part 2

92.8K 4K 99
                                    

"Astaga aku dimana?"
Kupandangi sekeliling ruangan ini yang di dominasi oleh warna abu-abu dan hitam.
Apa mungkin aku sudah mati? tapi kayaknya ngak mungkin, mana ada orang mati terus bangun dan tiba-tiba langsung Ada di ruangan mewah begini. Bukanya orang mati itu di kuburan ya.

Aku berusaha mengingat kembali kejadian sebelum aku berada di ruangan ini.

Aku nabrak mobil orang kaya yang pemiliknya seorang om-om tua tapi tampan, terus aku di paksa jadi pacarnya, dan dia ngaku seorang duda.
What duda?

"Kamu sudah sadar?" seorang laki-laki membawa nampang yang di atasnya ada sebuah mangkok yang aku ngak tau apa isinya. Dia berdiri di dekat pintu kemudian melangkah kearah ku. Itukan om-om yang aku tabrak mobilnya. Dan ngapain dia disini.

"Kamu ngak ingat sama saya?" tanya si om lalu duduk di depanku di atas ranjang. Mana mungkin aku lupa sama dia, Om-om yang memaksaku buat jadi pacarnya. dan mengaku kalau dia seorang Duda yang  membuatku pinsang dan pusing sampe sekarang.

"Om ini dimana?" tanyaku penasaran

"Ini di kamar saya" jawab si om sambil nyuapin aku bubur yang tadi di bawanya.

Emang aku anak kecil di suapin segala."aku bisa makan sendiri om". Aku berusaha mengambil sendok yang ada ditanganya.

"No, biar saya yang nyuapin kamu"
"Kamu itu lagi sakit" Astaga si om aku ini cuma pusing biasa bukan orang yang sedang sakit parah yang tidak bisa makan sendiri.

"Aku cuma pusing om, bukan sakit parah"

"Tetep saja, kamu itu lagi sakit" kata si om dan lanjut nyuapin aku sampai bubur di mangkok habis aku makan. Karna kebetulan aku lagi lapar, tadi aku buru-buru ke toko bunga ngak sempat sarapan.

"Tadi saya khawatir banget liat kamu pingsan di depan saya" kata si om. Lah yang nyuruh dia khawatir sama aku siapa...

"Astaga om, aku ini mau kerja" teriakku dengan suara yang lumayan keras
"Nanti aku di pecat"

"Kamu ngak usah kerja, nanti saya yang kasih kamu uang, berapa pun yang kamu mau" ucap si om dengan wajah seriusnya. Dia kira aku cewek apaan, cewek matre gitu. Dasar om tua sombong.

"Aku ngak mau uang om, aku maunya kerja" kataku memandang si om dengan kesal. Dan si om malah menunjukkan senyum lebarnya yang menurut gue sangat memuakkan.

"Besok kamu kerjanya, ini juga sudah jam 11" kata si om. Lah gimana mau kerja besok sih om. Besok itu hari minggu.

"Oh yaudah deh"
"Om ngak kerja?" tanyaku

"Sehari ngak kerja ngak bakalan bikin saya bangkrut" astaga jawaban si om membuatku gemas ingin mencincang-cincangnya.

"Kenapa sih om sombong banget"

"Saya ngak sombong sayang, cuma kenyataanya memang seperti itu" kata si om. Ya udah deh terserah.

"Om pasti ngak tau nama saya kan"

"Baru juga saya mau nanya" kata si om sambil cengengesan tidak jelas. Ni orang kenapa coba?

"Dinda farani" aku nyebutin nama lengkap biar si om tau.

"Kamu kerja dimana?" tanya si om

"Di toko bunga" jawabku

"Kamu suka bunga?" ya suka lah om, kalau ngak suka ngapain aku kerja di toko bunga.

"Hemm" aku hanya berdehem menjawab pertanyaan tidak penting si om.

"Nanti saya beliin kamu bunga, berapa pun yang kamu mau" percaya deh sama orang kaya. Tapi buat apa juga aku minta di beliin bunga sama dia. Mending aku nyolong bunga tetangga.

"Kalau aku minta di beliin kebun bunganya?"

"Nanti saya beliin, termasuk yang nanam" huh dasar si songong. Aku jadi penasaran seberapa kaya sih om-om ini.

"Om kaya banget ya?" tanyaku natap si om dengan muka kelewat penasaran.

"Ya jelas, pacar kamu ini bisa beliin kamu pulau kalau kamu mau". Jawabnya dengan muka songongnya. Huh kalau tau jawabanya kek Gita ngak bakalan nanya lagi aku.

Sumpah gue bisa bener-bener gila kalau lama-lama dekat sama si om. Tapi sialnya si om kan pacar gue sekarang pasti dia maunya deket terus sama gue.

Aku berusaha bangun dari ranjang si om, tapi si om malah nahan tanganku.
"Kamu mau kemana? Kamu itu masih sakit" kata si om

"Aku mau pulang" ucapku berusaha ngelepasin tangan om "ihh om lepas"

"Nanti saya yang antar kamu pulang"

"Pokoknya aku mau pulang sekarang" ucapku keukeh. Aku udah males ngeliat muka si om.

"Diam, nanti saya yang antar kamu" bentak si om, dan menatapku dengan tatapan tajamnya.
Waduh si om kembali dengan mode galaknya. Yang membuatku takut.

Aku mengangguk dengan pelan. Aku tidak mau menatap mata tajam si om lagi yang sumpah nyeremin banget.

Si om tiba-tiba berdiri. "Om mau kemana" tanyaku penasaran.

"Ngapain kamu nanya?" kata si om dengan suara dinginya, elah aku kan cuma nanya doang. Dan harusnya disini yang marah kan aku. Nama malah dia yang dingin kayak gitu.

"Cuma nanya doang kali"
"Om ngak usah ngegas"

"Kamu ngak mau saya tinggal?" lah siapa juga yang ngak mau di tinggal sama lu om. Dia pergi selama-lamanya juga aku bodo amat. Malah tambah seneng aku. Aku bakalan ngerayain kepergian om nanti.

"Pergi aja om kalau mau pergi" kataku meliriknya singkat yang masih berdiri dengan gaya sok cool nya itu.

"Ngak sayang,  saya ngak pergi,"
"Kamu jangan ngambek, ok" nah loh sih om kembali dengan mode nyebelin dan ngeselinnya. Dan siapa juga yang ngambek.

"Pergi sana" usirku ngipas-ngipasin tangan kananku kearah si om. Kok jadi aku yang ngusir ya padahal kan Ini kamarnya si om.

"Plis sayang jangan marah"
si om megang tanganku dan mencium tanganku singkat. Sok romantis banget ni si om.

" terserah om" ucapku malas
"Om kok ngomongnya kaku banget, pake saya-saya segala"

"Nanti saya biasain pake kata Aku, biar kamu senang" ucap si om.

"Mantan istri om kemana?" tanyaku penasaran

"Pergi sama suaminya" jangan-jangan si om cuma suami kedua lagi.

"Maksud om?"

"Dia sudah punya suami lagi" ucap si om

"Om cemburu ya?" tanyaku penuh selidik,  jangan-jangan si om masih punya perasaan lagi sama mantan istrinya. Tapi karna di tolak sama mantan istrinya makanya si om ngejadiin aku pelarianya.

"Kita nikah tanpa cinta, jadi untuk apa saya cemburu"

"Yang bener?" tanyaku natap si om penuh selidik.

"Iya sayang" jawab si om sambil mengusap kepalaku.

"Rambut kamu halus" ya halus la om, kan tiap hari aku mandi dan pake shampo.

"Terus om punya anak ngak?" tanyaku lagi

"Ngak sayang, nanti punya anak dari kamu" jawabnya dengan mengedipkan satu matanya kearahku. Ya Allah si om pikiranya sudah jauh banget.

............

Dan terima kasih untuk semuanya yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca Cerita ini.

Om Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang