part 12

57.8K 2.4K 5
                                    

Sekarang sudah jam 7 malam dan aku sedang berbaring santai di tempat tidurku yang tidak seempuk dengan tempat tidurnya si om. Hufhh napa sih ni om-om duda tukang selingkuh tidak pernah hilang dari fikiranku.

Tokk..

Tokk..

Tokk..

Kudengar ada yang mengetuk pintu rumahku. Siapa sih yang ngetuk pintu malam-malam. "Tunggu, ngak usah ngetuk pintu terus" teriakku dari dalam kamar.  Awass aja kalau yang ngetuk pintu orang yang ngak penting.

Ku buka pintu rumahku yang sedari tadi diketuk-ketukk "sabar ih, ini juga lagi di buka" gerutuku.

Setelah pintu terbuka, Aku melihat seorang laki-laki tinggi berdiri menjulang di depanku, masih dengan setelan jas rapinya seperti yang kulihat tadi siang. Dengan muka datarnya seperti biasa kek tripleks dengan satu tanganya berada di dalam saku celananya. Sumpah orang ini adalah orang yang paling tidak ingin kutemui untuk sekarang. Orang yang sudah membuatku sakit hati.

Aku melipat kedua tanganku di depan dada dan memandang laki-laki tua itu dengan sengit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku melipat kedua tanganku di depan dada dan memandang laki-laki tua itu dengan sengit. Ni orang ngapain kerumahku malam-malam udah bikind anak orang sakit hati tapi masih aja punya muka untuk menemuiku.

"Untuk apa anda datang kesini?" tanyaku. Tanganku gatel banget ingin mengacak-acak muka datarnya.

"Maaf" ni orang kenapa ya tiba-tiba datang dan minta maaf.

"Maaf untuk apa, anda tidak punya salah dengan saya" ucapku. Ni orang ekspresi mukanya masih aja datar haruska kalau orang minta maaf tu harus dengan mimik muka merasa bersalah.

"Untuk semuanya" katanya

"Sudah lah, anda pulang sana" usirku

"Maaf sayang" ucapnya. Ni om duda tua setelah membuatku sakit hati dia dengan gampangnya masih memanggilku sayang.

"Berhenti memanggilku sayang" teriakku marah.
"Sudah lah, pulang sana. Saya malas melihat muka anda" ucapku. Aku menutup pintu rumahku tapi dia malah menghalanginya. Ni orang sumpah nyebelin banget, ngak liat apa kalau aku itu lagi marah.

"Dengerin penjelasanku dulu" ucapnya.

"Mau jelasin apa lagi sih" ucapku cuek. Jelas-jelas dia sudah ketahuan selingkuh dengan tante-tante tadi. Dan lebih nyeseknya lagi dia tidak menyapaku dan tidak menghubungiku beberapa hari, huhh.

"Aku ngak hubungin kamu karna aku di luar negeri"
"Terus aku lupa membawa ponselku" katanya. Idih ni orang pasti cuman alasan doang.
"Wanita yang tadi kamu liat dia cuma temanku, tidak lebih" ucapnya menjelaskan padaku. Apaan cuma teman orang akrab gitu kok kek orang pacaran.

"Alasan" ucapku singkat. Tiba-tiba dia memelukku dengan erat. Membuat jantungku kembali bereaksi berdebar-debar dengan kecang. Dan aku merasakan aroma tubuhnya, Aroma yang sangat kusukai. Ingat dinda kamu itu lagi marah

"Ngak usah peluk-peluk ih" ucapku berusaha melepaskan pelukannya. Gimana kalau ada tetangga yang lewat dan melihatku di peluk oleh seorang laki-laki. Bisa-bisa di arak keliling turus dinikahkan. Memikirkannya membuatku bergidikk ngeri.

"Entar aku kangen" ucap si om berbisik di telingaku

"Nanti ada yang liat ih" ucapku kesal. Dia langsung melepaskan pelukannya di pinggangku dan menutup pintu. Tapi habis menutup pintu si om kembali memelukku dengan erat. Aku pendek banget di pelukanya tinggiku cuma sampai di lehernya. Aku merasakan dagunya bertumpu di atas kepalaku.

"Aku itu masih marah sama om" ucapku
"Om itu sudah selingkuh dengan tante-tante tadi"

"Dia cuma teman, namanya Dewi"
"Suer deh" katanya. Aku cuma diam tidak menanggapinya
"Kamu maaf in aku kan?" tanya si om. Dia melepaskan pelukannya dan mengkup kedua pipiku dengan kedua tangan besarnya.
"Jangan marah" ucap si om lagi. Memandangku dengan tatapanya yang lembut tidak datar lagi seperti tadi. Dan aku hanya mengangguk.

"Pulang sana, udah malam" usirku

"Aku masih kangen kamu" ucap si om santai. Dia lalu melepaskan tanganya di pipiku. Kangen-kangen mulu yang diurus.

Cup

Kurasakan bibir om menempel di jidatku dengan lembut. What the hell, si om mencium keningku..? Dan aku hampir pinsang di buatnya. Jantungku bergemuruh dengan keras. Sepeti habis lari maraton. Asal tau saja dia orang pertama yang mencium keningku. Garis bawahi orang pertama, selain ayahku pastinya.

"Ngak usah cium-cium ih" ucapku malu. Mungkin sekarang pipiku sudah memerah seperti tomat.

"Sayang pipi kamu merah, kamu sakit?" Tanya si om dengan muka sok seriusnya. ni om sebenernya umurnya berapa sih gitu aja ngak ngerti. Atau jangan-jangan dia cuma mengerjaiku

"Ngak apa-apa" ucapku berusaha menutupi rasa maluku.

"Aku ngantuk" ucapnya. Ngantuk mah tinggal tidur om, ngak pake bilang sama aku.

Tiba-tiba si om langsung melangkah menuju kamarku. Ni om ngak pinya etika banget main nyolonong aja. Dan dari mana dia tau letak kamarku?.

"Om mau ngapain sih ke kamarku?" teriakku Dan mengikutinya dari belakang

"Mau tidur sayang" ucap si om santai. Dia kira ini kamar hotel apa, main tidur seenaknya. Hello yang punya kamar disini.
"Kamar kamu kok sempit, ranjang kamu juga kecil" ni orang nyinyir banget ya.

"Kalau mau menghina, pulang sana" usirku

"Tapi ranjang kamu enak untuk tidur" kata si om sudah berbaring di atas tempat tidurku. Setelah sebelumnya dia melepas jasnya.

"Pulang ngak om" ucapku dengan galak dan kutarik kakinya.

"Aku ngantuk sayang, aku ngak bisa nyetir" ni orang pinter banget nyari alasan.

"Terserah om deh" ucapku pasrah. Aku berbalik dan mengambil Novel yang ada di atas mejaku. Novel yang ku beli sebulan yang lalu tapi belum sempat aku baca. Aku duduk di pinggir tempat tidur dan mulai membuka dan membaca halaman demi halaman Novel ini.

Tiba-tiba kurasakan tangan besar si om yang memeluk perutku dari belakang dan menumpukan dagunya di pundakku, aku bisa merasakan nafas si om yang hangat menyapu pipiku.

"Om nanti kita di grebek pak RT ih" ucapku gugup dan berusaha melepaskan tanganya di perutku. Gimana kalau pak RT dan para tetangga-tetanggaku yang suka ngegosipin orang mengrebek rumahku dan menemukanku sedang berdua dengan seorang laki-laki di dalam kamar. Bisa berabe urusanya.
"Bisa-bisa kita langsung dinikahkan om" ucapku lagi

"Bagus dong, ya tinggal nikah kita" ucapnya. Ni om duda bener-bener membuatku kesel setengah mati.

"Itu mah maunya om, aku mah ngak mau" dia mah malah enak dapat yang muda dan masih fress lah aku dapatnya yang udah om-om, duda dan bekas lagi. Tapi aku suka sih sama si om heheh

"Tapi kamu juga suka sama aku" ucap si om.

"Iya juga sih". Jawabku malu-malu.

"Kamu lagi baca apa sih?" tanya si om dan dia masih Setia memelukku.

"Novel" jawabku singkat. Tapi sebenernya aku sudah tidak fokus dengan novelku gara-gara si om.

"Aku suka Wangi kamu sayang, Wangi buah hemm" ucap si om dengan suara seraknya.

"Hemm" dan aku hanya berdehem menanggapinya. Nie jantung kok dag dig mulu ya.

......

Om Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang