Setelah acara foto-foto atas dasar paksaan dari Hyerim, sore mulai berganti menjadi malam. Hujan turun semakin deras, bahkan angin bertiup cukup kencang. Seakan belum cukup puas, petir turut ikut serta menambah suasana seram pada malam ini. Tapi beruntungnya, rumah besar keluarga Ong membuat suara seram di luar sana menjadi tidak terdengar, kecuali suara petir yang ledakannya masih bisa terdengar.
Dahyun dan Chaeyoung di minta untuk menginap. Setelah rapat antara hati dan otak, akhirnya keduanya setuju untuk menginap.
Karena besok adalah hari Minggu, di tambah Chaeyoung tidak mau menginap di rumah Dahyun, alhasil ia lebih menginap di rumah Seongwoo. Dahyun yang tinggal sendiri hanya mengikuti apa keputusan Chaeyoung.
Semuanya masih berkumpul di ruang keluarga sambil menonton TV. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
Semuanya saling bertukar pandang, hingga Hyerim meminta Seongwoo membukakan pintu.
Seongwoo menurut, ia bangkit dan membukakan pintu.
Seongwoo diam sejenak, ia melotot kala melihat sosok pria dihadapannya yang tengah basah kuyup.
"Kak Minhyun? Bukankah kata Jihyo kakak di rumah sakit?" tanya Seongwoo.
Jihyo yang mendengar suara Seongwoo langsung menoleh ke arah pintu dan tersenyum senang. "Seongwoo! Suruh masuk! Di luar dingin!"
Minhyun masuk dengan pakaian yang basah kuyup. "Hallo!"
Hyerim langsung cemberut. "Minhyun! Kamu, kok malah datang? Bunda, kan jadi sendirian. Ayah belum pulang."
Semuanya terkekeh. "Maaf, Bun. Aku kangen Jihyo habisnya." tutur Minhyun.
"Sayang, bajunya basah!" pekik Jihyo, ia langsung mendorong kursi rodanya menghampiri sang kekasih.
Semuanya berdeham. Jihyo yang tidak tahu malu hanya menunjukkan deretan giginya.
"Woah... Seongwoo sama Jihoon sudah punya pacar sekarang, hmm..." ujar Minhyun saat baru menyadari keberadaan Dahyun dan Chaeyoung.
"Bukan pacar, katanya." jawab Hyerim dengan malas.
"Tumben mereka mau bawa perempuan ke rumah."
"Kak, sudah! Urus Kak Jihyo yang sedari tadi bilang kangen sama Kakak!" ujar Jihoon untuk menghentikan ocehan calon kakak iparnya.
Jihyo jadi gelagapan. Tapi ia menupinya dengan mengajak Minhyun mengganti bajunya dengan baju tidur panda yang tadi di belinya.
Setelah itu mereka kembali berkumpul di ruang keluarga. Tapi Hyerim yang kesal jadi tidak berhenti menggoda Jihoon dan Seongwoo yang sekaligus membuat Dahyun dan Chaeyoung malu.
"Dahyun, sama Chaeyoung. Awas saja, ya, kalau jatuh cinta sama laki-laki lain. Salah kalian, mengapa membuat Bunda suka sama kalian. Jadinya, kan Bunda ingin mempercayakan anak-anak Bunda kepada kalian. Jadi kalau Jihyo sudah menikah sama Minhyun, kalian bakal nyusul, ya?"
"Bunda, mikirnya jangan terlalu jauh, kita masih sekolah, Bun." ujar Jihoon yang merasa bersalah kepada Chaeyoung. Padahal ia dan Chaeyoung tidak ada hubungan apa pun.
"Kan nanti, bukan sekarang. Ya, ampun, jangan-jangan kalian inginnya sekarang, ya?"
Chaeyoung dan Dahyun hanya bisa menahan malu saat Hyerim terus mengoceh.
Lama-kelamaan, kantuk mulai menguasai sebagian orang. Hingga Hyerim lebih dulu masuk ke kamarnya untuk menghubungi suaminya yang sedang di Jepang.
Dahyun dan Chaeyoung tidur di kamar Jihyo atas keinginan si empunya kamar.
Sedangkan Minhyun tidur di kamar tamu.
Saat malam hari, Dahyun tidak bisa tidur. Ia bangkit untuk keluar dari kamar Jihyo. Ia berniat mengambil minum di dapur, tapi saat di dapur, ia malah bertemu Seongwoo.
"Dahyun? Kau belum tidur?"
"Sudah, ini sedang di alam mimpi."
Seongwoo berdecak namun terkekeh kemudian. "Kau tidak bisa tidur?"
Dahyun mengangguk.
"Mau ikut denganku?"
"Kemana?"
Seongwoo tidak menjawab, ia malah menarik Dahyun ke kamarnya.
Seongwoo mendorong rak buku yang ternyata menghalangi sebuah lorong ruangan.
"Selamat datang di ruangan rahasiaku." ujar Seongwoo mirip pelayan restoran yang menyambut kedatangan pelanggan.
Dahyun terkekeh. "Kurasa itu bukan rahasia lagi, buktinya aku sudah mengetahuinya."
"Namamu juga bukan rahasia lagi, buktinya aku sudadah mengetahuinya."
Dahyun berdecak, ia jadi teringat bagaimana Seongwoo mengajaknya berkenalan.
➿➿➿
KAMU SEDANG MEMBACA
═❖•My Gift•❖═
Fanfic•°•{S E L E S A I}•°• Aku percaya dan yakin jika Kang Daniel akan kembali. Dia tidak pernah melanggar kata-katanya, maka dari itu aku masih percaya. Dia menjanjikanku hadiah ulang tahun, dan aku ingin hadiah itu. Aku menunggu hadiah itu darinya. Tid...