Di jam istirahat, Dahyun kembali pergi ke kelas Seongwoo, namun di tengah jalan, ia bertemu dengan Jaehwan dan Woojin.
"Dahyun, kau akan menemui Seongwoo?" tanya Jaehwan.
Dahyun hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Aku belum menyampaikan pesanmu padanya, karena hari ini, anak itu tidak masuk sekolah."
"Ah? Owh... Apa dia izin? Atau sakit?"
"Tanpa keterangan."
"Benarkah?" tanya Dahyun sedikit memastikan. Ia takut dan merasa curiga jika Jaehwan berkata bohong padanya. Bagaimana pun, Jaehwan merupakan anak nakal yang tingkat kejahilannya di atas nilai rata-rata kelas kakap.
Akan tetapi, Jaehwan bisa saja berkata jujur. Biasanya, Seongwoo selalu mendatangi Dahyun ke kelasnya, dan lagi, Dahyun belum mendapatkan balasan pesan ataupun telepon balik dari lelaki itu.
"Kenapa? Aku curiga jika kau tidak percaya padaku." Jaehwan memasang muka memelas yang terlihat kecewa. Orang-orang yang melihat itu sedikit kegelian, tidak percaya jika anak nakal spesies Kim Jaehwan bisa terlihat menggemaskan.
"Percayalah, kali ini Jaehwan tidak berkata bohong." setelah lama bungkam dan hanya menyimak, akhirnya Woojin yang bersandar pada tembok unjuk bicara.
Dahyun tersenyum dan berterima kasih atas informasi pentingnya. "Kalau begitu, aku ke kelas dulu."
"Dahyun? Mau ke kantin?" tawar Jaehwan.
Dahyun diam sesaat dan menolaknya secara halus. "Maaf, lain kali saja, ya? Lain kali aku tidak akan menolaknya."
Dahyun masih memikirkan Seongwoo, lagi pula ia takut membuat lelaki itu salah paham lagi. Jadi, Dahyun tidak mau mencari gara-gara, di tambah, hubungan Seongwoo dan Jaehwan terlihat buruk.
Mencoba menyemangati dirinya yang kesepian karena tidak adanya Seongwoo, Dahyun pergi ke kelasnya sambil bersenandung pelan, namun di tengah jalan, ia malah bertemu Chaeyoung yang terlihat lesu.
"Chaeng, kau mirip mayat hidup." ujar Dahyun yang menghentikan langkah Chaeyoung.
"Apalagi kau, lebih dari mirip. Wajahmu juga terlihat banyak guratan masalah." tutur Chaeyoung.
"Haish... Kau... Kenapa?"
"Jihoon-ku tidak sekolah, sepertinya aku membuat kesalahan sampai ia tidak menghubungiku."
Dahyun jadi teringat Seongwoo yang juga tidak menghubunginya. Dahyun jadi ikut-ikutan merasa lesu akan hal itu. "Kurasa, kita satu nasib. Syukurlah, ini adil. Ong tidak menghubungiku, dan Jihoon juga tidak menghubungimu."
Chaeyoung menyentil jidat Dahyun. "Aku tidak mau satu nasib denganmu."
"Sakit tahu!"
"Tidak tahu, tuh."
Dahyun hanya berdecak.
"Dahyun, ke kantin, yuk? Mumpung mood-ku sedang buruk, jadi aku ingin berbuat baik padamu." Chaeyoung menggandeng tangan Dahyun dengan mulut yang selalu melengkung ke bawah. Sepertinya Chaeyoung sedang galau karena tidak mendapatkan kabar dari sang kekasih.
"Jika mood-mu bagus?"
"Aku akan merobek hatimu dengan ucapan yang pedas dan tajam dariku."
"Kalau begitu, semoga mood-mu selalu buruk, amin." do'a Dahyun dengan khidmat.
Sepanjang perjalanan, mereka terus berdebat tentang segala hal. Sampai akhirnya mereka duduk di salah satu kursi kantin. Mereka memesan makanan masing-masing, tetapi, Dahyun merasa tidak lapar. Ia lebih memilih membeli es krim.
"Madam, es krim-nya sepul—" tiba-tiba ia teringat ucapan Seongwoo yang melarangnya memakan es krim terlalu banyak. Seongwoo pasti khawatir jika Dahyun jatuh sakit. Ia pikir, jika ia menuruti perkataan Seongwoo, lelaki itu pasti akan senang. "Es krim-nya dua saja."
Dahyun kembali ke meja dan makan bersama dengan Chaeyoung. Namun Dahyun dibuat kesal oleh Chaeyoung. Perempuan bermata bulat itu memakan es krim milik Dahyun.
"Biarkan aku yang sedih ini merasakan kemanisan es krim."
"Cih... Dasar budak cinta."
Waktu istirahat siang ini, mereka habiskan dengan merenungkan masalah mereka. Mungkin, hari ini adalah acara galau berjamaah untuk Chaeyoung dan Dahyun.
➿➿➿
KAMU SEDANG MEMBACA
═❖•My Gift•❖═
Fanfic•°•{S E L E S A I}•°• Aku percaya dan yakin jika Kang Daniel akan kembali. Dia tidak pernah melanggar kata-katanya, maka dari itu aku masih percaya. Dia menjanjikanku hadiah ulang tahun, dan aku ingin hadiah itu. Aku menunggu hadiah itu darinya. Tid...