➿39°Cinta yang tak Terukur➿

162 38 3
                                    

Dahyun jadi menghabiskan waktu di hari Minggu bersama Seongwoo.

Seongwoo mendapati hal janggal pada Dahyun. Dahyun jadi malas melakukan apa pun. Yang mereka lakukan hanya bermalas-malasan di kamar Seongwoo dengan pintu kamar terbuka.

Musik santai sengaja diputar dengan volume yang lumayan menggelegar.

"Dahyun, mau jalan-jalan? Apa kau tidak bosan?"

Dahyun yang memainkan game zombie di laptop Seongwoo menggelengkan kepala. "Ong! Zombinya makan bunga mataharinnya! Ih! Keroyokan mainnya."

Seongwoo hanya memperhatikan Dahyun yang sedang memarahi zombi-zombi yang berhasil membuatnya kesal.

Jihoon, Jihyo, Hyerim, dan Jinwoo selalu bertanya-tanya mengapa Seongwoo bisa jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Dahyun.

Jihoon, Jihyo, Hyerim, dan Jinwoo selalu bertanya-tanya mengapa Seongwoo bisa jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Dahyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahyun yang dingin, dimana tidak ada seorangpun yang mau kengajaknya berbicara. Karena itulah, sikap dingin Dahyun yang tanpa adanya ekspresi dan datar, membuat orang lain bingung bagaimana cara memulai perbincangan dengan Dahyun.

Namun, setelah Dahyun bertemu dengan Daniel dan Chaeyoung, gadis itu mulai menunjukan ekspresi lain, seperti senyum dan tertawa. Ketahuilah, senyum dan tawa yang baru terlihat itu akan terasa asing namun menarik.

 Ketahuilah, senyum dan tawa yang baru terlihat itu akan terasa asing namun menarik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seongwoo sudah sejak lama memperhatikan Dahyun, terutama ketika di kantin. Ia tiba-tiba berkeinginan menjadi alasan Dahyun untuk tertawa.

Seongwoo tidak begitu mementingkan jika nanti Dahyun bakal bersama dengannya atau tidak. Yang ia pastikan saat ini, Dahyun aman, dengan begitu, ia tidak mau memikirkan bagaimana caranya agar Dahyun selalu bersamanya dan menjadi miliknya.

Yang Seongwoo pentingkan, ia ingin Dahyun bahagia karena dirinya. Namun, meskipun bahagianya Dahyun bersama orang lain, ia akan merelakannya, tapi ia akan tetap memastikan jika laki-laki yang bersama Dahyun adalah lelaki yang baik-baik.

Seongwoo bertekad untuk menjadi perisai untuk Dahyun, kapanpun dan di manapun.

Seongwoo tidak bisa menjelaskan sebesar apa cintanya pada Dahyun. Namun yang ia rasakan, tawa Dahyun membuat bunga dalam hatinya bermekaran, senyum Dahyun membuat hatinya terasa menyejukkan. Namun tangis pilu dan segala penderitaan Dahyun bagaikan badai yang merusak taman bunga dan mengusir hawa sejuk dalam hatinya.

Itu lah setiap saat yang Seongwoo rasakan jika melihat keadaan Dahyun.

Itu semua bermula dari rasa penasaran pada sosok berwajah dingin, dan berakhir dengan hatinya yang tertarik padanya.

Sedikit konyol, Seongwoo jadi terobsesi untuk membuat Dahyun tersenyum.

"Ong.."

"Hmm..."

Dahyun naik ke atas kasur dan menarik selimut. "Aku... Ingin tidur, ya?"

Seongwoo mengangguk dan membiarkan Dahyun tidur.

"Ong..."

"Hmm?"

"Bagaimana jika aku sudah jatuh cinta pada orang lain, tapi aku masih tetap ingin bertemu dengan Daniel... Kau tahu? Aku selalu bermimpi tentang Daniel. Saat bertemu dengannya, aku menagih kadoku, namun katanya... Hadiahku selalu ada di sekitarku. Setelah itu ia pergi. Apa kau bisa mengartikan mimpiku?"

Seongwoo sedikit berpikir. "Entahlah... Aku... Tidak tahu."

"Menurutmu, kadoku itu apa? Yang ada di sekitarku..." Dahyun duduk dan memperhatikan sekeliling. "Apa sekarang kadoku ada disini? Disini hanya ada kasur, selimut, bantal, meja, ahh... Haruskah aku mengabsen semua benda yang ada dikamarmu?"

Seongwoo bangkit dan duduk di kursi meja belajarnya. "Lakukan jika itu maumu."

"Jangan-jangan hadiahku... Ong?"

Seongwoo melirik Dahyun. "Apa?"

"Jangan-jangan hadiahku udara untuk bernapas?"

Seongwoo terkekeh. "Bisakah udara dijadikan hadiah?"

"Uwuuuuu... Habisnya apa, ini membuatku gila! Bagaimana jika aku sungguh jadi gila?"

"Tak apa, aku masih akan menyayangimu."

Seongwoo bangkit dan duduk di pinggiran kasur dengan mata yang tak lepas menatap Dahyun.

Begitu pula dengan Dahyun. "Ong... A-aku ingin tidur."

Dahyun menarik selimut dan menenggelamkan dirinya. Ia membelakangi Seongwoo.

Dahyun menggigit bibir bawahnya gereget, ia tidak kuat menahan debaran jantung saat mata Seongwoo menatapnya lekat. Ini menyebalkan, Dahyun menjadi gugup.

Dirasakannya pergerakan pada kasur dan terdengar suara pintu tertutup. Sepertinya Seongwoo pergi keluar.

Dahyun diam sesaat, ia menyingkirkan selimut yang menelannya dan bernapas terengah-engah.

"Mengapa disini tiba-tiba terasa panas?" Dahyun mengibas-ngibas wajahnya sambil merubah posisinya menjadi duduk. Tak lupa menyentuh dadanya di bagian jantung yang berdetak tidak normal, bahkan suaranya sampai terdengar oleh Dahyun.

"Ada apa denganku?"

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang