➿34°Tawaran Pengawasan➿

172 31 6
                                    

Dahyun terbangun di pagi hari, bahkan sangat pagi. Ia ingat, hari ini ia harus sekolah namun seragamnya berada di rumah. Kemarin sama sekali tidak ada persiapan untuk menginap.

Ia bangkit dan berjalan menuju kamar Seongwoo yang berada di sebelahnya.

"Ong..." panggil Dahyun dengan tangan yang masih mengetuk pintu.

Seongwoo terganggu, ia menggerutu, namun tetap bangkit. Namun saat mengenal suara Dahyun yang menyerukan namanya, nyawanya yang berpencaran seakan langsung terkumpul di satu titik.

Pintu terbuka, Dahyun langsung melihat Seongwoo dengan wajah tegasnya.

"Anu... Ong... Hari ini aku sekolah, tapi seragamnya ada di rumah. Aku ingin pulang sekarang."

"Jangan sekolah dulu."

Dahyun langsung membuka mulutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahyun langsung membuka mulutnya. "Kenapa? Aku harus sekolah, tugasku harus dikumpulkan hari ini."

"Tidak, kau harus ada di sini."

"Mengapa? Aku ingin sekolah! Percuma cape-cape mengerjakan tugas, tapi ketika waktunya di kumpulkan, aku tidak boleh sekolah."

"Tidak!"

"Ong..." Dahyun mulai memelas.

"Tidak Dahyun."

Pintu kamar yang berhadapan dengan kamar Seongwoo terbuka.

"Kalian ada apa, sih? Ribut sekali. Seongwoo, biarkan saja Dahyun-nya sekolah. Posesif sekali jadi orang."

Seongwoo menatap Jihoon nyalang. "Nanti kalau Dahyun melakukan hal gila lagi, bagaimana?"

Jihoon bungkam, memang hal itu bisa saja kembali terjadi.

Dahyun mulai kesal. "Tidak akan, Ong. Aku janji. Ya, aku boleh sekolah, ya?"

"Tuh, sudah, Dahyun-nya sudah janji. Lagian, kelasku dan kelas Dahyun berdekatan, perlu bantuan untuk pengawasan?" ujar Jihoon.

Seongwoo menimbang-nimbang. "Baiklah, kau boleh sekolah tapi ingat, jangan lakukan apa pun yang gila."

Dahyun tersenyum senang, namun saat ia menatap Jihoon, tiba-tiba pikiran gila menyeruak.

"Dahyun, kau berhutang padaku. Aku telah membantumu, berterima kasihlah." ujar Jihoon dengan bangga.

"Jihoon menyukaimu."

Dahyun teringat ucapan Chaeyoung, ia tersenyum kikuk. "Terima kasih."

"Eiy... Sudahlah, aku masih ingin tidur, kalian menggangguku." Jihoon kembali masuk ke kamarnya.

Dahyun beralih menatap Seongwoo yang tenyata sudah kembali ke kasurnya.

"Ong... Antarkan aku pulang."

Seongwoo malah menarik selimutnya sampai ke atas kepala.

Dahyun menarik selimutnya. "Ong! Tanggung jawab!"

"Untuk apa? Aku tidak menghamilimu."

Dahyun memukul kaki Seongwoo. "Sembarangan! Cepat, ah! Antarkan aku pulang. Aku harus sekolah. Kemarin kau yang membawaku ke sini, jadi sekarang kau yang harus mengantarkanku pulang."

Dahyun kembali menarik selimut Seongwoo, begitu pula Seongwoo yang mempertahankan selimutnya.

Seongwoo teringat dengan tangan Dahyun yang terluka. Ia langsung melepaskan tarikannya, namun sialnya dilepas saat Dahyun sedang menarik selimutnya kuat-kuat. Alhasil, Dahyun jatuh sampai kebelakang.

"ONG!"

Seongwoo langsung turun. "Kau baik-baik saja?"

"Sakit tahu!"

Seongwoo menuntun Dahyun duduk di pinggir kasur. "Sudah kubilang, jangan lakukan hal gila. Lihat, jahitannya masih basah, berdarah kan!"

Dahyun hanya diam, sekarang ia malah takut pada Seongwoo. "Kenapa... Kenapa kau marah kepadaku? Harusnya aku yang marah."

Dahyun menunduk. "Jangan marah, Ong... Kau mirip gorila mengamuk. Kau menakutiku." ujar Dahyun pelan.

"Haish... Sembarangan." Seongwoo sadar memang ini salahnya karena membuat Dahyun harus menarik selimutnya. Ia melunak. "Maaf. Apa ini sakit?"

Dahyun mengangguk. Di bagian lukanya berdenyut.

"Sebelum ke sekolah, kita ke dokter dulu. Sekarang mandi dulu di sini, di rumahmu tinggal ganti seragam."

Dahyun menggeleng. "Tidak mau di sini. Mau di kamar mandi."

Seongwoo terkekeh. "Iya, iya, sana mandi. Dahyun bau belum mandi."

"Haish... Ong juga belum."

Mereka bersiap-siap, hingga akhirnya Seongwoo sudah siap dengan seragam sekolahnya dan Dahyun yang masih mengenakan baju bebas.

Mereka pergi ke rumah Dahyun. Setelah Dahyun sudah siap dengan seragam dan tas gendong nya, mereka langsung berangkat ke dokter.

Dokter memeriksanya dan menggantikan perban luka Dahyun.

Setelah dari Dokter, Seongwoo dan Dahyun langsung ke Sekolah, tak lupa mengajak Dahyun sarapan bubur di kantin karena paksaan dari Seongwoo yang mulai posesif pada Dahyun.

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang