➿12°Tentang Kim Jaehwan➿

246 37 6
                                    

Dahyun kembali masuk sekolah dengan menaiki bus. Ia lupa jika motornya masih dirumah Chaeyoung.

Dahyun berjalan di koridor yang sudah di penuhi siswa-siswi lain yang berlalu-lalang.

Namun, jalan Dahyun dihadang oleh seorang pria. Dahyun mendongak dan mendapati wajah Jaehwan yang masih terdapat banyak luka yang sedikit mengering namun masih terlihat bengkak.

 Dahyun mendongak dan mendapati wajah Jaehwan yang masih terdapat banyak luka yang sedikit mengering namun masih terlihat bengkak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau apa lagi, kau?" tanya Dahyun dengan mata tajam yang menyorotkan kebencian dan wajah datar yang enggan berekspresi. Namun, melihat luka-luka itu, Dahyun merasa sedikit kasihan. Ya, sedikit, yaitu 1 persen dari 1000 persen.

Jaehwan hendak membuka mulut namun tidak jadi karena ada seseorang di belakang Dahyun. Seongwoo, dialah orang yang menatap tajam ke arah Jaehwan, membuat Jaehwan mengurungkan niat untuk bicara.

Seongwoo menarik Dahyun menjauh dari Jaehwan dan mengantarnya sampai ke kelas dengan aman.

Mereka meninggalkan Jaehwan yang hanya mengunci mulutnya dengan mata yang tertuju melihat tangan Dahyun yang di genggam Seongwoo sampai hilang dari pandangannya.

Woojin yang baru datang sempat menyaksikan drama antara Jaehwan, Seongwoo dan Dahyun.

Woojin geleng-geleng kepala. Ia langsung berlari dan mencapit leher Jaehwan.

"Lepas, woi! Sakit, Ferguso!" umpat Jaehwan yang merasa kesakitan. Ketahuilah Ferguso adalah nama anjing.

Woojin lupa jika Jaehwan sedang dalam mode wajah jelek yang serba bengkak.

"Lagian, mengapa kau itu bodoh sekali dalam masalah cinta? Perempuan baik-baik malah di cium paksa. Dangkal sekali otakmu, nak." pepatah Woojin mulai bermunculan. Ia paham betul jika di otak Jaehwan hanya ada bertengkar, berkelahi, baku hantam atau adu tojos. Hanya itu yang Jaehwan tahu.

Jaehwan begitu dangkal mengenai masalah percintaan. Walaupun ia adalah sebuah jarum yang ada diantara tumpukan jerami yang kita anggap adalah kumpulan wanita, tidak pernah satu pun di antara mereka yang bisa menarik hatinya, padahal wanita-wanita itu selalu mengantri untuk menggodanya.

Namun saat bertemu Dahyun di taman ketika 3 tahun silam, ia langsung terpana.

Kala itu, saat Jaehwan jelas 3 SMP, ia berkelahi dengan anak berandal sekolah tetangga yang menantangnya di lapang luas di dekat taman.

Setelah ia berhasil membawa kemenangan, tetap saja wajah dan tubuhnya mendapati luka bogeman tangan lawan.

Jaehwan berjalan gontai dimalam hari melalui taman dengan seragam yang sudah kotor, kusut dan terdapat bercak darah di kerah seragam putihnya.

Ia melewati kursi taman yang terdapat seorang garis dengan dress merah tengah duduk sendirian dimalam yang telah larut.

Jaehwan sempat mengira jika itu adalah hantu, namun karena ia terlalu fokus menatap gadis itu yang terus menunduk, kakinya tersandung batu dan malah terjatuh.

Setelah jatuh, ia kehabisan tenaga untuk bangkit. Sampai seseorang menariknya berdiri dengan penuh kehati-hatian dan memapahnya duduk di kursi.

Jaehwan menatap gadis si baju merah, yang ia ketahui bernama Dahyun. Ia mengetahui nama Dahyun saat Dahyun masuk SMA yang sama dengannya.

Pada malam itu, Dahyun meminta Jaehwan untuk menunggunya di kursi. Dahyun pergi lumayan lama dan kembali datang dengan membawakan obat merah, alkohol, kapas dan minuman kaleng larutan penyegar.

Dahyun mengobati luka Jaehwan dan memberi Jaehwan minuman kaleng itu sampai Jaehwan kembali mendapatkan kesadarannya.

Jaehwan tidak banyak bicara, begitupula dengan Dahyun. Sampai melihat keadaan Jaehwan lumayan membaik, ia mengatakan hati-hati dan pamit pergi.

Jaehwan tidak sempat mengatakan terima kasih dan menanyakan namanya. Namun Jaehwan mengingat wajah Dahyun yang sendu. Wajah yang menyiratkan kekecewaan.

Sejak saat itulah, taman yang merupakan saksi bisu pertemuan Jaehwan dengan Dahyun, menjadi tempat yang Jaehwan kunjungi kala pikirannya sedang kalut atau sedang ingin mencari ketenangan.

Bahkan di tanggal dan bulan yang sama, namun di tahun yang berbeda, lagi-lagi Jaehwan bertemu dengan Dahyun yang memakai dress. Dress itu membuat Dahyun semakin cantik. Di tambah sebucket bunga mawar dan kue bolu di tangannya.

Jaehwan mulai tahu jika Dahyun tengah menunggu kekasihnya. Ya, karena Dahyun selalu berteriak dan menangisi kepergian lelaki yang entah kenapa Jaehwan benci. Jaehwan membencinya karena membuat Dahyun menangis sedih di hari ulang tahunnya.

Namun Jaehwan hanya menyaksikannya dari radius belasan meter yang masih dapat memantau Dahyun.

Satu fakta yang Jaehwan ketahui, ternyata bukan hanya dirinya yang memperhatikan dari jauh. Ada orang lain yang melakuakan kegiatan yang sama dengannya, yaitu memperhatikan Dahyun dari jauh tanpa berbuat apa-apa.

Karena ia takut tersaingi, ia terpaksa mendesak Dahyun untuk menjadi kekasihnya.

Dahyun lah gadis yang berhasil memikat hatinya. Ia tidak mau Dahyun jatuh ke tangan orang lain.

Ketahuilah, kaleng minuman yang Dahyun berikan dulu, sampai sekarang menjadi pajangan penghias kamarnya yang selalu mengingatkan Jaehwan akan gadis berbaju merah yang sudah menolongnya.

Jaehwan benar-benar jatuh cinta pada Dahyun, namun ia tidak tahu cara menyampaikan cintanya, karena dilain sisi, ia memiliki saingan, dan dilain sisi, Dahyun menutup hati untuk lelaki lain.

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang