➿51°Pepatah Chaeyoung➿

192 40 1
                                    

Sudah dua hari sejak Dahyun mengetahui kebenaran tentang Daniel, Dahyun kembali bersekolah. Di hari-harinya, Dahyun menjadi sangat pendiam. Keceriaannya bagai terbuang bersama air mata yang sering keluar.

Dahyun dan Seongwoo masih selalu bersama, namun mereka hanya saling diam-diaman. Mereka mengobrol hanya seperlunya saja. Baik Dahyun maupun Seongwoo masih larut dalam kesedihan, tidak ada kata-kata candaan yang biasa saling mereka lontarkan. Jika Dahyun sedih karena Daniel dan Jihyo, maka Seongwoo sedih karena Jihyo, kalau Daniel, ia sudah merelakannya sejak dulu. Tapi untuk Jihyo, Seongwoo kesulitan untuk merelakannya.

Ketahuilah, sekarang Seongwoo sangat irit bicara, sama seperti dulu. Ia kembali menjadi dingin, terkecuali pada Dahyun dan keluarganya. Si pangeran es adalah julukan barunya di sekolah.

Chaeyoung memperhatikan Dahyun dan Seongwoo dari jauh, mereka baru datang ke sekolah.

Seongwoo mengantar Dahyun kekelasnya. "Dahyun, duluan."

Dahyun melirik Seongwoo dan mengangguk samar. "Terima kasih."

"Hmm..."

Seongwoo pergi ke kelasnya. Setelah Seongwoo pergi, Chaeyoung datang dan melihat Dahyun yang sedang menidurkan kepalanya di atas meja. Chaeyoung masuk ke kelas dengan membanting pintu hingga mengeluarkan suara yang menggelegar.

Dahyun tentu saja terlonjak kaget. "Hey! Kau ini apa-apaan?"

"Dahyun! Kemana jiwa periangmu? Aku tahu kau sedih karena Daniel... Bukankah kau bilang jika kau sudah merelakan Daniel?"

Dahyun hanya diam, dengan malas ia kembali menidurkan kepalanya di meja dengan wajah yang tidak mengarah pada Chaeyoung.

"Kau ini! Percuma saja kau menangis sampai air matamu kering, bahkan sampai menangis darah pun kau belum tentu bisa kembali menghidupkan Daniel!"

Mata yang masih terpejam itu kembali mengeluarkan bulir air mata.

"Ya, baiklah... Menangis saja terus, kau pikir Daniel akan suka jika melihat kau terus menangis? Apa kau tidak memikirkan kak Seongwoo? Dia juga bersedih, dia sudah menderita karena kehilangan Jihyo, dan lagi... Ia melihat kau, orang yang di cintainya, malah terus bersedih. Lihatlah, dia semakin menderita. Kau tahu? Senyumnya sudah hilang, dia kembali pada Seongwoo yang dingin. Apa kau tidak peduli padanya? Apa kau tidak bisa menghiburnya di saat dia sedih? Sedangkan dia selalu sabar dalam menghadapimu, dia juga selalu berusaha mengembalikan senyummu. Kau memang mencintai Daniel, tapi bukankah sekarang kau sudah mencintai kak Seongwoo?"

Dahyun langsung duduk tegak. "Aku hanya sedih! Aku masih tidak percaya jika Daniel pergi! Mengapa kau malah menyalahkanku atas hilangnya senyum Seongwoo?"

Chaeyoung menghela napas. "Aku tidak menyalahkanmu, aku hanya ingin kau kembali ceria, jangan terlalu bersedih karena Daniel. Bukankah setiap orang adalah milik Tuhan? Percuma saja kau menangisinya, jangan habiskan waktumu untuk bersedih. Sadarlah, masih ada orang lain yang ada di sampingmu, yang masih mencintaimu dan masih bisa kau cintai. Kembalikan lagi senyum kak Seongwoo, Bunda Hyerim bilang... dulu, saat meninggalnya Daniel, Seongwoo kehilangan senyumnya, namun karena Jihyo selalu menghiburnya, Seongwoo kembali tersenyum. Sekarang dia kehilangan senyumnya karena Jihyo, mungkin... Sekarang giliranmu yang bisa mengembalikan senyumnya. Aku perhatikan, Seongwoo hanya bicara panjang lebar padamu. Jadi... aku yakin kau paham maksudku, kau harus merelakan Daniel, kembali ceria dan tularkan keceriaanmu pada Seongwoo."

Dahyun baru sadar jika ia tidak pernah melakukan apapun untuk Seongwoo. Dahyun kembali teringat pada Seongwoo yang selalu khawatir dan selalu melindunginya dari apapun.

Dahyun menangis lagi, tangisan rasa bersalah atas apa yang ia lakukan pada Seongwoo. Sejahat itu, kah dirinya? Setidak peduli itu, kah dirinya? Dahyun terlalu sibuk merindukan Daniel hingga membuat matanya buta dalam melihat ketulusan atas semua perhatian Seongwoo padanya.

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang