➿8°Sakit➿

259 54 10
                                    

Dahyun bangun di pagi hari dengan mata yang membengkak.

Air matanya selalu mengalir kala kejadian menjijikkan itu menerobos pikirannya dan selalu terbayang-bayang dengan sendirinya.

Setiap kali melihat cermin, matanya selalu tertuju pada bibir.

Selalu merasa tidak rela jika firs kiss untuk suaminya kelak di atas altar pernikahan di rebut oleh lelaki yang saat ini sungguh ia benci.

Dahyun memutuskan untuk tidak sekolah. Ia sakit. Sungguh, Dahyun tidak berbohong dengan alasan tidak masuk sekolahnya. Ia benar-benar sakit. Lubuk Hati yang paling terdalamnya sangat merasakan sakit karena rasa tidak rela itu.

Dahyun duduk di depan jendela kamar yang gordennya disibakkan setengah. Ia tidak membuka jendelanya hingga tidak ada pasokan udara segar di pagi hari.

Keadaan rumah Dahyun sungguh sangat gelap. Tidak ada gorden yang dibuka, dan juga tidak ada lampu yang dinyalakan.

Dahyun tidak peduli dengan keadaan rumahnya yang berantakan. Bagaimana bisa dirinya membersihkan rumah yang berantakan kala dirinya sendiri lebih berantakan dan lebih kacau daripada rumahnya.

"Daniel... Apa yang akan kau lakukan... Jika... Jika kau menyaksikan kejadianku kemarin?"

Dahyun menanggup wajahnya, menghalangi mata bengkak dengan jari-jarinya.

"Atau jangan-jangan... Kau melihatnya?" mata Dahyun kembali berkaca-kaca.

"BUKANKAH KAU BILANG SELALU ADA DISEKITARKU..." Dahyun terisak. "Tapi mengapa kau tidak ada datang menolongku?"

Dahyun bangkit dan berjalan menuju kasur. Ia melanjutkan tangisnya di atas bantal. Ia bertanya-tanya, mengapa ia selalu menderita akan perasaannya?

Ting-Tong

Dahyun tidak ingin menggubris suara bel rumah itu.

Ting-Tong

"Daniel? Apa ia mengirim surat lagi?"

Ting-Tong

Dahyun bangkit dan turun ke dapur, ia membasuh wajahnya dan langsung menuju pintu utama.

Dahyun membuka pintu, ia langsung melihat punggung seorang lelaki dengan pakaian seragam sekolah.

"Kak Ong?"

Seongwoo membalikkan tubuhnya menghadap Dahyun. Ia tersenyum saat mendengar Dahyun memanggil nama depannya disaat orang lain selalu memanggil nama belakangnya. Beruntung ia belum melangkah pergi dari teras rumah Dahyun. Namun, saat melihat Dahyun yang berantakan, sebagian lubuk hatinya terasa sakit.

"Kim Dahyun, apa kau baik-baik saja?" tanya Seongwoo dengan senyum yang selalu terukir di wajah tampannya.

"I-iya, kak. Kakak tidak sekolah?"

"Tadinya sekolah, tapi di sekolah aku tidak menemukanmu. Kau sendiri, mengapa tidak datang ke sekolah?"

Dahyun terdiam, ia tidak mau menjawab pertanyaan itu.

"Baiklah, aku mengerti. Sekarang, bolehkah aku mengajakmu pergi?"

Dahyun merasa bingung. Mengapa kakak kelasnya itu tiba-tiba mengajaknya pergi?

"Aku hanya ingin diam di rumah, kak."

"Tidak, jika kau hanya mengunci diri di rumah, kau hanya akan merasa semakin terpuruk. Kau harus mencari udara segar. Aku mengerti perasaanmu kemarin. Jadi, ikutlah bersamaku, mungkin, tempat yang akan kita datangi bisa membuat perasaanmu lebih baik."

Haruskah Dahyun ikut, dan haruskah ia percaya pada Ong Seongwoo?

"Tapi... Lebih baik jika kakak kembali ke sekolah."

Ong melipat tangannya di dada. "Aku hanya akan di marahi jika ada di sekolah."

"Mengapa? Apa kakak anak nakal?"

Seongwoo terkekeh. "Ya, aku anak nakal. Aku selalu kabur dari kelas jika pikiranku sedang kalut. DN sekarang pikiranku sedang kalut. Tapi, tenang saja, aku si anak emas jika dalam masalah pelajaran."

Dahyun tersenyum meremehkan. "Aku tidak percaya."

"Haish... Semester lalu aku dapat peringkat 2, lihat saja rapotku jika kau tidak percaya."

Dahyun terkekeh dengan senyum mengejeknya. "Mana? Tunjukan rapotnya padaku."

"Haish... Mengapa tiba-tiba kau jadi menyebalkan? Sudahlah, ayok, ikut denganku. Ganti bajumu dalam waktu 5 menit."

"Aku tidak mau kemana-mana."

Seongwoo kehabisan akal untuk bisa mengajak Dahyun pergi.

"Baiklah... Kalau begitu... Aku akan tetap duduk di sini sampai kau mau ikut denganku." Seongwoo duduk membelakangi Dahyun di teras.

Dahyun tersenyum geli dengan tingkah kakak kelasnya itu. Sekarang ia tidak percaya dengan apa yang Chayoung katakan. Chaeyoung bilang Ong Seongwoo itu kalem, keren, dewasa dan murah senyum.

Tapi pada nyatanya Seongwoo itu tidak kalem, ia mudah tersulut emosi. seperti kemarin contohnya.

Oh, ya... Banyak pertanyaan yang ingin aku sampaikan padanya. Batin Dahyun.

"Dahyun! Aku benar-benar akan terus duduk di sini, sampai kau mau ikut denganku." ancam Seongwoo yang terdengar kekanak-kanakkan.

"Aku tidak mau pergi." Dahyun tetap pada pendiriannya.

Seongwoo tampak kecewa saat mendengarnya, namun ia masih bisa menutup-nutupinya.

"Jika aku tidak mandi!" seru Dahyun dan lari terbirit-birit ke kamarnya. Ia membiarkan pintu terbuka.

Seongwoo diam sebentar, ia mencoba mencerna ucapan Dahyun.

"JADI KAU AKAN IKUT JIKA AKU MEMBIARKANMU MANDI DULU?"

Tidak ada jawaban dari Dahyun.

"AKU AKAN MENUNGGU!"

Seongwoo tersenyum senang, dan kembali duduk di teras.

➿➿➿

Hayoloh bingung...

mana tim
Kim Dahyun×Kang Daniel

mana tim
Kim Dahyun×Ong Seongwoo

kalau nembus 10 komen... Amoy Double update :)

Janji

pencet
➖⏬➖

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang