➿16°Renggang➿

172 36 36
                                    

Hati gusar, dan masalah membesar. Chaeyoung benar-benar menjauh dari Dahyun.

Dihari ini, tidak ada Chaeyoung yang menyambutnya saat Dahyun masuk kelas.

Ketika Dahyun datang mendekat dan duduk di kursinya, Chaeyoung langsung menyadarinya, namun ia tetap bersikap seolah tidak tahu.

"Chaeng..."

Chaeyoung tidak menggubris panggilan Dahyun.

Dahyun menghela napas. Ia langsung merubah wajahnya dengan senyum yang riang, senyum serupa seperti kemarin dan kebelakangnya yang selalu Chaeyoung tunjukan untuknya.

"Chaeng... Bukankah kau ingin tahu cerita tentang aku yang di antar Kak Ong?"

Chaeyoung mendengarnya, ia menatap kosong halaman buku novelnya.

"Chaeng... Kau mau tahu tidak?" Dahyun menyentuh tangan Chaeyoung.

Namun Chaeyoung menepisnya. "Diam! Jangan bicara denganku, Sahabatku!" ia menekan kata 'sahabatku' dalam pengucapannya.

Nada bicara Chaeyoung sungguh tidak enak di dengar. Ia pun kembali menatap novelnya.

"Chaeng... Bukumu terbalik." ujar Dahyun pelan dengan kepala tertunduk.

Chaeyoung mendengarnya. Malu, itulah yang ia rasakan. Sedaritadi ia memang tidak membaca novel, ia tidak fokus karena keberadaan Dahyun. Terlebih, ia merasa penasaran dengan cerita Dahyun yang diantar pria yang dikaguminya.

Chaeyoung bangkit berdiri, ia tidak mau berbincang lebih jauh dengan Dahyun.

"Chaeng... Hukum saja aku... Jangan marah dengan cara menjauhiku." ujar Dahyun yang mampu menghentikan langkah Chaeyoung.

Chaeyoung berpikir sejenak, dan membalikan badannya menghadap Dahyun. "Kalau begitu... Lupakan Daniel... Jika kau sudah melupakan Daniel, bicaralah padaku dan buktikan jika kau benar-benar melupakan Daniel. Dan jika suatu saat Daniel kembali... Biarkan Daniel menjadi milikku."

Chaeyoung pergi meninggalkan Dahyun yang kini sedang tertohok. Rasa perih menjalar di dadanya, bagaikan sebuah tombak yang menusuk menembus dadanya.

Apa Chaeyoung benar-benar menghukumnya? Itu hukuman yang paling berat untuk Dahyun. Dahyun sudah jatuh sejatuh jatuhnya pada Daniel yang merupakan cinta pertamanya.

Dahyun membisu, ia tidak ingin lagi memanggil sahabatnya yang mungkin sebentar lagi menjadi mantan sahabatnya.

Jika melupakan Daniel itu mudah, Dahyun sudah melakukannya sejak lama.

Sedangkan di luar sana, Chaeyoung menepuk dadanya pelan, berharap rasa sakit yang menjalar di dadanya hilang. Sungguh, keputusannya sudah ia bulatkan. Chaeyoung tidak ingin lelaki yang dicintainya sakit hati karena Dahyun.

Selain itu, ia ingin Dahyun bisa berusaha melepaskan Daniel dan melirik lelaki yang lebih pasti adanya.

"Chaeyoung? Kau kenapa?" tanya seorang lelaki yang kini berada di hadapan Chaeyoung.

Chaeyoung menggeleng lemah. "Jihoon... Apa yang aku lakukan itu benar?"

Jihoon mengernyit bingung. "Memangnya apa yang kau lakukan?"

Chaeyoung hanya menggeleng dan menunduk, takut jika Jihoon melihat wajah jeleknya yang berantakan karena masalah.

"Chaeyoung... Istirahat nanti, ke kantin bareng, ya? Aku akan ke kelasmu." Jihoon yang merupakan anak kelas 11-5, ia menepuk kepala Chaeyoung pelan, dan pergi begitu saja.

Dahyun yang melihat itu hanya bisa mengembungkan pipinya. Ia iri melihat Chaeyoung yang dengan mudahnya mendapatkan teman.

Dahyun merasa, kehidupan yang membosankan tanpa seorang pun yang menemaninya akan kembali datang.

Jadi, haruskah ia belajar melupakan Daniel? Ia tidak mau kehilangan Chaeyoung.

Atau ia tetap mempertahankan Daniel dan belajar mencari teman baru?

Dahyun mengusap wajahnya frustrasi. Ingin rasanya ia menghilang dari muka bumi.

Dirinya memang berdiri di antara ribuan umat manusia di sekelilingnya, namun pada nyatanya ia tetap merasa kesepian hingga menganggap bahwa dirinya hanya sendirian.

"Mereka benar, Kim Dahyun memang hanyalah mayat hidup." Dahyun menatap cutter yang ada di mejanya.

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang