➿44°Berlanjut➿

160 27 12
                                    

Bagaikan menyiapkan bahan wawancara, Dahyun sudah membuat list pertanyaan untuk ia ajukan pada Seongwoo.

"Ong... Hari ini kau tidak akan aku beri ampun." Dahyun menarik tali tas abu-abunya dan berjalan cepat menuju kelasnya.

Setelah ini, ia akan pergi ke kelas Seongwoo karena ia tahu jika lelaki itu selalu datang pagi-pagi.

Dahyun langsung pergi ke kelas Seongwoo.

"ONG!" pekik Dahyun yang berniat untuk mengagetkan orang yang ada di kelas.

Orang yang ada di kelas sempat tersentak kaget. "Dahyun? Apa yang kau lakukan? Kau mengagetkanku."

Dahyun mengerjapkan matanya, ia mencoba menahan malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahyun mengerjapkan matanya, ia mencoba menahan malu. Untuk mencairkan keadaan, ia berdeham pelan dan menegakkan tubuhnya. "Jaehwan... Maaf, aku kira kau itu Seongwoo, habisnya... Dari luar tidak terlihat. Kukira... Kau Seongwoo, karena biasanya Seongwoo selalu datang pagi."

Jaehwan mengangguk. "Kau ada perlu dengannya?"

Kini, giliran Dahyun yang mengangguk. "Kalau begitu, aku kembali ke kelas. Nanti, kalau ada Seongwoo, tolong katakan jika aku datang kemari."

Jaehwan mengacungkan ibu jarinya pada Dahyun.

Dahyun berjalan perlahan, semangat menyerang Seongwoo dengan pertanyaan yang tadi kian membara, kini hilang seketika. "Tumben sekali... Apa kemarin ia tidur larut malam? Sebenarnya... Urusan dadakan apa yang kemarin membuatnya harus buru-buru pergi?"

Dahyun mengangkat bahunya, tidak mau pusing untuk memikirkannya. Nanti, kan bisa bertanya pada orangnya langsung.

Dahyun kembali berjalan ke kelasnya, dan pasti ia akan melewati lokernya. Entahlah, sudah beberapa hari setelah ia tahu siapa pengirim surat panda itu, Dahyun jadi tak berniat membuka lokernya.

Bukan apa-apa, hanya saja, ia sedikit kecewa jika yang mengirimkan surat itu adalah Jihoon, karena entah mengapa, hati kecilnya sedikit berharap jika yang mengirimkan surat panda itu adalah Seongwoo.

"Bukankah Ong selalu di sekelilingku? Tapi... Apa mungkin Ong yang memberikan surat panda itu?"

Saat pikiran itu terlintas dalam benaknya, ia segera membuka lokernya. Kiriman surat untuknya bertambah banyak, tapi Dahyun lebih tertarik pada surat panda yang jumlahnya ada 7.

Dahyun tentu mengambilnya dan membiarkan surat lain diam di lokernya.

Dahyun kembali ke kelas dan membaca semua surat itu. Isinya hanya perhatian-perhatian kecil yang menegur Dahyun melakukan kebiasaan buruk seperti selalu menyendiri, saran kembali berteman dengan Chaeyoung, doa agar cepat sembuh untuk tangannya yang lukanya mulai mengering, dan kata-kata penyemangat yang manis.

"Ong... Aku yakin ini Ong."

Dahyun tersenyum, ia ingin segera menjawab pernyataan perasaan Seongwoo. Ia telah menetapkan hatinya untuk Seongwoo. Ia telah percaya pada lelaki yang selalu perhatian padanya.

Hati Dahyun yang dulu pernah retak, perlahan mulai menyusun dan bersatu tanpa gurat luka yang menyakitkan.

Seongwoo bukan cinta pertamanya, tapi mungkin, ini lah takdir.

"Gadis gila."

Dahyun melirik ke hadapannya. Itu adalah Chaeyoung, namun Dahyun mengabaikannya dan kembali merapikan amplopnya.

"Jangan pikir itu dari Jihoon! Jangan katakan jika kau senyum-senyum sendiri karena isi surat itu. Aku beri tahu, surat itu bukan dari Jihoon!" Chaeyoung sedikit khawatir saat melihat Dahyun membaca surat itu, ia pikir, Dahyun masih mengira jika itu dari Jihoon, akan gawat jika Dahyun menyukai Jihoon.

Dugaan Dahyun benar, jika surat itu bukan dari Jihoon. 99 persen, surat itu dari Seongwoo. Dahyun sedikit berpikir. "Sayang sekali, padahal aku menyukainya. Ternyata... Kata-katanya begitu manis."

Chaeyoung mulai khawatir. "Tidak lagi Dahyun! Jihoon milikku, dia kekasihku. Tidak lagi ada cerita cinta segitiga yang memuakkan. Kau sudah ada Seongwoo!"

"Benarkah?" Dahyun melotot tidak percaya. "Berarti... Aku memiliki kesempatan untuk kembali pada Daniel? Kau, kan sudah jadi kekasih Jihoon."

Chaeyoung merutuki ucapannya. Rencana yang ia susun malah ia rusak. "Tidak! Kita harus impas! Aku tidak bersama Daniel, dan kau juga harus tidak! Kita harus adil!"

Dahyun menatap malas pada Chaeyoung. "Itu tidak adil untukku. Apa kau tega membiarkan sahabatmu ini terus-terusan tidak memiliki kekasih? Bagaimana jika Daniel adalah jodohku?"

"Persahabatan kita kandas!"

"Hey! Mengapa begitu? Baiklah, aku sudah merelakan Daniel, jadi... Apa persahabatan kita masih bisa berlanjut?" Dahyun mulai berani merayu Chaeyoung dengan ekspresi lucu yang memuakkan bagi Chaeyoung.

"Tidak!" Chaeyoung tersenyum meremehkan. "Kau belum membawakan bukti padaku. Persahabatan kita berlanjut jika kau sudah memiliki kekasih. Jika begitu... Itu akan sangat jelas jika kau sudah merelakan Daniel. Tapi ingat! Jangan menyewa pacar bayaran, atau berhubungan untuk bahan pelampiasan. Aku yakin... Kau akan benar-benar menemukan lelaki yang bisa menarik hatimu."

Aku sudah menemukannya, bahkan sedikit lagi, aku akan menjadi pemiliknya, jawab batin Dahyun dengan penuh kemenangan.

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang