➿2°Mawar➿

353 70 13
                                    

Dahyun membuka matanya secara paksa. Layaknya mayat hidup, ia tergulai lemas di atas kasurnya sendiri.

Matanya terbuka dan beberapa detik kemudian kembali tertutup. Ia tidak berenergi untuk bergerak, mungkin membuka dan menutup mata pun rasanya perlu sebuah perjuangan.

Kepalanya terasa berat, bibirnya kering dan wajahnya yang putih semakin memucat.

Dahyun menggerakan tubuhnya menghadap ke samping dengan penuh usaha.

Ia memperhatikan cahaya yang terperisai gorden warna pink.

Ingin sekali Dahyun bangkit untuk membuka gorden itu agar cahaya sang surya sedikit memberi warna pada kulit pucatnya.

Namun ia sangat lemas, bahkan tubuhnya sangat panas. Saking panasnya, kain seprai yang bersentuhan dengan kulitnya menjadi menghangat.

Namun Dahyun tetaplah Dahyun, dengan tekad bulatnya seperti tekad menunggu Daniel, ia bangkit dan menyibakkan gorden.

Dirinya langsung di serang sinar matahari pagi di jam 9.

Sungguh, Dahyun terlambat untuk datang ke sekolah.

"Padahal hari ini ada ulangan." Dahyun menghela napas dengan sangat berat.

Ia berjalan gontai ke arah dapur dengan tangan yang berpegangan menelusuri tembok.

Setiap langkahnya, rasa mual selalu mengiringi.

Ia mengambil gelas dan mengisinya dengan air panas yang di campur air dingin.

Ting-Tong

Dahyun diam sebentar, menebak siapa yang datang di jam segini.

Dahyun kembali berjalan menuju pintu utama sambil merapikan rambut dan bajunya yang masih memakai baju tidur bermotif panda.

Pintu terbuka, namun dengan kesialannya, Dahyun tertipu.

"Mengapa selalu saja ada orang yang iseng!"

Dahyun cepat-cepat menutup pintu, namun ia kembali membuka pintunya kala samar-samar melihat sebucket bunga dan sebuah kotak bekal tergeletak di depan pintu.

Dahyun berjongkok mengambil bunga dan kotak itu.

Rasa penasaran kian muncul. Diambilnya sepucuk surat di dalam bucket bunga mawar itu.

Dahyun terdiam untuk sesaat. Muncul sekelebat harapan yang menelusuk dalam hatinya.

Senyum tulus yang telah lama hilang, kini kembali datang. Manis, Dahyun terlihat cantik dengan senyuman itu.

"Daniel?"

Dahyun bangkit berdiri. Matanya menelusuri halaman depannya.

"DANIEL! AKU TAHU ITU KAU! DATANGLAH!"

Dahyun melupakan sakit pada dirinya. Sakit itu berubah menjadi semangat.

Dahyun mendesah. Di halaman rumahnya ia tidak menemukan siapa pun. Ia pikir, Daniel sudah pergi.

Dahyun masuk ke rumah sambil membawa bunga mawar dan kotak bekal itu.

Ia masuk ke kamarnya dan duduk di atas kasurnya.

Tangannya bergerak membuka surat yang ada di dalam amplop cantik bergambar panda.

Dahyun tersenyum, senang jika Daniel masih mengingat hal apa yang di sukaannya.

Dahyun membuka lipatan surat itu dengan hati yang berdetak tidak karuan.

~~~My Panda~~~

Oy! hadiahmu ada di sekelilingmu, apa kau tidak sadar?
Ngomong-ngomong dimakan buburnya dan jangan sakit!
Gawat kalau kau sakit, aku ikut merasakannya.

~~~~~~

Dahyun terdiam apa harus ia menjerit senang.

"Daniel kau kembali?"

Dahyun berlari keluar rumah, mencari-cari dimana pria itu berada.

Namun sayang, Dahyun tidak menemukan siapa pun.

Dahyun kembali ke kamarnya dan membuka kotak bekal yang gemasnya berbentuk kepala panda.

Saat dibuka, uap dan harum bubur yang di atasnya di tambahkan bumbu dan daging menyerbu keluar.

Dahyun yang memang belum makan apa pun sejak siang kemarin, langsung melahap bubur yang masih hangat itu.

Sambil makan, ia memeriksa ponselnya yang sejak kemarin tidak ia aktifkan.

Sesudah jaringan internet terhubung, berbagai macam notifikasi dari media sosia mulai bermasukkan.

Kebanyakan notifikasi LINE yang mengucapkan selamat ulang tahun dengan doa atau kata-kata ledekan tambah tua dan lain sebagainya.

Jempol Dahyun bergerak membuka roomchat Chaeyoung, sang sahabat.

Ia membaca sekilas pesan gila atas ucapan selamat ulang tahun yang Chaeyoung kirimkan untuknya.

Setelah itu ia mengirim pesan tentang dirinya yang izin tidak masuk sekolah karena sakit.

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang