part 14

59.8K 2.2K 7
                                    

Dan disinilah aku sekarang, berdiri di depan gedung kantor si om yang tingginya wow banget. Pliss dinda jangan norak

"Om gedungnya tinggi banget" ucapku ke si om yang berdiri di sampingku

"Ini gedung kantorku sayang" ucapnya

"Om kerja di sini?" tanyaku lagi

"Aku pimpinan perusahaan sayang" ucapnya. Wow pantesan si om kaya melintir ternyata dia pimpinan perusahaan toh.

"Ini perusahaan apa sih om?" tanyaku kepo, karna selama ini aku belum tau si om kerja apa, dan si om juga tidak pernah memberitahuku.

"Perusahaan tambang terbesar se asia tenggara sayang". Wow seasia tenggara?  Asia tenggara loh ya bukan cuma se Indonesia doang.

"Pantesan kaya" kataku dengan suara kecil

Si om memegang tanganku berjalan masuk kedalam gedung kantornya di lobbi banyak orang yang berlalu lalang dan kulihat banyak yang memandangiku.

"Tu cewek siapa ya"

"Itu keponakan pak bos kali ya"

"Baru kali ini pak Regan bawa wanita ke kantor"

"Pasti tu cewek cabe-cabean"

Samar-samar ku dengar beberapa orang yang menceritakanmu. Hellow cabe-cabean katanya.? Asal tau saja bos mu yang memaksaku jadi pacarnya huhh. Aku memandang mereka dengan malas.

Si om membawaku masuk kedalam lift yang sudah terbuka. Kemudian kulihat si om memencet tombol 20, lift pun terasa bergerak keatas. Hening banget karna hanya aku berdua dengan si om.

Lift sudah berhenti dan pintunya pun terbuka. Si om menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya. Ni orang suka banget ya main tarik-tarik.

"Santi, jangan biarkan siapa pun masuk keruanganku" kata si om kepada seorang wanita yang sedang duduk dikursi yang diatas mejanya terdapat sebuah computer. Mungkin wanita itu sekretarisnya si om kali ya.

"Iya pak Regan" jawab wanita yang bernama mbak santi itu sambil tersenyum kearah si om.

Si om membawaku masuk kedalam ruangan kerjanya si om. Ku pandangi sekeliling ruangan ini luas banget dan di dominasi oleh warna hitam dan abu-abu. Wow ruangan kerja si om membuatku terkagum-kagum.

"Tutup mulut kamu sayang, lalet bisa masuk" ucap si om terkekeh dan itu Membuatku malu.

"Ruangan om besar"

"Kan aku bosnya jadi ruanganya harus besar" kata si om yang saat ini sudah duduk di kursinya. Dan aku duduk di kursi yang
ada di depanya.

"Om aku lapar" rengekku kepada si om yang saat ini sedang memeriksa kertas-kertas yang ada di atas mejanya.

Sumpah perutku terasa kosong banget dari semalem sampai sekarang aku belum makan apa pun.

"Sinta, tolong kamu belikan saya makanan dan bawa keruangan" kuperhatikan si om yang menyuruh seseorang di seberang sana melalu ponselnya. Enak ya kadi bos tinggal nyuruh-nyuruh ini itu dan langsung deh terima beres.

"Sebentar lagi makananya datang" ucapnya dan tersenyum kearahku

"Iya om" jawabku. ku perhatikan si om yang sekarang serius dengan kertas-kertas di depanya. Si om kalau lagi serius ganteng banget ya.

"Om?" panggilku. Dan si om mendongkkakan wajahnya memandangku.

"Om ganteng" kataku malu-malu, dan kulihat senyum lebar terbit di wajah si om.

"Aku sudah ganteng dari dulu sayang" ucapnya percaya diri.

"Pasti banyak yang suka sama om, termasuk tante-tante yang kemarin"

Om Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang