➿14°Rahasia yang Disembunyikan➿

195 41 0
                                    

Saat di kelas, Dahyun maupun Chaeyoung hanya saling curi-curi pandang.

Keduanya memiliki ego yang tinggi. Lubuk hati mereka mengakui kesalahan masing-masing, namun mereka ragu untuk mengatakan maaf duluan. Lebih tepatnya, mereka merasa bingung untuk memulai percakapan.

Dahyun mengaku salah karena dirinya tidak seharusnya meninggalkan Chaeyoung di depan loker dan pergi begitu saja tanpa memikirkan alasan Chaeyoung yang menyuruhnya untuk berhenti mengharapkan Daniel. Terkadang, otak memerintahkan hal serupa dengan apa yang sahabatnya pinta, namun hatinya yang telah membatu, keras meyakinkan dirinya untuk tidak pernah melepaskan Daniel.

Sedangkan Chaeyoung, ia merasa bersalah karena telah memaksa Dahyun melakukan sesuatu yang nyatanya memang sulit. Seperti dirinya yang pernah berusaha menghapus nama Kang Daniel dari hati yang mengharapkan cinta dan kasih sayang dari seorang lelaki kepada perempuan, bukan seorang sahabat lelaki kepada sahabat perempuannya. Chaeyoung akui itu begitu sulit, ia memahami situasi Dahyun.

Akan tetapi, alasan lain untuk Chaeyoung yang selalu menegaskan atau pun mengingatkan Dahyun untuk melupakan Daniel, karena dirinya mulai memikirkan lelaki yang telah lama memberi perhatian kepada Dahyun yang nyatanya bukan Kang Daniel.

Dirinya sendiri lah yang melihat langsung bagaimana lelaki itu selalu memperhatikan Dahyun dari jauh. Sesungguhnya karena itulah ia menasehati Dahyun untuk tidak selalu menyebutkan nama Daniel di hadapan seseorang yang selalu bersembunyi disamping loker. Seseorang yang selalu mendengarkan percakapan dirinya dengan Dahyun.

Seseorang yang Chaeyoung kini sukai.

"Chaeyoung..." panggil Dahyun tanpa menatap langsung ke arah sahabatnya. Ia masih pura-pura sibuk memasukan alat tulis dan bukunya ke dalam tas dengan pergerakan lambat agar ia memiliki alasan untuk tidak menatap Chaeyoung langsung.

Chaeyoung tentu saja menoleh. Ada jeda sebelum ia menjawab. "Apa?"

Kelas sudah mulai sepi karena siswa-siswi kelasnya sudah mulai berhamburan keluar kelas. Dahyun meyakinkan diri untuk mengatakannya sekarang.

"Aku tidak bermaksud..." Dahyun tiba-tiba bingung. Bagai busa sabun yang susah payah kita tumpukan ditangan, hilang begitu saja hanya karena bilasan air, kata-kata maaf yang sejak tadi ia rangkai hilang begitu saja saat ia ingin mengutarakan langsung pada Chaeyoung.

"Maaf..." cicit Dahyun pada akhirnya dengan nada rendah dan menunduk. Kini ia sudah tidak sibuk dengan bukunya. Tangan nakalnya memainkan dasi yang menggantung di lehernya. "Maaf karena tidak seharusnya aku mengatakan tentang kau yang mencintai Daniel."

Chaeyoung tidak mempermasalahkan hal itu karena ia sendiri sudah merelakan Daniel untuk Dahyun. Hanya saja ada satu pertanyaan yang mengganjal di hatinya. "Hmm... Tapi, darimana kau tahu jika aku... Pernah mencintai Daniel? Bukankah, selama ini kau tidak menaruh kecurigaan kepadaku?"

Dahyun melirik Chaeyoung yang ada di kursi samping kanannya, setelah itu, ia meluruskan pandangannya ke papan tulis. Ya, mungkin sekarang waktunya untuk Dahyun membeberkan sesuatu yang ia sembunyikan.

"Sebenarnya aku tahu tentang kedekatan kalian saat aku tidak ada bersama kalian. Aku bisa melihat pandanganmu dengan pandangan Daniel yang ternilai sama. Cemburu? Tentu saja aku cemburu. Karena saat itu, aku mulai sadar jika Daniel ternyata menyukaimu. Dan saat aku sedang bersama Daniel, aku pernah melihatmu dari jauh yang sedang memperhatikan kami. Aku dapat melihat tatapan sedihmu. Tapi lagi-lagi, aku pura-pura tidak tahu."

Mata Dahyun terasa panas, dan mata Chaeyoung membelalak.

"Bagaimana... Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu? Jelas-jelas Daniel lebih dekat dan lebih perhatian padamu. Aku tidak tahu akan hal itu. Yang aku tahu, Daniel menyukaimu. Dan ternyata, kau pernah melihatku yang menguntit kalian berdua, ya?" ada sedikit nada bercanda yang terdengar untuk menutupi ketidak percayaan akan fakta yang menyayat hati Chaeyoung.

Baiklah, kini Dahyun mulai meneteskan air mata dibalik rambutnya yang menghalangi sisi wajahnya dari pandangan Chaeyoung.

"Maafkan aku yang berpura-pura tidak tahu. Tapi sungguh, saat itu aku hanya bocah SMP yang berpikiran sempit. Aku tahu Daniel begitu menyukaimu... Saat ia bersamaku, Daniel selalu menanyakan kabarmu padaku... Bahkan ia pernah bertanya padaku..."

"Dahyun... Aku malu mengatakannya... Ini rahasiaku yang sangat penting... Apa tidak apa-apa jika aku menyukai sahabatku sendiri?"

Dahyun tersenyum saat mengingat perasaan senangnya yang mendengar kalimat itu. Perasaan senang itu tidak akan pernah Dahyun lupakan sampai kapan pun.

"Dia pernah bertanya padaku tentang bagaimana jika dirinya menyukai sahabatnya sendiri."

Kala itu, Dahyun terlalu percaya diri.

"Sungguh... Aku tidak tahu bagaimana bisa aku menyukai Chaeyoung. Sahabatku, dan sahabatmu. Bayangkan... aku menyukai sahabat kita."

Kala itu juga, senyum bahagia Dahyun perlahan pudar dan tergantikan dengan senyum semu saat Kang Daniel menatapnya.

Dahyun juga tidak akan pernah melupakan perasaan kecewanya.

Dahyun melupakan fakta bahwa ada sahabat perempuan Daniel yang lain. Ia adalah Son Chaeyoung.

"Ia bilang... Ia menyukai sahabatnya. IA MENYUKAIMU! DANIEL MENYUKAIMU! Ia sendiri yang mengatakannya padaku." tangis Dahyun pecah tanpa ia tutup-tutupi. Luka lama yang telah ia tutup kian terbuka semakin lebar.

"Aku pura-pura tidak tahu karena aku hanya tidak ingin persahabatan kita renggang. Dan aku yang sungguh jahat berpikir agar kau merasa tidak enak padaku. Agar kau membiarkan Daniel untukku. Agar kau... Agar kau mengalah untukku. Maafkan aku... Maafkan aku yang kala itu sangat serakah. Aku tidak ingin kehilanganmu dan aku tidak rela jika Daniel bersamamu. Aku ingin kau terus menjadi sahabatku... Dan Daniel menjadi kekasihku." Dahyun mulai terisak dan menangis di tumpukan tangannya yang dilipat.

Kaget. Tentu saja Chaeyoung kaget akan alasan Dahyun yang terbilang cukup kejam akan perasaan dirinya. Ia tidak percaya bahwa Dahyun yang ia lindungi justru mencoba menusuknya dari belakang.

"Maafkan aku, Chaeyoung... Kau boleh menghukumku... Hukum saja aku... Tapi ku mohon, setelah ini... Kuharap kita masih bersahabat."

Chaeyoung bangkit dengan perasaan yang remuk. Perasaan yang sangat kacau. Ia tidak marah, tapi sungguh, dirinya merasa teramat kecewa.

Chaeyoung melangkah pergi. Untuk saat ini, ia hanya ingin sendirian.

"Chaeyoung! Kumohon... Maafkan aku..."

Chaeyoung berhenti berjalan tanpa harus repot-repot kembalikan badannya. "Untuk saat ini... Biarkan aku untuk sendiri... Aku sedang tidak ingin bicara denganmu."

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang