➿52°Tersimpan Dalam Hati➿

229 36 6
                                    

Hati yang berat dengan penuh penyesalan, membuat Dahyun merasa malu saat bertemu Seongwoo.

Seperti biasa, Seongwoo menjemput Dahyun ke kelasnya. "Yuk, pulang."

Dahyun mengikuti langkah Seongwoo. Sedari tadi ia tidak lepas menatap Seongwoo. Dahyun sedang berpikir, hal apa yang bisa ia lakukan untuk membuat Seongwoo tersenyum?

Dahyun menggerakkan tangannya untuk menggandeng tangan Seongwoo. Seongwoo tidak memberikan respon dan penolokkan apapun.

Sampai di parkiran, Dahyun menaikki motor Seongwoo. "Ong, aku tidak mau langsung pulang ke rumah, Mama sudah pergi lagi. Di rumah sepi."

"Mau ke rumahku?"

Dahyun menggeleng. "Ong, kapan jahitan tanganku akan di buka?"

Seongwoo turun dari motor, ia membuka perban tangan Dahyun untuk melihat lukanya. "Mau ke dokter sekarang?"

Dahyun tersenyum dan mengangguk antusias. "Dan bukankah kau bilang, kau akan mengajakku liburan jika lukaku sudah kering?"

"Ya, aku masih mengingatnya." Seongwoo kembali naik ke motor dan melajukannya menuju rumah sakit.

Dahyun memeluk Seongwoo dari belakang. Ia kebingungan karena Seongwoo tak kunjung tersenyum. Wajah Seongwoo begitu datar.

Setelah Dahyun ke rumah sakit dan membuka jahitan, mereka langsung pergi ke rumah Seongwoo.

Dahyun langsung menghampiri Hyerim yang sekarang tingkat kebawelannya menurun. "Dahyun? Kemana saja? dua hari kamu tidak datang ke sini? Bunda kesepian di rumah. Seongwoo sama Jihoon-nya jadi pendiam, Bunda bicara panjang lebar, Seongwoo jawabnya pendek, kalau Jihoon mendingan. Kamu cepat nikah sama Seongwoo saja, biar Bunda ada yang nemenin."

"Haish... Bunda... Status Dahyun sama dia aja belum jelas."

"Tapi terakhir pas di vila, kamu peluk-peluk Seongwoo, Bunda kira kalian sudah berkencan."

Dahyun tiba-tiba merasa malu, saat itu ia mendapatkan mimpi buruk, jadi refleks memeluk Seongwoo. "Bunda, mah..."

"Sudah, sana. Sering-sering ajak ngobrol Seongwoo-nya. Biar dia tidak lupa cara bicara."

Dahyun pergi ke kamar Seongwoo dengan hati yang membendung rasa malu.

"Ong..." Dahyun menghampiri Seongwoo yang sedang duduk di kasur dan bersandar pada tembok.

Seongwoo sedang bermain game online.

Dahyun naik ke kasur, tidur dan menarik selimut yang Seongwoo kenakan.

Permainan Seongwoo terganggu dan lebih memilih mengakhirinya. Fokusnya teralihkan pada Dahyun. "Kenapa?"

Dahyun menarik selimutnya hingga menutupi setengah wajahnya. "Kau menjadi irit bicara. Aku tidak menyukainya."

Seongwoo hanya diam menatap mata Dahyun yang tidak melirik dirinya. Dahyun tidak berani menatap Seongwoo. "Apa kau sangat sedih? Aku juga merasakannya, Ong. Hanya saja... Jangan jadi irit bicara, aku khawatir kau akan lupa caranya berbicara."

Seongwoo tersenyum samar. Ia merasa gemas dengan tingkah Dahyun kali ini.

"Jangan sedih terus, kau harus mencontohku, aku sudah merelakan Daniel, dan aku sudah sangat mencintaimu. Kau adalah hadiah terindah, Daniel bilang, kau adalah hadiahku. Aku akan menjaga, menyayangi dan mencintaimu, karena kau hadiahku, kau itu milikku!" Dahyun menarik selimut hingga kepalanya juga tertutupi. Ia merasa malu untuk mengatakannya.

"Ong jangan sedih, Daniel dan Jihyo tidak akan pernah pergi selama kita menyimpannya dalam hati. Aku juga akan menyimpanmu dalam hatiku, agar kau tidak pernah pergi! Kalau Ong pergi, lihat saja! Aku akan makan es krim seharian sampai aku batuk-batuk, atau bahkan sampai sakit perut!"

Seongwoo tersenyum, tumbuhlah bunga indah yang terukir nama Dahyun di sana, di hatinya yang paling terdalam. Ia menarik selimut Dahyun. "Dari mana kau belajar berbicara kata-kata itu, hmm?"

"Diam!" Dahyun menarik kembali selimutnya untuk menutupi wajah merah padamnya, bahkan Dahyun sampai terduduk untuk menarik selimutnya lebih kuat. "A-aw... Ong sakit."

Seongwoo lupa jika tangan Dahyun baru di lepas jahitan. Seongwoo langsung memeriksa keadaan tangan Dahyun.

Dahyun tersenyum, padahal ia tidak merasa kesakitan.

Cup

Satu kecupan Dahyun daratkan di pipi Seongwoo. "Aku tidak apa-apa. Mukanya biasa saja, jangan seperti kucing memelas minta di adopsi."

Seongwoo langsung memasang wajah kesal. "Bagus, sekarang siapa yang sudah mengajarkan Dahyun jadi nakal seperti ini, hmm?"

Seongwoo menggelitiki perut Dahyun.

"Ahahaha... Ong... Geli... Ong... Kau jahat... Ampun... Hahaha..."

Seongwoo tertawa puas saat melihat Dahyun tak berdaya menahan geli. "Ini hukuman untuk hadis nakal sepertimu. Jangan lakukan itu pada lelaki lain!"

Seongwoo menghentikannya karena Dahyun menangis. "Capek, Ong! Kau jahat!"

Dahyun membalas gelitikannya pada perut Seongwoo, namun lelaki itu tidak merasa geli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahyun membalas gelitikannya pada perut Seongwoo, namun lelaki itu tidak merasa geli. "Ah curang! Mengapa tidak kegelian?"

Seongwoo tertawa terpingkal-pingkal saat Dahyun gagal membuatnya kegelian, bahkan gadis itu mendesah kecewa berat.

➿➿➿

(END)

Tunggu epilognya yaa ;)

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang