➿4°Mengapa➿

280 50 12
                                    

"Bunda..." sapa Dahyun dengan riangnya sambil menghampiri Bundanya Chaeyoung.

"Ya, ampun, Dahyun. Kamu seminggu tidak datang ke sini. Padahal Bunda sudah menyiapkan kue panda. Tadinya Bunda mau merayakan ulang tahun kamu di sini, tapi Bunda yakin kamu masih menunggu Daniel di taman, kan?"

Itulah alasan Dahyun mengapa ia bisa menganggap Son Nayeong sang Ibunda Son Chaeyoung, sebagai Ibu keduanya.

Nayeong adalah seorang janda muda yang mengurus Chaeyoung dan Dahyun dengan perhatian yang sama. Nayeong berstatus Bunda yang sikapnya seperti seorang sahabat sebaya. Dahyun maupun Chaeyoung tidak pernah ragu untuk mencurahkan isi hatinya tentang masalah lelaki maupun masalah pribadi. Nayeong tahu seluk-beluk masalah keluarga Dahyun sampai masalah percintaannya Dahyun.

"Hehe, maaf, Bun."

"Bagaimana? Daniel ada datang?" Nayoung mulai penasaran.

Dahyun menggeleng dengan bibir yang maju seperti bebek.

"Sabar, sayang."

"Sudah, ah, Bun. Makan, yuk, perutku rindu masakan Bunda." Dahyun mengerjapkan matanya untuk merayu Nayeong.

"Dahyun! Ayok, baca surat-suratnya!" ajak Chaeyoung yang baru saja turun dari tangga kamarnya, membuat Dahyun dan Nayeong refleks menoleh ke arahnya.

"Baca saja sendiri. Aku mau bantu Bunda masak." tolak Dahyun.

Chaeyoung menatap sang Bunda dengan tatapan memohon yang seolah-olah mengatakan, "tolong suruh Dahyun ikut denganku saja." lewat tatapan mata.

Nayeong yang peka langsung menyuruh Dahyun ikut dengan Chaeyoung saja. "Nanti kalau makan malamnya sudah siap, Bunda susul kalian ke atas."

Chaeyoung langsung berbinar mendengarnya. Dalam kesempatan itu, ia menarik Dahyun ke kamarnya.

Tumpukan surat sudah berceceran di kasur Chaeyoung.

"Ya ampun, Chaeng... Kenapa harus seberantakan ini?" mata Dahyun liar menatap surat yang berserakan, hingga pandangannya berhenti di satu surat.

Surat yang sama dengan surat yang ada dalam bucket bunga mawar.

Dahyun langsung mengambilnya dan membuka amplop berkarakter panda itu dengan detak jantung yang tiba-tiba berpacu sangat cepat. Satu nama yang terlintas dalam benaknya, "Kang Daniel."

Chaeyoung yang sibuk membaca surat lain langsung menoleh. "Ada apa? Itu surat dari siapa?"

Dahyun tidak menggubris pertanyaan Chaeyoung. Dengan rasa penasarannya, ia membaca surat itu.

~~~My Panda~~~

Apa yang akan terjadi jika kita kembali bertemu?
Aku selalu ada di sekelilingmu.
Aku tidak tahu apa reaksimu jika aku menampakkan diriku dihadapanmu.

~~~~~~

Mata Dahyun membulat. Sungguh, ia merasa sangat kaget dan senang secara bersamaan.

"DAHYUN! APA ITU DANIEL? KANG DANIEL CINTA PERTAMAMU?" histeris Chaeyoung saat diam-diam ia membaca surat yang Dahyun pegang.

"Jadi... Selama ini dia ada di sekelilingku?" tanya Dahyun dengan mata yang masih menatap surat itu.

"Aku merasa heran, mengpa lelaki kudamu itu harus bersembunyi darimu?" Chaeyeong merapikan surat yang telah ia baca.

"Aku tidak tahu. Bagaimana caranya aku menemukan Daniel yang selalu ada di sekelilingku?" tanya Dahyun yang sebenarnya bertanya pada dirinya.

"Aku tidak tahu, tapi Dahyun... Apa jangan-jangan, selama di SMA ini... Kita satu sekolah dengan Daniel?" tebak Chaeyoung yang terbilang masuk akal.

Dahyun mempekerjakan otaknya. Merangkai dan menghubungkan peristiwa yang mungkin saja terjadi.

Kang Daniel yang menghilang dari Dahyun saat kelas 3 SMP, bisa saja kembali bersekolah di sekolah yang sama dengan Dahyun.

"Tapi mengapa ia mengirim surat baru-baru ini?" Dahyun menangkup wajahnya. Ia merasa sangat kebingungan.

"Mungkin ia baru mengetahui keberadaanmu di sekolah." Chaeyoung lagi-lagi beropini.

"Tapi mengapa ia tidak langsung menemuiku saja? Mengapa ia membuatku harus mencari keberadaannya lagi?" banyak pertanyaan yang diawali dengan kata "mengapa" di benak Dahyun.

"Mungkin Daniel merasa sangat bersalah padamu." lagi-lagi Chaeyoung selalu menjawab dengan diawali kata "mungkin" yang jawabannya terbilang masuk akal.

Tok-tok-tok

"Sayang, makan malamnya jadi. Cepat turun!" Nayeong berseru dengan tangan yang terus mengetuk pintu.

"Iya, Bun... Sabar." ujar Chaeyong sambil bangkit menuruni kasur. Begitu pula Dahyun yang langsung keluar kamar dengan langkahnya yang tertuju ke dapur.

"Woah... Bunda masak makan malam atau masak buat buka warung nasi?" pekik Dahyun saat melihat banyak makanan di meja makan.

"Bunda masak buat anak yang kemarin... Eh... Kemarinnya lagi ulang tahun." jawab Nayeong yang sempat terkekeh dengan reaksi Dahyun.

Ketiga perempuan itu langsung duduk di meja makan. Dahyun dan Chaeyoung langsung rebutan ayam yang ukurannya paling besar, selalu saja begitu, hingga daging yang mereka rebutkan malah berakhir di perut sang Bunda.

"Dahyun hari ini menginap lagi, ya? Bunda udah beli masker, habis makan kita maskeran"

Dahyun dan Chaeyoung langsung berbinar mendengarnya.

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang