Dahyun sudah kembali kerumahnya, namun tanpa ia duga, rumahnya sudah bersih dan rapi.
Saat Dahyun membuka pintu kamarnya, ia cukup terkejut ketika kamarnya di dominasi serba panda yang mengandung warna hitam, putih, pink dan biru.
Dahyun menemukan boneka panda di meja belajarnya. Ia mendekat dan memeluknya erat.
Dahyun segera mengambil ponselnya, menghubungi satu-satunya orang yang ada dalam pikirannya.
"ONG!" seru Dahyun yang memekakkan teling karena saking senangnya saat sambungan teleponnya baru terhubung.
Diseberang sana, Seongwoo refleks menjauhkan ponsel dari telinganya. "Kenapa? Sepertinya senang sekali."
"Eiy... Bagaimana tidak senang? Kau tahu? Kamarku jadi sangat nyaman untuk aku tempati. Kalau begini, aku akan betah diam di kamar. Aku akan jarang main ke luar." Dahyun menatap takjub semua benda-benda yang ada di kamarnya. "Panda nya begitu lucu. Tadi, kukira aku salah memasuki rumah."
"Eiy... Jangan hanya diam di kamar... Kau harus sering-sering keluar rumah. Apa kau ingin kulitmu semakin pucat?" ujar Seongwoo dengan nada menggoda.
"Memangnya mengapa jika kulitku semakin pucat? Apa aku terlihat aneh?"
"Tidak juga... Tidak ada yang aneh dari dirimu."
"Benarkah?"
"Hmm..."
"Ahh, kalau begitu terima kasih untuk semuanya. Kapan kau meminta orang untuk meromak kamarku?"
"Mengapa bertanya padaku? Aku tidak tahu, yang aku berikan untukmu hanya boneka panda. Soal kamar, bukan aku yang meromaknya."
Dahyun terdiam. Jika bukan Seongwoo, lantas, siapa yang meromak kamarnya.
"Jadi... Bukan Ong?"
"Bukan."
Dahyun langsung menutup panggilannya tanpa pamit terlebih dahulu. Ia kebingungan, tidak mungkin, kan ada peri ajaib yang dapat merapikan rumah berantakannya.
Dahyun turun untuk memeriksa dapur yang kini terbebas dari debu.
"Siapa yang merapikan semuanya?"
Saat itu, tiba-tiba ada yang membuka pintu ruang utama.
"Dahyun? Kamu sudah pulang?"
Dahyun yang sedang di lawang pintu dapur langsung menoleh pada seseorang yang berbicara padanya. "Mama? Ini Mama?"
Seseorang yang Dahyun panggil Mama itu mengangguk, dan merentangkan tangannya. "Kemari, apa kamu tidak kangen sama Mama?"
Dahyun hanya menatapnya, ia ingin memeluknya tapi tubuhnya enggan untuk bergerak. "Aku kira, Mama sudah lupa sama keberadaan Dahyun."
Orang yang Dahyun panggil Mama itu beranama Hana. "Mama tidak mungkin lupa sama kamu, Dahyun. Mama hanya sibuk dengan pekerjaan Mama, bukan berarti Mama lupain kamu."
Dahyun menunduk. "Kan ada Papa yang kerja, mengapa Mama harus ikut-ikutan kerja?"
"Kasihan Papa, tidak ada yang membantu mengurus perusahaannya yang diujung kebangkrutan, jadi Mama harus bantu Papa. Kita kerja juga untuk masa depan kamu, Dahyun."
"Ma, Dahyun sendirian. Dahyun butuh Mama sama Papa. Kalau Mama masih ingat sama Dahyun, mengapa baru datang sekarang? Empat tahun Mama sama Papa ninggalin Dahyun."
Ya, Dahyun tinggal sendirian setelah kakek Dahyun meninggal dan mewariskan hartanya pada Heechul—Papa Dahyun—dan Hana saat Dahyun masih duduk di bangku kelas 7 sekolah menengah pertama.
Hana mengehela napas, berusaha untuk tidak membentak Dahyun. "Sudahlah, ya? Yang penting sekarang Mama jenguk kamu. Itu artinya Mama masih ingat sama kamu. Kalau Mama tidak peduli, mungkin kamu tidak akan dapat uang. Tiap minggu, kan Mama rutin kirim uang ke ATM kamu."
Seongwoo yang diam mendengarkan itu di depan pintu ruang utama hanya bisa mengepalkan tangan.
Seongwoo mengetuk pintu yang terbuka itu, karena Hana tidak sempat menutupnya.
Wajah Hana langsung menegang, namun sesegera mungkin mengkondisikan ekspresinya dengan senyum yang terpancar di bibirnya. "Aduh... Nak, Seongwoo? Sejak kapan kamu datang? Dahyun... Itu pacar kamu ajak masuk."
Dahyun sedikit penasaran, mengapa Hana bisa kenal dengan Seongwoo.
Seongwoo hanya menatap Hana datar, dan beralih pada Dahyun. Seongwoo, menghampiri Dahyun yang sepertinya sedikit murung. "Kenapa?"
Dahyun menggelengkan sebagai jawabannya.
"Tante, Dahyun-nya saya pinjam."
"Aduh, nak Seongwoo, calon menantu... Iya, silakan. Dahyun, baik-baik, ya sama Seongwoo. Jangan nyusahin dia."
Dahyun mengernyit bingung sekaligus malu. Mengapa Hana terlihat aneh.
Seongwoo pamit dan mengajak Dahyun pergi, meninggalkan Hana yang sedang loncat-loncat kegirangan.
"Kalau Seongwoo nikah dengan Dahyun, perusahaan keluarga Kim pasti akan untung besar. Bukankah aku dan Heechul pasti bakal dinaikkan jabatannya? Woah..." Hana berangan-angan akan kemewahan dan keberhasilan keluarganya.
Karena ketahuilah, kedudukan Papa-nya Dahyun berada di bawah kedudukan Seongwoo akibat kebangkrutannya.
Seongwoo dan Jihoon akan jadi penerus Jinwoo, dan sebetulnya, yang meminta Hana pulang adalah Seongwoo. Seongwoo yang merupakan atasannya, Hana mengikuti perintahnya walau itu karena terpaksa.
➿➿➿
KAMU SEDANG MEMBACA
═❖•My Gift•❖═
Fanfic•°•{S E L E S A I}•°• Aku percaya dan yakin jika Kang Daniel akan kembali. Dia tidak pernah melanggar kata-katanya, maka dari itu aku masih percaya. Dia menjanjikanku hadiah ulang tahun, dan aku ingin hadiah itu. Aku menunggu hadiah itu darinya. Tid...