat.

"gue nggak tau lo masih inget atau nggak, tapi janji itu masih berlaku dalam hidup gue sejak lo bantuin gue pas gue lagi dibully di panti"

Jennie termenung mengingat bagaimana Wooseok kecil melindunginya saat itu, bahkan bocah itu rela terkena lemparan telur busuk dan juga tepung, persis seperti apa yang Wooseok lakukan tadi waktu demo. Rela kena pukul demi Jennie.

Yah, bagi Jennie, Kim Wooseok always be her hero, no matter what. Terlepas dari badannya yang bisa dibilang mini jika dibandingkan dengan teman laki-lakinya yang lain.

"Ck, udah lama banget juga" celetuk Wooseok, memakai bajunya lagi.

"Emang" jawab Jennie, "tapi yang namanya janji tetep janji yang harus ditepati, selama apapun itu" lanjutnya.

"Bahkan, disaat lo mengingkari janji itu sekalipun"

"Gue nggak lupa kok. Lo tenang aja" ujar Wooseok, "sama seperti yang lo bilang tadi, bahwa janji adalah janji yang harus ditepati"

Mereka saling tatap selama beberapa detik sebelum tertawa menyadari suasana yang tiba-tiba berubah jadi melankolis, "aduh kok jadi melankolis gini sih?" ujar Jennie.

"Ya gak tau. Siapa coba yang mulai?" keduanya tertawa lagi.

"Udah yuk cari makan, gue laper" Jennie memegangi perutnya dan menatap Wooseok memelas.

"Lo yang traktir ya tapi. Anggap aja sebagai imbalan karna gue udah nolongin lo"

"Oke, never mind" jawab Jennie mantap.

"Bercanda, gue yang traktir.Gue ini cowok gentle ngomong-ngomong" ujar Wooseok dengan nada sombong.

"Ya ya ya, terserah lah"



Starring


X1's Wooseok x BLACKPINK's Jennie


Tadinya mau aku pair sama Sakura, but I don't know, suddenly it turn out like this.

Mereka sama-sama mempunyai sisi cute and sexy yang menonjol menurutku.






Boys and Girls | k-idolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang