part 25

54.6K 2K 16
                                    

Dinda pov

Tak terasa sudah 5 hari aku tinggal di rumahnya si om. Itu berarti sudah lima hari juga aku tidak pernah mengunjungi Rumahku dan juga tidak bertemu si doni. Pasti dia mencariku kemana-mana, karna aku juga sudah berhenti bekerja di toko bunga milik mbak ria.

Gara-gara si om duda mesum itu selalu memaksaku untuk berhenti bekerja. Katanya dia bisa memberikanku uang berapapun yang aku mau. Dan akhirnya aku pun menyetujuinya, karna malas melihatnya setiap jam memaksaku berhenti bekerja.

Bodohnya aku tidak meminta nomor ponselnya si doni waktu itu.

Si om juga akhir-akhir ini sibuk dengan perusahaannya. Dia biasanya pulang larut malam dan aku sudah tertidur. Sehingga waktunya untuk berduaan denganku menjadi sedikit.

Dan sekarang aku berniat untuk membawakan si om makan siang. Spesial masakanku sendiri, yang aku ngak tau gimana rasanya hehehe. Tapi waktu aku cicipin sedikit, rasanya lumayanlah.

Si om tadi pagi perginya cepet banget, ngak sempet sarapan, Katanya sih Buru-buru. Tapi bodo amatlah orang sibuk kan emang gitu apa lagi dia kan bosnya.

Aku memasukkan semua makanan yang sudah ku masak kedalam rantang kecil berwarna merah. Aku juga sudah bersiap-siap, tinggal cuss berangkat.

"Bi' aku pergi dulu ya" teriakku kepada bibi Ani yang sedang mencuci di belakang

"Iya non hati-hati" jawabnya.

......

Sekarang aku sudah berada di dalam taksi yang akan membawaku kekantor si om. si om pasti senang karna aku membawakannya makanan hasil masakanku sendiri.

Taksi yang ku tumpangi sudah sampai di depan gedung kantor si om. Aku membayar ongkosnya lalu keluar dari dalam taksi sambil membawa rantang di tangan kiriku.

"Mbak aku mau keruangnya om regan" kataku kepada Mbak Resepsionis itu yang bernama mbak Tika. Aku sudah mengenal beberapa orang di perusahaan ini karna si om sudah mengajakku kesini sebanyak 4 kali. Tapi mereka taunya aku keponakanya si om bukan pacarnya.

Hanya satu orang di perusahaan ini yang tau kalau aku pacarnya om Regan. Siapa lagi kalau bukan sekertarisnya si om, mbak Santi.

"Keponakannya pak Regan ya, silahkan langsung keruanganya saja de'" ucap mbak Tika ramah. Coba kalau mereka taunya aku pacar si om. Pasti mereka tidak bakalan seramah kepadaku.

"Makasih mbak"

Aku melangkah menuju lift dan menunggu beberapa menit. Setelah lift terbuka aku masuk kedalam dan memencet tombol 20.

Setelah aku sampai di lantai 20 aku melangkah sambil tersenyum keruangan si om.
"Mbak santi, si om ada ngak?" tanyaku kepada sekertarisnya si om yang sedang sibuk dengan komputernya.

"Em itu pak Regan em" napa mbak santi ngomongnya gitu ya. Kek orang gelisah gitu.

"Mbak santi kenapa, si om ada ngak di ruanganya"

"Pak regan ada tapi.." ni sekretarisnya si om kenapa sih aneh gitu.

"Tapi apa sih mbak?" tanyaku penasaran.

"Itu pak regan.. " makin aneh aja ni orang ngomongnya sepotong doang. Kek ada yang di sembunyiin.

"Yaudah aku langsung keruangannya si om aja" ku abaikan panggilan mbak santi yang ada di belakangku. Kenapa perasaanku tiba-tiba menjadi tidak enak gini ya.

Aku tidak mengetuk pintu ruanganya si om, langsung kudorong saja pintunya karna aku ingin memberikan kejutan untuk si om dan ternyata tidak terkunci.

Tapi betapa kagetnya aku setelah sampai di dalam ruanganya si om, niatnya memberikan kejutan malah aku yang di berikan kejutan. Air mataku tiba-tiba menetes begitu saja tapi langsung ku hapus dengan kasar.

Aku berdiri mematung.
Tepat di depan mataku, di kursi kerjanya dia duduk dengan seorang wanita diatas pangkuanya wanita itu membelakangiku. Dan yang paling membuatku sakit hati mereka berciuman, dan si om memeluk pinggang wanita itu. Apa saking menikmatinya sampai-sampai mereka tidak merasakan kehadiranku.

"Begini yang disebut sibuk" ucapku menanahan tangisku. Pliss dinda jangan menangis, jangan terlihat lemah didepan mereka.

Kulihat laki-laki brengsek itu terlonjak kaget melihatku. Dan langsung menurunkan wanita itu dari pangkuanya. Ternyata dia si tente genit itu.

"Kalau mau mesum jangan di kantor tapi di hotel" ucapku memandang mereka Sinis. Kulihat laki-laki itu melangkah kearahku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Dan wanita itu tersenyum remeh kearahku.

"Berhenti disitu" ucapku. Dan laki-laki itu berhenti beberapa langkah di depanku.
Tampa bisa kutahan air mataku tiba-tiba kembali menetes tapi kembali kuhapus dengan kasar. Sakit hati kok gini amat ya rasanya.

"Tidak usah menjelaskan apa pun padaku, pasti kau mau membela dirikan" ucapku kepada laki-laki itu. Aku tidak mau bersikap sopan lagi kepadanya.

Aku sangat ingin berteriak marah dan memukul laki-laki itu tapi kutahan.

"Aku tidak akan membela diri"
Laki-laki itu memandangku dengan sorot penyesalan. Berarti benar laki-laki itu menikmati ciuman dengan wanita itu. Mereka berselingkuh di belakanku.

Jangan-jangan alasan si om sibuk beberapa hari ini hanya untuk berdua dengan wanita itu.
Ya Allah hatiku benar-benar sakit

"Mas regan memang mencintaiku dari pada kau gadis kecil"
"Tidak usah bermimpi bersama dengan mas regan"
"Karna beberapa hari ini aku selalu berdua denganya" ucap wanita itu. Membuatku seperti di hantam batu yang sangat besar. Rasanya sangat sakit.

"Diam kau Dewi" teriak laki-laki itu marah.

"Aku mengikuti semua kemauanmu tapi ini balasanmu" ucapku. tapi laki-laki di depanku ini hanya diam.

"Mulai sekarang kita tidak punya hubungan apa-apa lagi"
"Kau bisa bersama dengan wanita itu" ucapku. Dengan sekuat tenaga kutahan tangisanku.

Laki-laki itu mendekat kearahku dan langsung menarikku kedalam. Pelukanya. Aku hanya diam tanpa memberontak menikmati pelukan terakhirnya.

"Ku anggap ini pelukan terakhir kita"

"Maafkan aku, kamu boleh memukulku tapi ku mohon jangan membenciku" ucapnya dengan suara bergetar. Asal kau tau saja Sekarang aku sudah membencimu.

"Lepaskan pelukan anda" ucapku dingin. Aku berusaha melepaskan diri dari pelukanya dan akhirnya berhasil.

"Anda memang laki-laki paling brengsek yang pernah ku kenal"
"Mengatakan Cinta padaku dan membuatku senang"
"Lalu menghancurkanku"

Plis jangan menangis dinda, kamu wanita yang kuat

"Maafkan aku sayang" ucapnya dengan suara bergetar. Laki-laki itu menangis?

Enak saja dia memanggilku sayang setelah menyakitiku sedalam ini.

"Terima kasih untuk semuanya"
"Dan aku kembalikan barang pemberianmu" aku melemparkan ponsel pemberianya, dan mengenai dadanya lalu terjatuh kelantai. Lalu ku lemparkan juga rantang berisi makanan yang kubawa dan isinya tumpah berhamburan kelantai.

"Maaf menganggu" aku berbalik dan berlari keluar dari ruangan itu. Dan air mata yang sejak tadi kutahan seketika mengalir dengan deras dipipiku. Aku memukul-mukul dadaku yang teramat sangat sakit. Dan Ku abaikan mbak santi yang berteriak memanggilku.

"Kenapa ini sangat sakit Tuhan, aku mencintainya Tapi dia Tega menyakitiku"

Dinda pov and
........

Om Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang