part 5

69.9K 2.7K 24
                                    

Aku Turun dari mobil si om setelah sampai di depan rumahnya. Wow rumahnya si om masih megah. Masih seperti kemarin.

Ya iyalah dinda masih megah, emang mau berubah kek gimana, kek rumah lu ya kecil itu.

"Yuk masuk"
Si om menggandeng tanganku masuk kerumahnya. Ni om-om suka banget ya megang tanganku.

"Bi tolong siapin makanan" perintah si om kepada ibu-ibu paruh baya yang berdiri di depan kami. Mungkin pembantunya si om kali ya.

Om membawaku ke kamarnya yang yang berada di lantai dua. Dalam rangka apa ni om membawaku ke kamarnya, apa jangan-jangan si om........

"Kenapa bengong?" tanya si om

"Om napa sih bawa aku ke kamar om?" tanyaku. tidak ku perdulikan pertanyaan si om.

"Pengen berduaan sama kamu" jawab si om dan mengedipkan matanya kearahku. Dasar om-om tua genit.

"Om ngak baik laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim berduaan dalam satu kamar, nanti di goda sama setan" kataku panjang lebar

"Jadi kamu mau di halalin?" tanya si om menarik turunkan alisnya menggodaku. Huhh

"Ya ngak gitu juga" jawabku. Ogah banget di halalin sama si om, coba kalau di masih muda pasti ngak bakalan nolak aku tu, siapa sih yang ngak mau sama cowok kaya. Kalian juga pasti mau kan..

"Kirain"

"Om aku mau mandi" ucapku pada si om yang sekarang duduk di tepian tempat tidurnya sambil memainkan ponselnya. Sedangkan aku berdiri di depanya seperti kambing cengo.

"Mandi aja tu kamar mandinya" ucap si om. Dan mengalihkan pandangannya dari ponselnya kearahku lalu menunjuk kamar mandy yang ada di pojok kamarnya. Lalu menatap kembali ponselnya. Hellow ponsel lebih menggoda dibanding denganku sepertinya. Sungguh aku sangat kesal dibuatnya.

"Tapi aku ngak punya baju ganti om ihh" ucapku kesal

"Aku sudah menyuruh orang untuk membelikanmu pakaian" enak ya jadi orang kaya tinggal nyuruh ini itu langsung beres deh urusan.

"Handuk, sikat gigi, sabun, shampo mana om?" pintaku pada si om yang masih sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang ada di ponselnya.

"Ada di kamar mandi sayang" jawab si om

"Om kenapa sih main ponsel mulu?"

"Aku lagi ngecek siapa tau ada email dari sekretarisku sayang"

"Hemmm" aku hanya berdehem menanggapi si om

"Kamu cemburu sama ponselku?" tanya si om

"Idih ngasal" jawabku. Idih siapa juga yang cemburu.
Aku langsung masuk kedalam kamar mandinya.
Wow kamar mandinya si om luas banget, sumpah baru pertama kali ini aku melihat kamar mandi yang seluas dan semewah ini. Orang kaya mah bebas kamar mandinya aja di buat sedemikian rupa.

Aku melihat sikat gigi berwarna biru, shampo, serta handuk yang menggantuk di tempat khusus. Itu untuk aku kali ya, tapi kapan si om nyiapinya. Ah bodo amat lah yang penting aku berendam di bathup.

Setelah berendam beberapa menit di bath up aku kemudian membersihkan sisa-sisa sabun yang ada di tubuhku menggunakan shower. Kemudian mengambil handuk yang tergantung dan memakainya.

Gimana caraku keluar dari sini ya, masa aku keluar dengan handuk doang entar si om jadi tergoda lagi dengan tubuhku. Ku buka sedikit pintu kamar mandi dan mengintip apakah si om masih ada atau ngak. Tapi ternyata Alhamdulillah kosong, mungkin si om lagi ada urusan.

Aku melangkah keluar dari kamar mandi. Tapi tiba-tiba pintu kamar si om terbuka dan disana berdiri si om yang penampilannya sudah berbeda. Baju kaos warna hitam dan celana pendek. Serta rambutnya yang masih basah. Si om memandangiku dan sungguh aku sangat malu dan takut.

Si om berjalan mendekatiku jangan-jangan si om nafsu lagi melihatku yang hanya menggunakan handuk "om jangan mendekat" ucapku ketakutan. Mungkin suaraku sudah bergetar.

"Kenapa?" tanya si om dengan seringainya yang sungguh sangat menyeramkan menurutku. Andaikan aku mempunyai jurus menghilalang, pasti sekarang sudah kugunakan jurus itu.

Si om semakin melangkah mendekat kearahku. Sedangkan aku melangkah mundur tapi sial sejak kapan ada tembok di belakangku membuatku tidak bisa mundur lagi.

"Om mau ngapain?" tanyaku gemeteran. Kalau si om berani menyentuhku aku akan menendang selengkanganya.

"Menurutmu?" si om sudah berdiri sangat dekat denganku. Bahkan hembusan nafasnya bisa kurasakan. Ini juga jantungku kenapa bisa bereaksi seperti ini. Si om kalau di liat sedekat ini sungguh sangat tampan. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku menghalau pemikiranku.

Si om tiba-tiba mengelus pipiku lembut membuat bulu-bulu di tubuhku meremang. Ku pegang handukku erat-erat takut merosot akibat perlakuan si om. "Om ngapain sih?" tanyaku berusaha tenang.

"Kamu sexi" ucap si om dengan suara seraknya dan masih mengelus pipiku. Membuatku panik, gimana kalau si om memperkosaku di sini.

"Kalau om berani macem-macem sama aku, aku bakalan tendang punya om" ucapku marah dan menghalau tangannya yang ada di pipiku.

"Ha ha ha ha ha" si om tertawa dengan keras sambil memegangi perutnya. Si om kenapa sih jadi aneh gitu.

"Muka kamu.. Haha kamu lucu, padahal aku cuma godain kamu ha ha" ucap si om masih dengan ketawa kerasnya. Sialan si om tua liat saja aku bakalan balas nanti.

"Aku cuma mau kasi kamu baju kok"
"Aku juga ngak nafsu sama kamu"
"Rata gitu ha ha"

"Sialan" umpatku. Aku langsung menarik kasar kantong kresek yang ada di tanganya. Aku masuk kedalam kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras. Meninggalkan si om gila yang masih tertawa keras.

Aku kesal banget dengan ucapanya tadi, rata katanya..? Sialan

10 menit kemudian aku sudah memakai baju pemberian si om, Dres berwarna biru selutut pasti mahal banget. Baru kali ini aku memakai pakaian seperti ini. Biasanya aku hanya memakai celana jeans panjang dang kaos.

Akukeluar dari kamar mandi dan melihat si om sialan duduk di pinggir tempat tidurnya dan tersenyum kearahku.

"Apa senyum-senyum?" tanyaku kesal

"Kamu cantik" jawabnya

"Terus kalau cantik kenapa?"

"Aku tambah suka sayang" idihhh tapi aku yang ngak suka, setelah membuatku marah dan malu dia masih bisa ngegombal.

"Aku masih marah ya sama om" ucapku dan menyilangkan tanganku di depan dada memandangnya dengan sengit

"Hehe maaf sayang"

"Sayang-sayangan nenek moyangmu"

"Sayang maaf"

"Tuan masakanya sudah selesai" ucap seseorang di luar kamar si om. Mungkin bibi yang tadi

"Iya" jawab si om singkat

"Yukk turun" ajak si om dan memegang tanganku tapi ku hempaskan tanganya dengan kasar.

"Ngak usah pegang-pegang" ucapku galak

"Kamu masih marah?" tanyanya

"Udah tau' masih aja nanya" ucapku

"Maaf" ucap si om dengan suara menyesalnya

"Hemm" aku hanya berdehem menanggapinya. Sebenarnya aku masih sangat marah dan ingin mencakar-cakar wajahnya tapi ya sudah lah dia juga sudah minta maaf..

.....





Om Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang