Kisah Cinta yang tidak biasa, antara si gadis muda cantik berusia 18 Tahun bernama Dinda Farani, dengan om Duda tampan berusia 34 tahun bernama Regan fernando.
INTINYA JATUH CINTA ITU TIDAK MENGENAL UMUR.
Dan selanjutnya silahkan dibaca sendiri.
...
Hufhh... Aku menghela nafasku, mengingat kembali kemarahan Doni tadi pagi.
"Kenapa melamun terus dari tadi?" tanya mbak dian yang entah sejak kapan duduk disampingku.
"Ngak apa-apa mbak" jawabku dengan suara kecil
"Masih kepikiran sama doni?" tanya mbak dian. Aku hanya menganggukan kepalaku menjawab pertanyaanya.
"Emang beneran kamu pacaran sama om-om Duda?" tanya mbak dian. Ni mbak-mbak kepo juga ya.
"Iya mbak"
"Emang umurnya berapa?" tanya mbak dian kembali kepo
"34 mbak"
"Wow udah tua dong" ucap mbak dian. Emang umurnya sudah tua, tapi masih tampan banget. Kalau mbak dian udah ketemu sama si om, aku jamin 1000 % dia bakalan langsung jatuh Cinta.
"Umurnya doang yang tua mbak, tapi tampanya kek artis korea"
"Mbak jadi penasaran, setampan apa om-om mu itu." ucap mbak dian dengan pose seperti orang yang sedang berfikir keras.
"Aku jamin mbak bakalan jatuh hati deh kalau sudah ketemu" "Etss tapi mbak ngak boleh suka, om itu pacarku" ucapku memperingatinya.
"Mbak juga ngak suka om-om kali din"
"Ngak suka om-om tapi sukanya berondong kan" ucapku menatapnya penuh selidik. Dan aku melihat mbak dian menjadi salah tingkah. "Iya kan?"
"Ngak lah" ya elah alasan ni orang. aku sering kali melihatnya berboncengan dengan laki-laki yang mungkin seumuranku. Dan itu tidak mungkin adiknya mbak Dian, karna setauku dia anak satu-satunya. Apa lagi kalau bukan berondong coba'.
"Eh mbak ngak usah bohong aku tu sering liat mbak jalan sama brondong"
"Salah liat kali kamu" ucapnya. Ni orang pinter banget ngelesnya.
"Mataku belum rabun kali mbak, masih bisa melihat dengan jelas mbak" ucapku. Dan mbak dian hanya diam seribu bahasa, giliran ketahuan aja langsung diam gitu, ngak bisa ngeles lagi kan.
"Iya in aja deh biar kamu puas" ucapnya. Ngaku juga kan, dasar pencinta brondong.
"Eh tapi Din, om-om kamu belum punya istri kan?" tanya mbak dian menatapku penuh selidik.
"Belum lah mbak, kalau punya istri aku ngak bakalan mau lah" jawabku. Mana mau aku sama si om kalau dia punya istri bisa-bisa aku di juluki pelakor muda sama netizen-netizen budiman.
"Tapi kamu cantik loh, masa pacaran sama om-om, duda lagi" ucap mbak dian.
"Ya kan hati aku ngak tau mbak mau jatuh Cinta sama siapa" ucapku lemah
"Iya juga sih" "Sabar, nanti juga doni bakalan baik lagi sama kamu" "Mungkin dia cuma shok aja" ucap mbak Dian sambil mengelus-ngelus punggungku.
Aku hanya mengangguk kecil mendengar ucapan mbak Dian "iya makasih mbak"
Iya aku yakin besok-besok doni pasti baik lagi sama aku. Batinku.
......
"Mbak pulang duluan ya din". aku sedang merangkai bunga Mawar dan kudengar teriakan mbak dian yang sudah berdiri di depan pintu masuk sambil memakai helmya. Tu orang suka banget teriak-teriak udah kek dihutan aja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Iya mbak" jawabku dan melanjutkan kembali pekerjaanku karna teriakan mbak dian tadi.
Hari ini mbak Ria tidak datang ke toko, karna katanya ada urusan keluarga. jadi seharian ini aku cuman berdua dengan mbak dian.
Ternyata sudah jam 5, pantesan mbak dian sudah pulang. Batinku setelah melirik jam dinding yang tergantung di dinding pojok ruangan.
"Sayang" tiba-tiba ku dengar seseorang memanggilku sayang. Membuat bulukuddukku merinding, duh jangan-jangan ada setan disini. Tapi kok suaranya kek kenal ya.
"Sayang" ku dongkakkan kepalalaku melihat siapa yang memanggilku, Dan ternyata itu si om. Aku mengeryitt melihat penampilan si om yang berantakan tidak seperti tadi pagi, wajah kusut, rambut acak-acakan, dasi yang tidak terikat rapi, kemeja yang tanganya sudah di gulung dan kemana jas nya? Tapi tidak mengurangi kadar ketampanan si om.
"Om kenapa? Kek habis di rampok gitu?" tanyaku
"Aku kangen kamu sayang" ni orang ditanya apa jawabnya apa. "Sayang kamu habis nangis?" tanya si om. Dia membungkukkan badanya di hadapanku dan menangkup kedua pipiku dengan tangan besarnya. Ku tatap mata om yang juga menatapku dengan tatapan yang entahlah. Aku tidak tau apa maksud dari tatapannya.
"Ngak om" jawabku
"Tapi mata kamu merah"
"Tadi aku kelilipan terus aku gosok, ya merah deh" ucapku berbohong. Ya Allah maafkan aku karna sudah berbohong
"Kamu ngak bohong kan" si om menatapku penuh selidik.
"Iya om"
Cup
Si om mengecup keningku singkat lalu melepaskan tanganya dipipiku. "Om ngak jawab pertanyaan aku tadi, kenapa om kek habis di rampok gitu?" tanyaku kembali, karna tadi si om tidak menjawab pertanyaanku.
"Aku tu seharian mikirin kamu" "Ngak bisa konsen kerja karna ngak liat kamu" ucapnya. Ihh bohong banget nih si om paling cuma mau gombal-gombal doang
"Terus om ngapain di sini?
"Mau jemput kamu sayang, kan mau beli ponsel" "Kamu lupa ya?"
"Ngak lupa om" ya ngak bakalan lah aku lupa janji si om menggati ponselku yang kemarin. Bisa rugi aku kalau melupakannya.
"Tapi aku masih ngerangkai bunga om, berangkatnya entar aja ya" ucapku.
"Iya sayang" ucap si om, lalu duduk di kursi kosong di depanku. Memperhatikanku yang sedang merangkai bunga.
"Kamu pintar ya merangkai bunga" ucap si om memuji. Ya iyya lah pintar, kan itu kerjaan aku tiap hari kali om.
"Hemmm" aku hanya berdehem menanggapi pujian si om karna serius ingin menyelesaikan rangkaian bunga ini, agar segera ketoko ponsel.
"Sayang kamu sudah makan kan"
"Sudah"
"Kok kamu jawabnya cuek"
"Astaga om diem deh, aku ini lagi serius biar cepet selesai" ucapku kesal karna, dari tadi si om kerjaanya cuma nanya aja tanpa membantu.
"Iya iya sayang" jawabnya. Dan aku tidak menanggapinya lagi.
Beberapa menit kemudian bunga yang kurangkai sudah selesai.
"Wow cantik" kata si om memuji bunga yang sudah kurangkai
"Bunganya emang cantik om"
"Bukan bunganya sayang, tapi yang merangkai" ucap si om membuatku tersenyum malu-malu. Duh si om kalau muji bikind hati berbunga-bunga.
"Sudah selesai kan?"
"Sudah om"
"Kalau gitu yukk beli ponsel"
"Aku beres-beres dulu om" aku membereskan semua peralatan yang sudah kupake, Menutup jendela toko dan mematikan lampu lalu mengambil tasku di atas meja.
"Tunggu om aku kunci dulu pintunya" aku mengunci pintu toko lalu menyimpan kuncinya kedalam tasku.
"Yukk" si om menggandeng tanganku berjalan melangkah menuju mobilnya yang kulihat terparkir di seberang jalan.
Aku dan si om menyebrang jalan lalu masuk kedalam mobil si om yang pintunya telah di buka. Duh si om romantis banget ya, kek drama korea yang selalu ku tonton. Dimana sang laki-laki akan membukakan pintu untuk wanitanya. Membuatku tersenyum sendiri.