Part 6

66.9K 2.7K 30
                                    

"Yukk turun, makan dulu"
"Kamu pasti lapar kan". Iya aku lapar banget om sampai-sampai ingin memakan om yang nyebelin. Tapi pasti dagingnya si om ngak enak, pasti sudah alot kan sudah tua gitu hahaha..

Si om berjalan di depanku tidak menggandeng tanganku lagi. Aku mengikuti langkahnya dari belakang.

Aku dan si om sudah sampai di ruang makan, di sana sudah ada si bibi yang sedang menata makanan di atas meja. Ruang makanya juga mewah banget, meja makan dan kursinya pasti mahal mungkin seharga dengan rumahku.

"Duduk" kata si om dan menarik kursi untukku.

"Makasih" ucapku.

"Silahkan di nikmati tuan dan nona" kata si bibi ramah dan tersenyum kearahku.

"Terima kasih bi" ucapku dan membalas senyumnya. Si bibi kemudian pergi entah kemana.

"Makan Dinda" perintah si om yang saat ini sudah duduk di kursi yang ada di depanku. Aku bingung mau mengambil makanan yang mana soalnya tersedia banyak jenis makanan yang tersedia di atas meja. Siapa yang akan menghabiskanya.

"Makan yang banyak sayang, supaya badan kamu berisi ngak rata lagi" kata si om sambil terkekeh. Huhh dasar duda tua nyebelin. Tapi bodo amatlah yang penting aku bisa makan enak. Kapan lagi coba makan enak dan gratis kayak gini.

Kami makan dalam diam, hanya terdengan suara sendok yang beradu dengan piring. Aku makan dengan lahap. Bodo amat deh buat apa juga jaga image di depan si om. Intinya aku lapar dan ingin memakan semua makanan yang ada didepanku. Biarin deh si om ilfil melihatku. Dan aku tau si om dari tadi emperhatikanku mungkin dia kaget melihat cara makanku.

"Pelan-pelan sayang makananya ngak bakalan lari" lari juga bakalan ku kejar om.

"Akhu lhapar" ucapku dengan makanan yang penuh dimulutku.

"Tapi pelan-pelan nanti kamu keselek" ucap si om menasehati. Tapi ku hiraukan. Sumpah makananya enak banget.

Ku lihat si om berdiri dan pindah duduk di sampingku
"Kamu lucu sayang" ucap si om dan mengacak rambutku. Makan kek gini di bilang lucu, yang ada tu menjijikkan.

"Jangan ganggu aku masih lapar" ucapku

Tiba-tiba sebuah tangan melap sisa-sisa makanan yang ada di pinggir mulutku. Tangan si om. Aku menghentikan kuyaanku dan dan menghadap kearah si om. Dan jantungku kembali bergemuruh ada perasaan yang entahlah tidak bisa ku jelaskan dengan kata-kata. Apa aku sakit jantung ya.

Ku pandang dengan teliti wajah si om yang sedang serius, hidung mancung, rahang kokoh, alis tebal, kulit wajah bersih tanpa jerawat sebiji pun serta tatapan matanya yang tajam.
Sangat tampan.

"Lanjut makanya sayang" ucap si om. ku alihkan pandanganku malu karna kepergok memandang wajahnya.

Dengan kikuk dan malu aku melanjutkan acara makanku yang tadi sempat berhenti karna ulah sok romantis si om membersihkan bibirku, seperti adegan drama korea yang pernah ku tonton.

"Om ngak makan lagi" tanyaku kepada si om, karna sedari tadi dia tidak menyentuh makananya.

"Udah kenyang liat kamu makan" huh dasar. Mana ada orang lain yang makan kita yang kenyang. Si om mah suka ngawur.

"Ngawur" ucapku singkat

"Seriusan sayang" kata si om. Bodo amat lah

Setelah selesai makan si om mengajakku duduk di sebuah sofa dengan TV yang sangat besar di depanya.
Aku langsung duduk. Tapi si om ikutan duduk di sampingku. Padahal ini sofa panjang dan luas ngapain malah duduk menempel di dekatku. Modus banget nih si om

Om Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang