part 11

56.5K 2.4K 9
                                    

"Menurut mas Regan, Bagusan yang mana?" tanya tante itu dengan suara manjanya kepada si om yang masih memandangku. Tanganku gatel banget ingin mencakar kedua wajah manusia yang ada di depanku sekarang.

"Mas, kenapa sih diam terus" tu wanita ketahuan banget gatelnya. Udah kedengeran dari suaranya.

"Terserah" ucap si om dengan singkat. Si om masih menatapku dan aku masih menampilkan wajah datarku.

"Mau bunga yang mana tante?" tanya kepada tante itu.

"Apa? Kamu memanggilku tante?" tanya tante itu marah. Lah emang dia tadi ngak mendengar panggilangku.? Terus emang wajahnya mirip tante-tante kok, Meskipun cantik sih.

"Mas Regan yang ini Bagus ngak?" ni tante dasar nyebelin tidak memperdulikan pertanyaanku.

"Hemm" si om hanya berdehem menanggapi si tante. Nie om tukang selingkuh kenapa sih dari tadi melihatku terus.

"Saya mau yang ini" ucap si tante menunjuk salah satu bunga di depanya.

"Iya" ucapku singkan dan mengambil bunga itu, menaruhnya kedalam plastik khusus.

"350 ribu".si om langsung mengambil dompetnya dan menyerahkan beberapa lembar uang kepadaku. Idihh sok romantis banget pake ngebayarin si tante-tante lagi.

Aku menerima uang itu dan memberikan bunganya yang langsung di ambil oleh si tante dengan kasar. Awas aja tu tante-tante kalau ketemu lagi denganku bakalan ku pitas. Ku tatap mereka berdua dengan sinis.

Mereka berdua langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih kepadaku. Hatiku sakit melihat si om dengan tante tadi. Tapi ya sudahlah aku bakalan lupain tu Duda tua tukang php.

"Kenapa tu muka di tekuk gitu" tanya mbak ria yang berdiri di depanku menggendong si gabriel. Sejak kapan mbak ria di sini.

"Sejak kapan mbak disini?" tanyaku

"Sudah dari tadi, kamu sih melamun mulu"

"Heheh maaf mbak"

"Gabriel sama tante Dinda dulu ya" ucap mbak ria kepada anaknya dan memberikan ya kepadaku.

"Iya ma" jawab gabriel. Duh ni anak gemesin, lucu banget. Ku ciumin pipi tembemnya.

"Ihh ante dangan tium-tium" ucap gabriel dengan suara cadelnya

"Kenapa emang?" tanyaku dan mendudukan gabriel di pangkuanku. Kapan ya aku punya beby kek gabril gini.

"Ante dadi patar tu dulu balu bita tium-tium" waduh ni bocah masih kecil udah tau ngomong pacar-pacaran. Pasti si gabriel otaknya udah terkontaminasi dengan kemesuman kedua orang tuanya. Mbak ria kan mesum banget.

"Ante ngak mau dadi patartu?" tanya gabriel dengan mata yang di kedip-kedipkan kearahku. Duh gemes banget sama nie bocah.

"Tante ngak mau" ucapku mencubit pipi tembemnya

"Huwaaaa mama, ante ndak mau dadi patartu" waduh ni bocah nangisnya kenceng banget ngadu lagi sama emaknya.

"Yaudah tante mau kok jadi pacarnya gabriel" ucapku. Karna ni bocah ngak mau berhenti menangis. Malah tambah kenceng.

"Benelan ante?" tu kan langsung berenti nangis dia.

"Iya sayang"

"Ante tekalang bita tium-tium iel" ucap ni bocah dan mencium pipiku.

"Duhh gemes banget tante sama kamu" aku mencium pipinya.

"Dinda kamu jagain gabriel ya, soalnya mbak ada urusan di luar" ucap si mbak

"Terus kalau ada yang mesan bunga gimana mbak"

"Si Dian kan sudah datang, tuh". Ucap si mbak menunjuk kearah mbak dian yang sudah berjalan masuk kedalam toko.

"Yaudah hati-hati mbak"

"Gabriel sama tante Dulu ya, mama ada urusan" ucap si tante kepada anaknya yang masih duduk di pangkuanku.

"Ote mama" ucap gabriel kepada mamanya. Mbak ria kemudian melangkah keluar dari toko meninggalkanku dengan gabriel dan. Untung gabriel anaknya ngak banyak tingkah.

"Eh ada gabriel" ucap mbak Dian mencubit pipi gabriel

"Dangan tubit-tubit" ucap gabriel dan menghalau tangan mbak Dian
"Ante dian ndak tantik". Waduh ni bocah ternyata udah bisa membedakan mana yang cantik dan mana yang jelek

"Hahaha" aku tertawa mendengar ucapan gabriel. Kulihat wajah mbak dian yang ditekuk.

"Ngak usah ketawa" ucap mbak dian kesal

"Ante dangan marain patartu" ucap gabriel memandang mbak dian dengan muka marahnya. Aku yang melihatnya hanya gemess.

"Pacar? Emang kamu sudah punya pacar"
"Huh masih bocah juga"

"Ante Dinda patartu" ucap gabriel dan memeluk leherkku dengan tangan kecilnya. Dan mbak dian shok mendengarnya. Ya elah mbak Dian omongan anak kecil aja dcengengesan

"Kamu ngajarin gabriel yang ngak-ngak din?"

"Yaelah mbak, namanya juga anak kecil" ucapku

"Kunyuk i'am coming" teriak Doni yang baru masuk kedalam toko memanggilku dengab suara kerasnya.

"Eh oncom ngak usah teriak-teriak, ini bukan hutan" ucapku menatap si doni dengan kesal. Ngapain dia disini?

"Hehe sorry kunyuk"
"Anak siapa tu di pangkuan lu?"
"Ngaku lu itu anak lu sama siapa?" ya elah ni orang kalau bicara ngak di saring dulu.

"Ngasal aja kalau ngomong"
"Ini anakya mbak Ria" ucapku. Kalau aku punya anak segede gabriel gini apa kata dunia nanti, aku masih muda gini udah punya ekor yang sudah lumayan besar.

"Kirain gitu anak lu hehe" ucap si doni cengengesan

"Eh ada mbak dian" ucap si doni menyapa mbak dian yang berdiri di depanya.

"Eh oncom sebelum kamu datang aku udah disini duluan" ucap mbak dian galak. Mereka berdua memang selalu bertengkar kalau ketemu, entah itu dijalan atau di manapun.

"Tadi gue kira hantu, habisnya ngak kelihatan sih" ucap si doni

"Bener-bener ya lu nyari gara-gara mulu" ucap mbak dia marah dan "bukk" mbak dian langsung memukul kepala si doni dengan helm yang ada di sampingnya. Uhh pasti sakit banget.

"Aduuhh kasar banget si lu mbak,"
"Gue udah dua kali dapat pukulan di kepala hari ini" ucap doni meringis sambil mengelus-ngelus kepalanya sendiri.

"Masih mau?" tanya mbak dian mengangkat kembali helmnya untuk memukul kepala si Doni

"Ampun mbak"
"Semua cewek kasar banget" gerutu si doni tapi masih bisa ku dengar.

"Ante om delek itu tapa?" tanya gabriel kepadaku yang dari tadi hanya duduk diam memperhatikan mbak dian dan Doni berantem.

"Heh bocah gue ini ganteng" belum sempat aku menjawab pertanyaan gabriel eh si doni udah marah duluan. Huh bayi juga di ajakin berantem.

"Huh delek" ucap gabriel dan menjulurkan lidahnya kearah si Doni. Aku dan mbak dian yang melihatnya hanya terbahak.

"Pulang sana ngapain juga kamu disini Don" ucapku mengusirnya

"Tadi gue sebenarnya mau beli bunga, tapi ngak jadi udah malas liat kalian bertiga" yaudah sih kalau ngak mau beli ya ngak usah,  kan ngak ada juga yang maksa dia.

"Huss pulang sana" usirku lagi

"Gue pulang" dia langsung pergi begitu saja.

Tak berselang lama, mbak ria sudah datang dan membawa gabriel untuk pulang. Aku dan mbak dia juga bersiap-siap untuk pulang kerumah karna jam sudah menunjukkan pukul 17:00 sore. Ngak terasa ya waktu cepat berlalu..

.........





Om Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang